Hyra, Alestia 1533Di tengah malam yang disinari oleh bulan purnama, di sebuah rumah terpencil jauh dari kerajaan. Lahirlah seorang bayi perempuan cantik dan disinarkan langsung oleh sinar bulan yang indah menangis.
OEEE OEEE OEE!!
"Wahh cantiknyaa, matanya persis seperti ratu." Bidan itu senang
"Benarkah? Biarkan aku melihatnya." Ratu tersenyum mengulurkan tangannya ingin melihat bayi kecilnya itu.
Dengan senang hati sang bidan memberikan bayi kecil itu ke pelukan ibundanya.
Ratu terlihat sangat senang saat melihat putrinya tersebut, ia terharu dan sangat bahagia atas kelahiran anak pertamanya.
Namun, seketika ratu mengingat sesuatu, wajahnya berubah menjadi masam. Seakan sesuatu yang buruk akan menimpa bayi kecil tak berdosa jika ia perlihatkan kepada seseorang dan mengeluarkan setetes air mata.
"Ari, bawa dia bersama denganmu, tolong jaga dia." Ucap ratu meneteskan air mata sambil tersenyum melihat putrinya.
"Yang mulia, apa maksudmu?! Ini adalah anugerah dari yang maha esa."
"Ya, aku merasa senang telah melihat putri kecilku ini. Namun, hal yang tidak ingin ku alami adalah, putriku hanya diberi waktu singkat untuk hidup."
"Selama ini, aku tidak memberi tahu raja bahwa anak yang dikandung ku ini adalah perempuan, aku berbohong kepadanya bahwa aku mengandung anak laki-laki. Ia terlihat sangat, sangat senang. Aku tidak ingin mengatakannya dengan jujur." Lanjutnya terlihat tetesan air mata mengalir ke pipinya hingga mengenai wajah mungil putrinya.
"Yang mulia- tapi kau sekarang adalah seorang ibu, saya tidak mungkin bisa-"
"Bisa." Potong ratu
"Ari, aku yakin kamu bisa merawat putriku ini, jika dia hingga diketahui oleh suamiku, maka semuanya akan berakhir. Dia akan membunuhnya." Katanya sudah terdengar isak tangis kecil dari ratu.
"Suamiku sangat membenci seorang wanita, termasuk aku. Aku tidak dicintai olehnya selama 7 tahun pernikahan kami, dia sama sekali tidak melakukan apapun. Ia hanya peduli dengan kerjanya, ia hanya menginginkan anak laki-laki dariku. Namun jika aku melahirkan anak perempuan, maka tiada satupun yang selamat. Maka dari itu, tolong jaga Vania." Lanjutnya melihat ke arah bidan dengan tatapan yang penuh kepercayaan dan harapan.
Sang bidan yang masih tidak percaya apa yang dikatakan oleh ratu meneteskan air mata, dan menuruti perintah ratu untuk menjaga bayi kecilnya hingga menjadi putri yang tangguh.
"Ari." Lirih ratu memberi secarik surat pendek untuk raja membuat sang bidan menangis.
"Kau tidak harus menulis ini Ratu, kau akan dalam-"
"Aku tidak ingin apapun, aku hanya ingin Vania selamat dan aku akan melihatnya di dalam dirinya." Sang ratu tersenyum melihat ke arah putri kecilnya itu yang masih di dalam pelukan hangat sang ratu.
Bulan purnama pada saat itu sangat terang, dipenuhi oleh bintang-bintang di langit, dan angin malam yang berhembus menjadi hari kelahiran sang putri tangguh yang akan memanipulasi semua kehancuran menjadi perdamaian.
Sang ratu yakin, bahwa putrinya tersebut akan menjadi ratu yang berbeda dari ratu kerajaan yang lain. Ia akan melakukan semuanya dengan kemampuan yang ia miliki nanti, sinar rembulan yang menyinari sang bayi, membuatnya membuka mata perlahan-lahan
Terlihat matanya yang indah, berwarna biru kecoklatan dan senyum dari bibir tipisnya yang menggemaskan. Membuat sang ratu sedikit terkejut dan tertawa haru karenanya.
Tak lama setelah sang ratu puas melihat putri kecilnya itu, ia menyerahkan Vania ke bidan untuk merawatnya hingga besar.
Bidan menerimanya dengan penuh kasih sayang, ia sejenak melihat ratu lalu beralih melihat ke arah Vania, betapa miripnya mereka. Sang bidan pun mencium kening sang putri dengan lembut dengan air mata yang masih mengalir hingga dagu membasahi.
"Pergilah, aku akan menunggu raja disini dan jangan sampai ketahuan." Ujar ratu.
"Tapi Feni-"
"Aku bukan hanya kakakmu namun aku adalah ratumu dan ratu Alestia, aku memerintahkan mu untuk pergi dari sini hingga tidak terlihat dari negeri ini lagi!" Perintah tegas Ratu kepada sang bidan membuang mukanya seraya meneteskan air mata terakhirnya.
Ari perlahan mundur, dan pergi berlari meninggalkan rumahnya yang hanya tersisa ratu seorang, bergegas ia langsung pergi entah tujuan yang ia temui dan tidak memberikan secarik surat dari ratu kepada kerajaan.
Namun, ia tidak meninggalkan Alestia melainkan menetap di hutan yang tidak pernah dijelajahi oleh siapapun bahkan keluarga kerajaan sekalipun.
"Ini adalah tempat yang paling aman, nak maafkan aku takdirmu begitu buruk saat ini, maaf aku tidak bisa menghalangi ibumu untuk bisa berhadapan dengan ajalnya." Ari memeluk Vania dengan erat tak luput sentuhan hangatnya.
Ari menetap disana hingga 12 tahun lamanya, ia tidak ingin keluar dari negeri yang dimana tanah ini adalah tanah kelahirannya dan kakaknya bahkan kelahiran sang putri tak bermahkota.
***
1545, adalah kejadian besar menimpa negeri Alestia, sinar aneh mengeluarkan warna magentanya dan pudar secara perlahan.
"Bundaaa, bundaa apa ituu??" Teriak gadis kecil berlari kerumah dan menarik sang ibunda dan tangan mungilnya menunjuk ke atas langit.
Ibunda yang melihat tangan ke arah atas langit tersebut sontak terkejut diam dan memutuskan untuk berlari membawa anaknya menuju ke laut dan mendayung perahunya dan pergi jauh dari negara itu.
"Lihat, indah bukannn." Gadis itu tersenyum kagum, "apakah itu fenomena langka bunda? Atau itu adalah pertunjukan dari kerajaan? Mengapa kita tidak kesana? Kita wajib kesana kan bund-" sang ibunda menutup mulut anaknya seraya berkata "kita akan meninggalkan negara ini. Disini bahaya nak." Ibunda mendayung lebih cepat.
Namun, usaha yang dilakukannya itu sia-sia. Guncangan di bawah permukaan laut sangat kencang dan keras, seperti akan ada yang besar muncul dari sana.
Makhluk itu keluar dan membuat ombak di laut. Makhluk itu sangat besar sehingga hanya terlihat hingga bagian matanya saja, ia miliki kepala yang amat besar berwarna kulit disertai dengan keriput di bagian wajahnya. Matanya berwarna emas bercahaya dengan pupil mata berwana merah disertai dengan aura kelam.
Ibunda melihat makhluk yang amat besar itu dengan mata telanjang, mulutnya terkunci, tubuhnya melemas dan wajahnya yang berubah menjadi masam tak luput dari air mata yang mengalir dari kedua pipi tirusnya.
"Mau kemana?" Tegas makhluk itu mengeluarkan 1 tentakel yang juga tak kalah besar sedia untuk menghancurkan sebuah perahu kecil berisikan seorang ibu dan gadis kecil polos.
"Akan ku buat kalian keluar dari negeri ini dan juga, kehidupan ini."
Next Chapter: Vania.

KAMU SEDANG MEMBACA
EVE : ALESTIA
Fantasi"Akan ku buat kalian keluar dari negeri ini dan juga, kehidupan ini."