15. Menikahimu, Haura Jennaira

136K 15.1K 5.4K
                                    

بسم الله الر حمن الرحيم

"Kini, sudah kusempurnakan separuh agamaku dengan menikahimu. Kau yang tercipta dari tulang rusuk yang bengkok. Aku akan membimbingmu tanpa kekerasan. Sebagaimana aku tidak bisa memaksakan tulang yang bengkok menjadi lurus. Melainkan kesabaranku yang harus di asah terus."

Arkanza Zayyan Ghaziullah El-Zein

Udara sejuk menyapa lembut wajah nan tampan dengan senyum teduhnya yang sedang duduk menghadap pancuran air di taman samping masjid terbesar di Kota Tua itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara sejuk menyapa lembut wajah nan tampan dengan senyum teduhnya yang sedang duduk menghadap pancuran air di taman samping masjid terbesar di Kota Tua itu. Bibirnya tak henti melafalkan kalimat yang mendebarkan agar nanti dapat diikrarkan dengan lancar.

"Qabiltu nikahaha wa...."

"ABANG."

Saat sedang fokus mengulang-ulang kalimat sakral itu, tiba-tiba adiknya datang dan mengalungkan kedua tangan di lehernya. Terdengar suara isakan tangis dari sang adik hingga membuat Zayyan kaget.

"Zana, kenapa? Abang ada salah, Dek?" Zayyan menggenggam kedua tangan adiknya dan membiarkan si bungsu itu memeluknya.

"Zana bahagia Abang akhirnya akan menikah. Tapi Zana juga sedih. Zana takut, Bang," lirih Zana dengan isakan kecilnya.

Zayyan berdiri, menuntun adiknya agar duduk di sampingnya. Lalu ia tatap kedua netra hitam kecoklatan adiknya. Diusapnya lembut air matanya yang menetes sampai ke pipi.

"Adek takut apa, hm?" tanya Zayyan masih menggenggam kedua tangan Zana.

"Aku takut Abang direbut sepenuhnya oleh Kak Haura. Nanti gimana kalau aku nggak bisa ketemu Abang lagi? Nanti gimana kalau aku nggak boleh peluk, jalan, dan main sama Abang lagi? Aku takut, Abang," ungkap Zana.

Zayyan terkekeh, "Hei, cantiknya Abang jangan berpikir sejauh itu. Walaupun Abang sudah menikah, itu tidak akan membuat rasa sayang Abang untuk kamu hilang, Dek. Kak Haura juga nggak mungkin ngelarang Abang ketemu sama kamu. Biar bagaimanapun, selamanya Zana itu adek Abang Zayyan. Udah ya, jangan nangis lagi."

"B-Beneran, Bang?" Zayyan mengangguk.

"Sini Abang peluk." Zayyan merentangkan tangannya, disambut dengan Zana yang menghambur dalam pelukannya.

"Mau ikut berpelukan juga." Tiba-tiba Farzan yang baru datang ikut berpelukan bersama abang dan adiknya.

"Duh..Duh..Duh. Ini kenapa jadi teletubbies," Zayyan terkekeh.

Lentera Senja (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang