4

67 13 1
                                    

Sekarang udah hampir jam 12 siang dan gue sama Harry masih sama-sama diem. Harry fokus sama kerjaannya, sementara gue tiduran di sofa sambil hafalin silsilah keluarga kerajaan Inggris. Abisnya gue bosen banget. Mau ngobrol, tapi gak mau sama Harry. Mau keluar, tapi gak dibolehin.

Pandangan gue yang tadinya ke langit-langit, sekarang ke Harry. Gue gak tau dari tadi dia nulis apa di komputer dan bukunya. Tapi ngeliat muka fokus dia, lucu juga. Alisnya kerut dan dia gigit bibirnya sambil sesekali nyisir rambut pake tangan.

Rambutnya.

Inget sesuatu, akhirnya gue berdiri dari tempat gue dan beranjak nyamperin Harry. Dia keliatan bingung waktu liat gue tiba-tiba di belakang kursinya sampe dia muter buat ngeliat gue lebih jelas.

"Mau ngapain?"

"Sstt.. katanya gue boleh ngapain aja, 'kan? Om berdiri dulu bentar."

Lalu Harry berdiri, menghadap gue. Sayangnya dia terlalu tinggi jadi gue gak bisa raih rambutnya.

"Kamu mau mainin rambut saya?" Kata Harry, terus dia setengah jongkok sampe muka kita berdua sejajar dan deket banget.

Bukannya gue lakuin apa yang mau gue lakuin, gue malah diem dan natap Harry. Dia lebih ganteng dari jarak deket begini.

"Isa. Saya pegel."

"E-eh.. sorry."

Akhirnya gue nyisir semua rambut Harry ke atas dengan jari-jari gue sampe semuanya kekumpul jadi satu. Gue ambil karet rambut di pergelangan tangan gue pake gigi dan gue sadar Harry ngeliat ke arah mulut gue terus.

Gak mau lama-lama salting, gue iket rambut Harry pake karet rambut gue dan gue bentuk sebisa mungkin buat jadi cepolan di belakang kepalanya.

Nah, kalau gini 'kan dia gak risih sama rambutnya.

Makin ganteng juga. Hehe.

Harry kembali berdiri normal dan dia ngeliat penampilannya di depan cermin di salah satu sisi dinding ruangannya. Gak lama, dia senyum dan balik ngeliat gue.

"Thank you, Isa."

Gue cuma ngangguk.

"Sekitar 10 menit lagi kerjaan saya selesai. Saya tau kamu bosen banget, 'kan? Sebagai gantinya, nanti saya ajak kamu ke mall gimana? Sekalian makan siang."

"Mau!" Bales gue, sampe loncat sangking semangatnya.

Kayaknya emang gue sama Harry cocoknya jadi Om dan Keponakan aja deh.

"Ya sudah. Saya lanjutin kerjanya sekarang supaya cepet selesai. Kamu mau saya pangku atau duduk di sofa lagi?" Kata Harry dengan muka ciri khas om-om penggoda. Tapi sayangnya gue gak gampang tergoda.

"Ogah banget gue nempel sama lo."

Harry cuma ketawa tanpa alasan yang jelas. Gue pun balik duduk di sofa dan lanjutin hafalan tadi. Siapa tau kapan-kapan gue dites.

Belum ada 5 menit gue duduk, pintu Harry diketuk untuk kedua kalinya hari ini.

"Ya, masuk!" Kata Harry, sedikit kenceng supaya kedengeran dari luar.

Gue yang kepo, ikutan ngeliat ke arah pintu dan datanglah si cabe-cabean yang biasanya paling digemari abang-abang ojek pangkalan.

"Pak Harry.." Katanya, tapi terbata-bata.

"Kenapa, Becca? Kamu gapapa?"

Wah, ternyata Harry merupakan sosok bos yang perhatian sama karyawannya.

"Pak Harry, tumben rambutnya--"

"Hehe, iya. Bagus gak? Kamu suka?"

"Bagus Pak. Pak Harry mau gimana juga tetep cakep kok."

Arranged//H.S.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang