track 18 [ masalah demi masalah ]

510 61 30
                                    

Utara's POV

Jakarta sebelumnya nggak pernah jadi tempat yang gue rindukan. Karena ya dari kecil gue udah terlalu lama hidup di sini. Kecuali hari ini, hari di mana gue pulang dan seharusnya melepas rindu sama pujaan hati gue, yang udah lama banget nggak ada kabarnya.

Gila ya, Rasi tuh beneran sangat amat konsisten dengan ucapannya. Sekali dia bilang nggak, seterusnya akan seperti itu. Buktinya aja, dia benar-benar nggak mengabari apa pun ke gue soal hidupnya. Meski gue kadang masih berusaha untuk menghubunginya, balasannya ya singkat-singkat aja. Bahkan nggak jarang isi pesannya terkesan hanya sekadar formalitas.

Jujur, gue nggak mau sepenuhnya nyalahin Rasi, karena gue juga punya andil buat disalahkan. Pertama, gue nggak tahu gimana kondisi kantornya Rasi saat itu. Kedua, gue juga nggak pernah mendengar dia ikut kumpul dengan Shira, Lintang, atau bahkan sahabat-sahabat gue lainnya. Yang itu berarti memang dia punya kemungkinan untuk sesibuk itu dengan aktivitasnya. Dan ketiga, gue bahkan nggak pernah menemukan update kehidupannya di sosial media yang dia punya. Yang kadang nih, biasanya dia masih suka curhat di close friends-nya.

Jangankan untuk curhat, gue rasa nih, dia pasti juga lupa kalau hari ini gue semestinya pulang. Buktinya sejak kemarin dia nggak ada tuh namanya bilang safe flight. Boro-boro deh safe flight, ngabarin aja kalau bukan gue duluan dia nggak akan tuh ada kabarnya. Kadang gue jadi bingung, ini gue doang yang bucin atau apa sih? Ini yang usahain hubungan ini tuh gue sendiri atau gimana?

Gue masih berdiam diri di dalam mobil menimbang untuk turun atau tidak, ketika mata gue tanpa sengaja melihat Rasi yang baru saja turun dari mobil Maserati MC20 warna hitam. Udah gitu dia senyum dan ketawa pula. Manis banget tapi kalau gue lihat jam tangan sekarang tuh rasanya...what the sakalakaboomboom? Ini seriusan Rasi baru pulang? Jam segini? Jam setengah satu malam? Sumpah lo di hari Sabtu kayak gini dia baru pulang dan dianter sama Java?

Bentar dulu, ini gue bukan jetlag karena habis terbang 29 jam 'kan, ya? Rasi keluar sama Java di malam minggu? Bentar deh, gue kayaknya beneran masih agak jetlag aja sih ini. Nggak mungkin banget Rasi gue masih lembur, sampai Sabtu tengah malam gini 'kan, ya? Emang kantornya ada hajatan apa sih?

Melihat Rasi yang sudah melambaikan tangan ke arah Javaskara, membuat gue lekas mengeluarkan ponsel untuk mencari tahu kebenaran dari apa yang gue lihat barusan. 

Sumpah, gue nggak habis pikir dengan kenyataan bahwa yang tadi gue lihat itu benar Rasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sumpah, gue nggak habis pikir dengan kenyataan bahwa yang tadi gue lihat itu benar Rasi. Dia nggak bohong, cuma lucu aja, dia balas pesan gue dengan mengisyaratkan lelah yang kayaknya buat sekadar say hi tuh berat banget. Sedangkan tadi yang gue lihat, dia senyum luar biasa cerah bahkan sempat tertawa ketika turun dari mobil Java. Lucu sih, beneran lucu banget.

Sepuluh menit berlalu dengan gue yang masih betah berada di parkir pelataran apartemen. Nggak turun, bahkan nggak juga pulang, karena sungguh gue sekarang nggak tahu harus menjelaskan perasaan gue seperti apa. Marah, kangen, kesal, kecewa, senang, semuanya kumpul jadi satu sampai gue nggak tahu perasaan mana yang lebih besar di hati gue.

AL FINE. (sebelumnya Querencia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang