PROLOG

442K 18.1K 3.6K
                                    

Assalamualaikum.

Setelah sekian lama, akhirnya bertemu lagi di cerita Zayyan. Pastikan sudah baca Lentera Jelita.

Fyi, cerita Zayyan ini lanjutan dari Lentera Jelita versi novel. Semoga kalian suka!

Kalian tau cerita ini dari mana?

Absen dari kota mana aja?

Siap membaca? Kasih emot.

Tim baca Lentera Jelita dulu atau langsung Lentera Senja?

"Mungkin aku bisa bersaing dengan seribu laki-laki yang menyukaimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mungkin aku bisa bersaing dengan seribu laki-laki yang menyukaimu. Namun aku tak akan pernah menang bersaing dengan laki-laki yang namanya bersanding dengan namamu di Lauhul mahfudz-Nya."

Arkanza Zayyan Ghaziullah El-Zein

*****

"Ayah, Bunda, Abang yakin dengan pilihan ini. Abang pastikan ini pilihan yang ada Allah di dalamnya. Abang melibatkan Allah. Khanza, Abang mengaguminya. Karena tugas untuk ke Lebanon, maka Abang harus menunda untuk melamarnya. Lalu saat ini, restui dan ridhoi Abang untuk melamar Khanza," ujar Zayyan begitu tulus. Ia bersimpuh di hadapan ayah dan bundanya.

Athar dan Syafiya beradu pandang saling tersenyum. "Ayah dan Bunda merestui dan meridhoi Abang. Pergilah, ridho Allah dan ridho kami menyertaimu nak," Athar menepuk pundak putranya.

"Ini cincinnya. Begitu Khanza menerima, Abang berikan ini supaya Tante Raisya yang menyematkan. Sebagai salah satu bentuk keseriusan Abang untuk Khanza. Selamat berjuang sayang."

Cup.

Syafiya mencium kening putranya. Zayyan tersenyum lega, ayah bundanya sangat mendukung. Lalu Zayyan mencium punggung tangan keduanya penuh khidmat.

"Eh, Abang bawa apa itu nak?"

Zayyan terkekeh. "Bawa sorban pemberian Ayah," jawab Zayyan.

"Kenapa bawa itu sayang?" tanya Syafiya senyum-senyum. Sepertinya perempuan paruh baya itu mengingat sesuatu yang terjadi pada masa lalunya.

"Mau Abang pake Bun. B-Boleh kan?"

Athar tersenyum, ia bangkit menghampiri Zayyan. Tangannya meraih sorban di genggaman sang putra lalu memakaikannya pada leher putra sulungnya itu.

"Sorban ini menjadi saksi bisu pertemuan Ayah dan Bunda di Jabal Rahmah. Ayah juga bawa ini waktu ngelamar Bundamu. Dijaga baik-baik ya Bang. Jangan sampai hilang. Sorban ini berharga." Tepat di saat itu Athar sudah selesai memakaikan sorban pada Zayyan.

"Nah, anak Ayah sudah ganteng. Gimana Bun? Mirip kan?" Athar terkekeh mensejajarkan dirinya dengan sang putra.

"Mirip dong. Zayyan kan bibit unggulnya Komandan Atharazka Zafir El-Zein," Syafiya terkekeh.

Lentera Senja (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang