Bab 5 " Ragu "

204 34 6
                                    

song: Things I Can't Do For You - Park Hyo Shin












WARNING TYPO 

ENJOY READING 









Harusnya Jeselyn bangun lebih awal untuk nyiapkan bekal makan siang si kecil, tapi karna pelukan hangat sang ayah. Lyn jadi melanjutkan tidurnya dan hal hasil sikecil merajuk dan enggan untuk berbicara dengan dirinya maupun Arya. Yang lebih tua hanya mengaruk tengkuknya yang tak gatal melihat betapa gemasnya Lyan meyendok bubur kedalam mulutnya. Dengan alis yang menukik dan juga parasnya yang sangat masam.

Dia dan Lyn hanya saling pandang, sesekali terkekeh bagaimana putri kecil mereka itu tampak sangat menggemaskan pagi ini. Tapi tunggu putri mereka? Ah, wajah Jeselyn memerah. Arya meminum tehnya kemudian beranjak mengambil jasnya dan memakainya. Diam – diam si kecil merilik, dia semakin kesal kala kedua orang itu tidak ada yang mengajaknya berbicara.

" papa!!" serunya dengan bersedekap oh, jangan lupakan wajah lucunya itu.

" oh, papa kira gak mau bicara sama papa lagi." Yang benar saja

Lyan menghentakan kakinya etelah dia turun dari kursi, berjalan sambil menarik paperbag berisi bekalnya. Arya hanya terkekeh kecil sebelum itu dia mendekat keatah Lyn mengecup kening sang kekasih singkat kemudian tersenyum dan berjalan dibelakang Lyan yang masih marah.

Lyan masuk kedalam mobil dengan tangan yang bersedekap, Arya memperhatikan saja. Kemudian mesin mobil dia hidupkan dan perlahan meninggalkan pekarangan rumah, dalam perjalanan itu hening Lyan yang mengerakan kedua kakinya dan Arya yang fokus dengan jalanan. Si kecil menoleh kearah sang ayah kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sunggung mengemaskan. Balita itu marah hanya karya dia memonopoli Lyn sepanjang malam dan kata – kata di pagi hari tadi masih terniang dan membuatnya terkekeh.

Sedan hitam berhenti di depan daycare dan Lyan langsung turun, Arya masih melebarkan senyumnya.

" tak mau mencium pipi papa hmm.?" Si kecil berbalik dan memperhatikan wajah Arya.

Dia menghela nafas kemudian berjalan mendekat, namun raut wajahnya masih saja masam.

" papa jangan dekat – dekat dengan bunda. Tidak boleh!" serunya

Arya hanya mengangguk, kemdian dia mendapatkan kecupan di pipinya. Lyan tersenyum kemudian dia berlari kecil menuju sang guru. Senyuman itu membuat Arya terdiam sejenak, dia berdiri dan berjalan untuk masuk kedalam mobilnya. Arya membuka darsboard mobil mengambil sepotong foto diri dan mendiang istri. Mengelus foto itu sejenak lalu tersenyum.

" aku sudah lama tidak mengunjungimu, munkin hari ini akan mampir sebentar." Ucapnya kemudian memasukan foto itu kedalam saku jasnya.

Surya mulai tergelincir, senja akan tiba. Arya berjalan sambil menenteng buket bunga. Mawar putih adalah favorit sang mendiang. Arya sampai, dia menatap lekat foto yang terpasang disana. Dia berjongkok, mengelus nisan lembut membersihkan dedaunan yang menutupi tanah makam setelah bersih Arya meletakan buket bunga yang dia bawa.

[TAERI] PEJABAT MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang