5

61 12 2
                                    

Harry ini aneh. Tadi 'kan dia keliatan ngambek sama gue gara-gara gue telepon Babas, bukan Nenek. Tapi abis kita makan siang, dia malah baik lagi terus gandeng tangan gue sambil ngajak gue keliling mall.

Gue baru tau ada laki-laki yang mood swing-nya melebihi cewek kalau lagi PMS.

Pertama Harry ngajak gue ke toko pakaian yang depannya H, belakangnya M. Dia bilang gue bebas ambil apa aja yang gue mau dan gue berakhir dengan 5 pasang pakaian. Artinya 5 atasan, 5 bawahan.

Sebenernya gue udah ngerasa cukup sama itu semua tapi Harry bilang gak lengkap kalau gue belum ambil aksesoris. Gue sebagai member pecinta gratis se-kecamatan, akhirnya gue gak buang kesempatan ini secara sia-sia.

Gue ambil 1 gelang dan anting, tapi Harry malah masukin kalung sama choker ke dalem keranjang yang dia tenteng.

Total harganya hampir 2 juta dan Harry bayar itu semua kayak dia jajan telor gulung yang harganya 2 ribu.

"Kamu mau sepatu? Heels atau sneakers?" Tanya Harry, sambil berhenti di depan toko mewah yang brand ambassador-nya mirip banget sama Harry.

"Maksudnya dari toko itu?" Gue nunjuk.

"Iya."

"Kenapa lo tiba-tiba jadi mau beliin gue--"

Belum selesai gue ngomong, Harry udah narik tangan gue duluan ke dalem toko itu.

"Harry! Biasa aja nariknya!" Pekik gue sambil pukuk tangan Harry yang gak nyantai narik gue.

Tangan Harry lepas dari gue dan anehnya, dia malah senyum manis banget.

"Saya suka kalau kamu panggil saya Harry." Katanya. Terus dia ngusap kepala gue, lembut banget kayak pantat bayi.

Untung aja gue kuat, gak sensitif dan gak mudah jatuh cinta. Hehe.

"Selamat siang, ada yang bisa kami bantu?"

Gara-gara pegawai toko ini dateng, Interaksi gue sama Harry jadi berhenti tiba-tiba. Ish, gak bisa nunggu sebentar apa?

"Tolong bantu istri saya cari sepatu, ya. Berapapun harganya, akan saya bayar asalkan dia suka dan nyaman sama sepatunya."

Jujur, kalimat itu adalah salah satu cita-cita gue. Gue pengen banget bisa ucapin itu pas ngajak Nenek belanja.

Lagi-lagi gue cuma bisa cengo sambil ngikutin pegawai itu ke area sepatu, sementara Harry, sambil nenteng tas belanja gue, dia pergi liat-liat pakaian lagi.

Sebenernya gue udah naksir sama sepasang sepatu sejak tadi gue lewat toko ini. Sepatu itu dipajang tepat di kaca bagian depan toko yang pasti harganya lebih mahal dari pada yang lain. Gue rasa itu sepatu keluaran baru.

Karena Harry udah bilang buat turutin apapun yang gue mau, akhirnya gue minta sama pegawainya buat cobain sepatu itu, yang seukuran sama kaki gue.

Dan kayaknya emang jodoh aja, sepatu yang dipajang itu ternyata pas sama ukuran gue. Sepatunya keren, nyaman banget di kaki.

Iyalah, mahal.

"Udah dapet sepatunya?" Harry tiba-tiba dateng, ngagetin gue. Pegawainya aja hampir latah.

Alis gue ngerut waktu gue liat Harry bawa 2 pakaian lagi di tangannya.

"Itu apaan lagi?"

"Hoodie. Kamu yang putih, saya yang hitam."

Berasa pacaran sama ABG tau gak? Masa beli barang couple. Tapi gemes.

"Udah dapet sepatunya." Kata gue, pasrah aja sama Harry yang seneng jajan.

Arranged//H.S.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang