track 15 [ mulai dari awal, ya ]

853 76 37
                                    

Utara's POV

Dulu, gue suka banget lembur. Alasannya? Supaya gue nggak perlu kepikiran hal-hal yang nggak penting. Apalagi sampai kangen-kangen yang nggak jelas, sama orang-orang yang nggak bisa untuk dipeluk.

Ya itu dulu.

Tapi kalau sekarang, gue rasanya mau marah kalau udah nggak bisa pulang tenggo. Apalagi sampai nggak bisa memastikan Rasi pulang dengan selamat. Bukan berarti gue nggak bersyukur dengan kesempatan kerja yang gue punya, tapi kesal juga kalau seminggu ini kerjaan gue bolak-balik lembur terus.

Biasanya kalau udah lembur dan kecapekan gini, gue lebih sering menginap di hotel yang ada di dekat kantor bareng sama beberapa teman gue yang lainnya. Karena demi apa pun, otak dan tenaga gue udah cukup terkuras habis sampai nggak ada sisanya lagi buat ganti-gantian injak kopling dan rem.

Lagi-lagi, itu dulu.

Karena kalau sekarang, cara satu-satunya buat re-charge energi gue di hari Jumat ini ya cuma ketemu Rasi. Gokil ya jatuh cinta tuh! Bayangin aja, cuma dengan lihat wajah orang yang kita sayang doang, semua rasa capek yang tadinya mau bikin badan copot, bisa langsung hilang. Bahkan otomatis bikin senyum terkembang.

Kayak gue sekarang ini yang lagi jongkok merhatiin Rasi tidur di sofa. Kebetulan tadi gue udah izin untuk mampir, dan dia bilang supaya langsung masuk aja, tanpa perlu membunyikan bel atau mengetuk pintu. Maka, jadilah gue di sini. Mengelus rambut dan memperhatikan wajahnya yang kelelahan, tapi kecantikannya justru nambah berkali-kali lipat.

Tangan gue masih mengelus rambutnya, ketika dia membuka matanya perlahan.

"Dit," Rasi menyapa gue dengan serak di suaranya, membuat gue otomatis tersenyum dan mengangguk sebagai balasan atas sapanya.

Gue berdiri dan hendak menuju kamar mandi, namun tiba-tiba tangan Rasi menahan langkah gue. Membuat gue mau tak mau berbalik menatapnya, dan langsung dihadiahi sebuah pelukan.

"Hei kenapa kamu, Ras? Tumben banget. Aku belum mandi lho, biasanya kamu marah kalau aku nggak bersih-bersih dulu."

Bukannya menjawab pertanyaan gue, Rasi justru mengeratkan pelukannya, membuat gue juga membalas peluknya, namun dengan kening yang sedikit berkerut. "You okay?"

"Bentar dulu, Dit. Mau peluk dulu ih!"

"Iya boleh banget, tapi nanti ya, aku mandi dulu."

"Ntar aja."

Refleks gue tertawa mendengar ucapannya. Karena jujur baru kali ini Rasi mengizinkan gue memeluk dia, padahal gue belum mandi sama sekali. Ya, as you know, Rasi tuh selain sehat juga bersih luar biasa. "Kenapa kamu tiba-tiba clingy, Ras?"

"Gapapa. Hm... Dit, kamu ngerokok ya?"

"Nggak," lekas gue menjawab pertanyaannya karena emang gue hari ini nggak menyentuh nikotin itu sama sekali, walau kerjaan di kantor udah bisa banget bikin gue menjedotkan kepala di tembok. "Ini karena temen-temenku kayaknya. Aku kalau nggak--"

Belum sempat gue menyelesaikan kalimat, Rasi justru menempelkan hidungnya tepat di dada gue. "Enak."

Berani jamin, muka gue saat ini benar-benar melongo setelah mendengar kalimat Rasi barusan, "Haa? Gimana?"

"Wanginya enak, Dit. Bau rokok, bau parfum kamu, sama baunya kamu," Rasi mendongakkan kepalanya menatap ggue, sembari tersenyum.

Andai dia udah biasa kayak gini, gue pasti nggak akan menatapnya bingung, bahkan sampai harus khawatir dengan dirinya. "Kamu beneran kenapa, Ras?"

"Gapapa, Dit," jawabnya dengan gelengan kepala dan ingin kembali memeluk gue, namun lebih dulu gue tahan. Gue perhatikan dirinya dari atas sampai bawah, dan baru gue baru menyadari kalau dia juga belum berganti pakaian kerja.

AL FINE. (sebelumnya Querencia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang