35. Gramedia Date

77.4K 9.4K 1.3K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Siapa yang baca ini pas malming?

Semoga syukaa..happy reading✨

Haura, perempuan yang masih menggunakan mukenah itu kini tengah duduk di sajadah sembari memeluk al-quran. Lisannya terus membaca berulang-ulang surat Al-Fajr yang sebentar lagi harus disetorkan pada suaminya. Sesekali ia buka mushaf itu untuk memastikan ayat yang dibaca benar.

"Semoga Mas Zayyan dikamar mandinya lama," harapnya agar punya waktu lebih lama lagi untuk melancarkan hafalannya.

Sering terjadi, saat mengulang hafalan sendiri rasanya sudah lancar. Namun saat berhadapan dengan suaminya, Haura gugup hingga akhirnya lupa dengan ayat yang dia hafal.

"Bentar, kok nggak ada suara air? Apa jangan-jangan Mas Zayyan mau keluar? Nggak, nggak boleh. Aku belum lancar." Haura meletakkan al-qurannya di nakas. Ia beranjak keluar kamar menuju kamar mandi.

Tok..Tok..

Haura mengetuk pintu kamar mandi. "Mas Zayyan masih lama nggak?"

"Nggak, Sayang. Bentar lagi Mas keluar," jawab Zayyan dari dalam.

"Gawat! Nggak boleh, nggak boleh. Aku butuh lima menit lagi buat lancarin hafalan." Haura panik. Namun di saat panik seperti ini ide cemerlangnya muncul. Walaupun ragu, akhirnya Haura memberanikan diri.

Klek.

Haura menggeser slot kunci hingga membuat kamar mandi terkunci dari luar.

"Mas, maafin aku," lirihnya merasa bersalah. Lalu ia kabur ke kamar dan menutup pintu rapat-rapat.

Selama ada waktu, Haura tidak menyia-nyiakan untuk mengulang hafalannya. Samar-samar ia mendengar suaminya berteriak memanggil.

"Haura. Pintu kamar mandinya nggak bisa dibuka. Kayaknya ke kunci, tolong bukain Sayang."

"Haura, kamu ada di sana kan?"

"Sayang?"

Haura yang sedang mengulang hafalan tak kuasa menahan tawa. Satu sisi ia merasa bersalah karena mengunci suaminya di kamar mandi. Di sisi lain ia ingin punya waktu lebih banyak untuk mengulangi hafalannya. Alhasil Haura tak menggubris panggilan Zayyan.

Nek Ijah baru saja keluar kamar setelah shalat shubuh. Kondisinya sudah membaik sejak semalam. Sepertinya Nek Ijah sakit karena merindukan cucunya. Buktinya saat Haura datang kondisinya kian membaik.

"Haura, bantuin Mas bukain pintunya."

Nek Ijah mendengar suara dari arah dapur. Ya, seperti susunan rumah di desa pada umumnya, biasanya kamar mandi berada di dekat dapur.

Nek Ijah bergegas menuju dapur dan beliau semakin mendengar jelas suara orang yang berasal dari kamar mandi.

"Zayyan di dalam?" tanya Nek Ijah memastikan.

Lentera Senja (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang