Senja saat itu telah dimulai, warna keemasan yg di pancarkan sang mentari pun sudah membuat dunia seakan berubah warna.
Saat itu aku baru saja pulang dari pekerjaan ku, seperti biasa, aku berjalan menyusuri trotoar jalan, aku memang tidak pernah menggunakan motorku saat pergi bekerja, karna memang kontrakanku tak jauh dari tempatku berkerja.
Saat aku tiba di tepian sebuah danau.. yah lebih tepatnya mungkin desebut kolam.. tapi kolam ini sangat menarik. Apa lagi saat menjelang senja seperti ini, banyak orang atau couple yg suka duduk bersantai di kursi kayu yg di sediakan di sepanjang tepian danau buatan itu untuk menikmati cahaya emas sang mentari.
"Han..!!". Sayup sayup kudengar suara seorang wanita memanggil namaku. Aku pun menoleh ke ara suara itu berasal.
"Cintia? Hei... ".kata ku.
Aku mengajak cintia duduk di sebuah kursi yg kebetulan saat itu sedang kosong.
"Benarkah.!!?"
" iyah... sebenarnya aku sudah lama tau dia sedang ada di tempat itu. Tapi Oliv tidak pernah mengijinkanku untuk memberi tau kamu....".
"Kenapa begitu? Seharusnya kamu beri tau dia.. kalo aku disini sangat menghawatirkannya... ".ujar ku.
"Sudah... han.. aku sudah bilang seperti itu... tapi sejak kejadian itu... dia benar-benar berubah... bahkan aku kakaknya sendiri.. juga di hindarinya..".terang Cintia.
"Mmh.. baiklah jika seperti itu.. antarkan aku ke tempatnya.."
"Tapi han... aku takut.. dia malah tambah marah sama aku.".
"Cintia... aku ingin bertemu dgnya... ayo lah Aku mohon..".
"Mmmh... baiklah... ikuti aku".tukas Cintia.
"Ah.. yah.. terimakasih.. Cintia..".
Kami pun segera bergegas dg Cintia menjadi penunjuk jalannya.
Cintia pun terus berjalan di depanku, ia terus membawaku ke tempat tempat aneh yg sebelumnya belum pernah ku datangi sebelumnya.
"Cintia... apa kau yakin ini jalannya?"tanya ku.
"Heheh... tentu saja han... sudahlah... kau ikuti saja... sebentar lagi nyampe kok..".jawab Cintia mengumbar sedikit senyum padaku.
Yah akhirnya selama perjalanan aku pun hanya diam, cintiapun juga tak berkata apa setelah itu.
Tak lama kemudian kami pun tiba di pinggiran hutan pinus. Aku semakin bingung saat Cintia malah mengajakku masuk kedalamnya, berulang kali aku bertanya tapi jawaban Cintia tetap sama... dia hanya menyuruhku untuk mengikutinya.
30 menit telah berlalu Aku dan Cintia semakin jauh masuk kedalam hutan pinus itu, Bukan main kakiku rasanya mau copot, jujur saja selama ini aku belum pernah berjalan kaki sejauh ini.
Akupun merasa sedikit lega saat Cintia berkata bahwa kami telah sampai di tempat tujuan.
Cintia mengajak ku masuk kedalam sebuah gubuk tua yg sepertinya sudah mulai melapuk. Mungkin gubuk itu sudah lebih lima tahun tidak di terurus, kulihat sebagian atapnyapun juga sudah ambruk. Tapi penyanggah utama gubuk itu kurasa masih sangat kokoh, walau kulihat juga ada bagian yg mulai melapuk.
"Oliv ada di tempat ini?" Tanya ku.
"Iyah..ini tempat favoritnya sejak kecil... nah.. itu dia.."ujar Cintia menunjuk kesebuah ruangan lain yg ada di dalam gubuk itu.Akupun segera memasuki ruang kecil itu kulihat Oliv sedang terbaring di sebuah anyaman yg terbuat dari bambu.
"Oliv..? Kau baik-baik saja?".tanyaku pelan. Seraya duduk di samping gadis berpakaian serba putih yg saat itu sedang terbaring di depanku.
"Oliv..? ".kataku hampir tak terdengar.
Aku kaget setengah mati saat aku membelai rambut Oliv yg panjang nan lebat itu dan melihat bantal yg di gunakan Oliv saat itu.
"Darah..? Oliv... ??".kataku lagi kali ini aku menggoyang-goyangkan tubuh Oliv. Berharap Oliv akan sadar dari tidurnya.
