02|Namaku Chiara

40 8 1
                                    

Kalimantan Barat,
28-08-2022

-🍓-
-
-
-
🍓-🍓-🍓-🍓-🍓

Langkah kaki Bakugou seketika terhenti. Tepat dihadapannya sepasang tangan kecil terentang. Tak tanggung-tanggung, Bakugou segera  melepaskan earphone yang menggantung ditelinga kanannya.

Oh ya Tuhan, apa lagi ini. Rasanya panas percikan api mulai menjalar di aliran darahnya. Mau pulang'pun banyak cobaan. Bakugou rasanya ingin pindah agama.

Yang didepannya ini anak siapa?!

Alis Bakugou menukik. "Apa bocah?!" tanya nya emosi. Dia benar-benar sudah tak sabar ingin pulang ke rumah. Bahkan saat ini kasur adalah hal yang sangat ia rindukan dengan seperempat hatinya.

Tetapi walau sudah diteriaki begitu, gadis kecil itu masih tak bergeming dari tempatnya. Kedua tangannya tetap terentang. Awalnya pemuda berquirk Explosion itu kesal karena diabaikan, namun seketika sedikit membatu kala melihat beberapa luka goresan di kedua lengan mungilnya.

Secara refleks, netra Ruby miliki Bakugou pun berlanjut mengobservasi penampilan gadis kecil itu. Dia memakai gaun biru tanpa lengan yang sudah lusuh dan sudah banyak bercorak tanah. Wajah dan kakinya pun tak luput. Pipinya tirus. Dan satu hal yang membuat Bakugou menambah opini baru dalam benaknya.

'dia mirip plang besi.'

***

Sekarang sudah pukul 7 tepat. Pas sekali dengan kedatangan Bakugou di gerbang rumahnya.

Baru saja kepalanya menongol dari daun pintu, suara seorang pria terdengar. Begitu Bakugou masuk, rupa-rupanya sang Ibu tengah menonton Televisi. Layar monitornya menayangkan sebuah acara berita yang dibawakan oleh pria yang bersuara tadi.

"Aku pul--"

"Untuk saat ini, para hero yang sudah ditugaskan sedang berusaha memadamkan api di sekitar lokasi.  Ledakan yang terjadi barusan masih diselidiki oleh pihak detektif."

"--lang."

Bakugou langsung memasang ekspresi kesal di wajah lelahnya. Kali ini dia ingin meledakkan wajah pria pembawa acara itu. Berani beraninya Ia memotong perkataannya barusan?!

"Ibu! Jika menonton siaran TV sendiri, pelankan volumenya! Bahkan suara anak mu sendiri kalah."

Mitsuki, wanita paruh baya dengan gaya dan warna rambut yang mirip dengan milik Bakugou itu menoleh dengan alis yang menukik tajam. "Apa katamu?? Baru pulang sudah ingin mengajak ribut. Balik lagi sana! Mengacau suasana tentram saat menonton saja!"

Bakugou hanya menggerutu sebagai balasan. Dirinya menyibukkan diri untuk melepaskan kedua kaus kaki putih yang terpasang. Butuh beberapa menit, karena untuk saat ini Bakugou benar benar masuk ke level terlelahnya.

Ia dan Ibunya memang memiliki temperamen yang sama; mudah marah dan mengamuk. Hanya ayahnya saja yang memiliki karakter yang lebih kalem.

Namun bukan berarti keluarganya tidak harmonis. Dibalik perkatan pedas Ibunya, Bakugou mengerti akan kekhawatiran Ibunya yang tersembunyi. Begitupula dengan Mitsuki. Ia memahami temperamen anaknya yang mudah marah. Dengan cara berkomunikasi mereka yang seperti itu, tak ada rasa kecanggungan. Yang ada, hubungan keakraban tercipta dengan sendirinya.

Yah, anggap saja cara berinteraksi mereka ini cukup unik dan sedikit berbeda.

Ditengah keheningan yang tercipta sebentar, Ibu Bakugou kembali bertanya. "Oh ya. Tadi kau menggunakan jalur mana?"

Her Uniqueness || Bakugou KatsukiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang