Langit biru cerah ditemani dengan awan-awan padat bergembira melayani dan menjaga dari teriknya matahari, burung-burung berkicau dan menari dengan gembiranya dan anak-anak yang sedang bermain bersama temannya dengan wajah senang penuh tawa menjadi nyanyian kebahagian bagi keluarga kerajaan."Bundaaa." Seorang gadis kecil berlari kepada seorang wanita yang sedang memperhatikan pemandangan indah di balik jendela besar kastil dan memeluk kakinya.
"Eh? Vaniaa?? Kenapa nak?" Wanita yang dipanggil "Bunda" itu membungkuk setelah terasa pelukan erat dari Vania kecil berpakaian putri mahkota dengan aksesoris yang berlian melingkar di sekitar dahi.
"Bunda ayo kita main!" Seru Vania senang menarik tangan wanita itu dengan penuh semangat.
"Bunda" yang dipanggil oleh Vania kecil itu tersenyum mengelus pipi lembut Vania kecil dengan tatapan penuh kasih sayang. "Maaf nak, lain kali ya? Bunda belum bisa bermain denganmu kali ini.. tapi bunda janji kalau bunda akan kembali." Senyum manis dari wanita itu kepada gadis kecil yang ingin bermain bersama.
Perlahan-lahan senyum hangat dari wanita tersebut memudar, urat-urat dan saraf berkumpul menjadi berwarna hitam terukir di wajah cantiknya. Buram dan kabur namun bisa dirasakan oleh Vania disana.
"Sakit.. mengapa kau harus lahir?! Karena kau aku hancur!" Perlahan-lahan amarah yang dikeluarkan oleh wanita itu keluar dan meledak, ia mencekik Vania dengan erat. Sesak hancur dan terasa hangus berkumpul di kerongkongan Vania. Sesak yang dirasakannya begitu kuat hingga tak bisa berkata satu katapun.
"b-bunda- s-"
"Sakit? Ini belum seberapa dibandingkan denganku anak sialan!"
"SAKIT!" Vania berteriak keras karena sakit di kerongkongannya, sejenak ia terdiam dan memegang kerongkongan nya, tidak ada bekas atau rasa hangus sekalipun. Bila dengan cepat menuju asal suara yang dikeluarkan.
"Ada apa?! Kau baik-baik saja?!" Cemasnya menenangkan Vania yang bercucuran keringat dingin di seluruh tubuhnya, tubuhnya tegang dan pandangan yang buram diiringi rasa sakit berada di kepalanya. "Hei? Minum air ini dulu." Bila menyerahkan segelas air segar kepada Vania.
Setelah ia tenang dan meminum air itu, Vania kembali seperti semula. Lemas yang dirasakannya kembali menyerang dirinya dengan rasa sakit yang masih terasa di kepalanya. "Apakah begitu sakit? Maaf tapi ini reaksi obatku yang paling efektif jika dipakai oleh orang lain." Jelas Bila dengan ekspresi yang masih cemas memperhatikan Vania dengan lembut.
Sadar Vania berada di tempat yang asing, ia memperhatikan seluruh sudut rumah dan memperhatikan Bila dari atas hingga bawah. "A-aku dimana?" Tanyanya ragu, benar apa yang dikatakan oleh gadis tak melihat tadi, Ia berasal dari tempat yang jauh.
Dengan tenang Bila menjelaskan tentang segalanya yang ia ketahui sejak bertemu dengan Vania, ia menjelaskan secara rinci dan jelas sehingga mudah dipahami. "Jadi saat ini akulah yang akan menjagamu sampai kamu benar-benar pulih." Kalimat terakhir yang diucapkan Bila dengan lembut.
"Maaf tapi, ini dimana?" Tanya Vania ragu
"Di rumah Miza." Jawab Bila dengan polosnya
"Maksudku daerah."
"oh, maaf haha. Kamu sekarang berada di Yamigloria."
"Yami- ha?"
"Yamigloria, akan ku tunjukkan padamu negeri ini saat kau sudah benar-benar pulih, tak usah cemas aku ga bakal makan kamu, aku makan sayuran." Bila sedikit bergurau kepada Vania agar terlihat lebih relaks dan tenang.
Bila hanya sebentar berbicara bersama Vania, walaupun begitu Vania tidak merasa canggung atau merasakan hal aneh kepadanya. Bila anak yang baik, terlihat kondisinya lebih rapuh daripada dirinya, dia jelas lebih membutuhkan pertolongan ketimbang dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVE : ALESTIA
Fantasy"Akan ku buat kalian keluar dari negeri ini dan juga, kehidupan ini."