Namun semua itu sia-sia, tak ada respon dari Oliv, aku baru sadar bahwa saat itu wajah Oliv begitu pucat. Segera aku memeriksa denyut nadinya , tapi tak ku rasakan apa-apa,
"Ya ampun Oliv...".ucapku dalam hati.
"Cintia!!..Cintia..!!?" Teriakku memangil Cintia, namun tak ada respon apapun dari Cintia.
Akupun keluar dari ruangan itu dan bermaksud mencari Cintia.
Namun alangkah terkejutnya ketika tiba-tiba saja aku lihat sebuah kapak terbang melayang menghantam bahuku."Akh...!! GHH??".Seruh ku kesakitan. Aku rasakan kapak itu menancap begitu dalam si bahuku.
"Cintia... ?? Apa yg kau lakukan??".Tanyaku kebingungan, namun Cintia tak menjawab pertanya'anku malah sekali lagi menyabetkan sebuah golok panjang ke arah wajahku,
akupun berusaha menghindar, namun tidak berhasil, Golok itu masih mengenai dahiku.
"AGGHH!!!".Teriakku.
"Han... kamu tau kan? Aku menyukaimu sejak kita masih duduk di bangku SMA?...".kata Cintia mulai angkat bicara.
"Hhh... Cintia..".ucapku sambil terus berusaha menjauhi Cintia.
"Kenapa... kau lakukan ini Cintia? Kenapa kau membunuh Oliv? Bukankah dia adalah adikmu sendiri?".tanyaku gemetaran.
"Ehhheh... itu... karna dia mencoba merebutmu dariku... hh..".sahut Cintia.
"Wanita Apa kau ini!!! Jahannam!!!".Bentakku Geram.Cintia hanya tertawa seperti orang gila, aku benar-benar tidak menyangka gadis periang seperti Cintia bisa melakukan semua ini.
"Aku iri pada kalian berdua...!! Aku benci kalian...!!".
"Saat kalian berduaan... bermesraan .. aku benar-benar terbakar Han!!".
"Tapi... aku sadar.. Cinta tak bisa di paksakan... aku sadar sekeras apapun aku akan berjuang... aku pasti akan akan gagal untuk mendapatkan cintamu itu han...".ujar Cintia mulai meneteskan Airmatanya.
"Karna itu... aku tidak mau.. ada orang yg memilikimu... akupun menyusun strategiku untuk menghancurkanmu dan Oliv... heheh..".kata Cintia lagi.
"Apa maksudmu..".tanyaku.
"Aku membuat pesan-pesan palsu di handphone Oliv... seakan dia tengah menyelewengkan cintamu... heheh... Aku menyuruh.. berandalan jalanan... untuk memperkosa Oliv... dan membuat nya seakan Oliv yg sengaja melakukan semua itu..heheh... tapi ternyata... semua itu tidak cukup untuk kalian... Dan semua itu membuatku untuk melakukan hal nekad ini Han... hhe..".ujar Cintia mulai menghampiriku lagi.
"Kau benar-benarketerlaluan Cintia...!!!".
"Kau yg keterlaluan Han... !! Aku ingin kau mati!!".Cintia berlari kearahku dan mengibaskan Golok panjang ke arah ku.
"Uakhh!!.. ".teriakku saat ku rasakan golok itu menguyak dan hampir memutus leherku, namun bersamaan dg itu aku juga menghatamkan kapak yg tadi mengenai bahuku.. ke bagian belakang kepala Cintia.. dan kurasa hal itu berhasil membelah tulang tengkoraknya, karna kulihat saat itu ia langsung roboh di pelukanku.
Saat itu aku masih sadar. Aku masih sempat keluar dari gubuk itu dan mencari pertolongan, namun semua itu sia-sia.. aku terjatuh dan semuanya menjadi gelap. Aku tau... saat itu aku tidak akan selamat, karna darahku terus mengalir dari lukaku., aku tau semua ini akan membuatku berakhir.
Aku tidak percaya... hal seperti ini bisa membuat kami bertiga seperti ini... Oliv, Cintia... sebernarnya aku menyukai mereka berdua... tapi aku tetap harus memilih salah satu dari mereka. Oliv... Cintia... Ma'af kan aku... aku benar-benar minta ma'af karna telah membuat kalian menderita seperti ini...
The end.
Makasih sudah mau baca cerpen ini... jangan lupa votenya yah teman-teman biar makin semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita di Akhir Senja
Short StoryApakah aku salah telah membuat ruang di hatinya?