12

300 35 3
                                    

Hohoho i'm back 😎

tandain kalo ada typo




HAPPY READING




"Kamu datengnya kecepetan, Re. Bunda belum siapin apa-apa. Ayahnya Ares kemaren sibuk banget jadinya nggak sempat nemenin Bunda belanja bulanan. Arsen kalo weekend begini pasti seharian di kasur. Aiden, ah anak itu dari pagi udah main entah ke mana." gerutu Tita.

Tita berencana mengajak Reyya barbekyu dengan keluarganya. Tita sudah mengundang kedua kakak dan kakak iparnya, adik ipar serta suaminya, dan para sepupu Ares untuk datang kerumahnya sore nanti.

"Nggak papa, Bunda. Reyya memang sengaja. Reyya juga kangen belanja bareng begini. Kalo sama Mama nggak bisa. Jadwal kosong Mama sering tabrakan. Belum lagi kalo belanja sama Mama yang ngawal sekompi."

Tita terkekeh geli mendengar ucapan hiperbola Reyya.

Reyya memang sengaja menghabiskan akhir pekan dengan keluarga Ares. Reyya ingin mengenal lebih dekat keluarga besar Ares.

Saat ini mereka-tepatnya Reyya, Ares, Kara, Rafa, dan juga Tita- tengah belanja bulanan di minimarket depan komplek perumahan Tita. Minimarket itu termasuk memiliki kebutuhan yang lengkap seperti buah dan sayuran segar, daging serta ikan segar.

"Gimana rasanya dikawal terus tiap saat, Re ?" tanya Tita.

Reyya mendorong troli belanjaan sembari mengikuti langkah Tita. Ares, Kara, dan Rafa hanya mengikuti dari belakang.

"Awalnya risih, Bun. Tapi lama kelamaan jadi terbiasa." jawab Reyya sambil membenarkan letak masker yang menutupi sebagian wajahnya.

Reyya memang sering memakai masker jika berada di tempat umum. Hal itu dia lakukan agar tidak membuat kerumunan.

"Bunda paham, adaptasi memang nggak mudah. Bunda salut deh sama kamu, Re." Reyya tersenyum malu mendengar pujian dari calon ibu mertuanya.

"Saus barbekyu-nya udah, Bun ?" tanya Reyya.

"Oh iya sampe lupa. Padahal kita mau barbekyu-an malah lupa ambil saus barbekyu-nya." Tita menepuk pelan keningnya.

Setelah memastikan tidak ada belanjaan yang terlupa, Tita dan Reyya mengantre di kasir.

"Bun, bayar pake punya Mas aja." Ares meraba saku di celananya.

"Bun, dompet Mas ketinggalan di mobil. Tunggu sebentar, Mas ke parkiran dulu."

Ares pun berlari keluar menuju area parkir.

"Bunda. Tadi pas kita dateng Reyya liat ada yang jual rujak di depan minimarket ini. Kayaknya enak buat dimakan rame-rame, Bun." usul Reyya.

"Wah itu rujak memang langganan Bunda. Mantep banget bumbunya, Re. Nanti abis ini kita beli yang banyak."

"Kalo Reyya dan Mbak Kara yang pesan duluan gimana, Bun ? Biar nggak kelamaan nunggunya." tanya Reyya.

"Apa nggak papa, Re ?" Tita sangsi membiarkan Reyya memesan rujak duluan.

"Nggak papa, Bun. Kan ada Mbak Kara."

"Ya sudah, nanti Bunda nyusul ya. Kamu hati-hati." pesan Tita yang dibalas Reyya dengan acungan jempolnya.

"Bun, nunggu Mas Ares kelamaan. Pake punya Reyya aja. Kasian ini mbak kasirnya udah nunggu." saran Reyya dengan menyodorkan beberapa lembar uang seratus ribu.

"Aduh nggak usah, Re. Bunda tadi udah siapin uangnya malah ketinggalan. Biar pake punya Ares aja." tolak Tita.

"Udah nggak papa, Bun. Bang Rafa !" panggil Reyya, Rafa pun mendekat.

The Edge of BulletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang