Bagian 6 (Selesai)

32 3 0
                                    

Aku meratapi nasib ku yang malang, ketika sadar bahwa bang Jeno sengaja tidak membawa ponsel nya, karena tadi sebelum berangkat bang Jeno berpesan untuk cas in ponsel nya yang lowbat. Aku mengusap wajah ku kasar, lalu bagaimana nasib ku sekarang? Aku sadar, sudah dari lama, kos ini memang seram dan aneh, tak ada yang lebih aneh dibanding tetangga kos di sebelah kamar kos bang Jeno.








Srkkkk.... Dug.. dug!






Aku memejamkan kedua mata ku erat, dengan berani aku beranjak dan menjauh dari ruang tv, dan berjalan menuju kamar. Aku lelaki, tapi jika menyangkut setan begini, aku takut. Dari kecil aku paling gak suka film film horor maupun thiller, intinya aku gak suka dengan apapun yang berhubungan dengan hal hal berbau mistis.

Tok.. tok.. tok..





Aku menggeleng panik, seluruh tubuh ku gemetar ketakutan. Aku lari ke dalam kamar, dalam hati terus merapal doa doa agar kesialan ini cepat berakhir, bang Jeno pulang dan aku tidur nyenyak. Beberapa kali suara ketukan pintu masih terdengar, membuat ku beringsut mundur hingga tersudut di dalam kamar. Mata ku menatap ke arah meja belajar, beberapa memori mengulas di dalam kepala, aku ingat!





"Bukan nya itu name tag punya tetangga kamar bang Jeno? Siapa itu namanya..... Hmmm...."

".... Na Jaemin?"




"Sial, aku lupa balikin barang itu." Aku menepuk kening ku, samar samar aku merasa mulai aman, tak ada yang mengetuk atau dinding kamar yang seperti di pukul atau apa lah itu. Hening. Aku bernapas lega berjalan mendekati meja dan mengambil barang yang menjadi pusat perhatian ku.

"Gue gak berani balikin ini, sial. Muka orang nya aja udah kayak setan." Gumam ku pelan, ragu.














"Oke, demi hidup tenang, gue balikin sekarang."







Aku keluar dari kamar, dan melangkah takut ke pintu utama. Aku harus cepat membalikkan barang yang bukan milik ku ini.















****

"Ada orang? Halow??? Bang?" Aku mengetuk pintu sebelah kamar bang Jeno, tetangga nya. Dugaan ku benar, semua pintu sudah tertutup rapat, bahkan tak ada suara lagi. Sepi.

"Bang?? Ini—"



Ceklek..





Seorang Na Jaemin di sana, pemuda dengan memakai kaos yang antah berantah, berantakan, dengan wajah yang datar kayak triplek. Aku menelan Saliva ku kasar, rasanya mau menjerit. Siapa aja tolong aku!

"Ada yang di cari?"






Kali pertama, aku mendengar suara tetangga bang Jeno yang sombong ini. Aku berdehem, memutus canggung antara aku dan batin ku sendiri. "E-eh bang, Jaemin kan? Hehe, ini, mau balikin name tag yang waktu itu jatuh, baru inget." Aku nyerahin name tag itu ke Na Jaemin, yang langsung di terima.

Aneh banget, muka dia pucet.

"Bang, boleh nanya gak sih?"

"....."

"Ya udah deh, gak jadi." Setelah nya dia kembali masuk, dan blam! Pintu dengan plang yang tertempel, Room 33 tertutup di depan ku. Aku melipir kembali ke tempat yang seharusnya, kamar milik bang Jeno, ingin sekali rasanya mengumpati penghuni kamar nomor 33 itu, sangat sombong.

Ku tutup pintu, lalu aku pergi ke kamar.











"Hufffttt, lega banget." Aku mengusap wajah ku, mengambil satu buah buku milik bang Jeno dan memakai nya untuk kipas.

Sampai di mana, selembar kertas terjatuh, bukan, itu koran.

Bang Jeno menyelipkan koran di dalam buku itu.


"Apa ini?" Aku yang penasaran, akhirnya membuka dan melihat apa isinya.












"Na Jaemin, siswa SMA yang depresi di tinggal mendiang ibu nya, dan melarikan diri karena ada masalah dengan ayahnya sendiri. Tidak ada yang tau pasti dimana sekarang keberadaan nya, selamat, atau tidak, hubungi nomor di bawah ini kalau kamu melihat sosok pemuda seperti gambar di atas."












"Depresi? Kabur? Na Jaemin? Penghuni kamar nomor 33?"













"Gue gak ngerti sama semuanya."












***

SELESAI


Bisa dibilang ini cuma few story aja, jadi cerita ini selesai sampai di sini!!! Bye bye!❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Room No.33 | Park jisung (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang