" Sir, Hold on! "
Gadis itu berseru dengan jari-jari lentiknya menahan pria berjas yang datang entah dari mana melesak masuk ke dalam apartemennya.
" Huft, apa yang kau lakukan disini?! Kau bahkan bukan kenalanku! " Seru gadis itu, lagi. Ia terlihat meraba-raba meja dapur mencari benda yang bisa ia gunakan.
Pria itu hanya menatapnya dengan tatapan malas " Pisau ada di samping kiri mu. " Ucapnya membuat gadis itu menyadari ía salah arah mengenali dapurnya.
" Ahh, tidak... Aku tidak mencari pisau. Anda tidak menjawab pertanyaan ku! "
" Ku dengar ada hal menarik disini, jadi aku datang... —— well, something I want, I think? "
Gadis itu memperbaiki posisi berdirinya, pria di depannya berhasil mencuri atensinya hingga ke akar.
" Kau mencari apa? Lalu kenapa kau disini? "
Pria itu membuka sisi jasnya, mengeluarkan secarik kertas dengan hasil print yang menarik perhatiannya. Sontak ia teringat dengan apa yang telah ia lakukan selama ini.
" So u wanted me? "
" Tergantung, tergantung dengan profesionalitas mu. "
" Te... Tentu! Aku mampu! "
" Berapa umur mu! "
" 27! "
" Berapa tinggi mu! "
" 162? "
" Your favourite colour? "
" Blue, purple! "
" Your zodiac! "
" Virgo! Of course! "
" Your birthday! "
" 22 September!! "
" What?! "
" Wh—— what.. What? "
Gadis itu menatap kembali pria asing di depannya. Ada apa? Apa ia telah salah menjawab? Lalu ia kehilangan uang-uangnya? Hah! Uang?
Ah benar! Kenapa pria ini bisa masuk ke dalam apartemennya!
" Kenapa kau bisa disini? " Tanyanya
" Seseorang membiarkan ku masuk... "
" Shit! "
" Ooh! No cursing! "
" Ayeee! "
" Temui aku besok malam, akan aku kirim alamatnya. "
" Okay! "
Gadis itu menatap perginya pria itu, hanya seperti itu? Lalu apa sekarang? Setelah penantiannya 2 bulan ia akhirnya berhasil menarik seorang pria! Dalam situs iklan?
Iklan?
Duh! Gadis cantik yang lupa kalau dia cantik, yang ia perlu hanya uang dan uang. Gadis 27 tahun yang memasang iklan untuk jual diri! No! Na.. Na.. Bukan jual diri seperti itu.
" Akhirnya Im Nayeon! Kau akhirnya punya job! Job mematikan yang tidak pernah kau bayangkan! "
...
" Mwo?! Pria tadi pagi? Yang benar saja!"
" Ne, kau juga! Kenapa asal membiarkannya masuk! " Balasnya kembali membuat gadis dengan rambut pendek itu terdiam.
" Maaf" Jawabnya setelah diam " Tapi tetap saja kau gila! Kau!!! Ahhh aku bisa gila! "
Nayeon, Im Nayeon menatapnya dengan tatapan hangat sembari memasukkan beberapa potong remahan biskuit ke dalam mulutnya.
" Maaf, aku tidak punya pilihan lain. Kau tau sendiri aku saja masih menumpang pada mu dan momo... Belum lagi aku punya tanggung jawab yang lebih besar, aku—— bahkan tak sanggup ketika sudah mengambil seluruh pekerjaan yang aku bisa... Jaga toko, menjual buku, membagikan banner... Hampir semua hal itu aku lakukan dalam tiap minggu, tapi semuanya tak membaik... "
Gadis berambut pendek itu duduk mendekat, memeluk Nayeon yang Notabenenya lebih tua darinya, ia akhirnya memaklumi keputusan gila itu. Memang gila untuk di akui, tapi semua telah ia lakukan demi membantu meringankan biaya rumah sakit untuk ibunya, yang telah koma satu tahun tiga bulan.
Ia bahkan tak punya uang untuk makan dan menumpang dengan sahabat baiknya.
" Tetap beri kabar padaku... Aku dan momo akan selalu membantu apapun itu. "
Nayeon, terdiam dalam tangisnya. Air matanya tak pernah kering untuk meratapi nasibnya. " Eung... Geurae... Akan aku kabari. "
Kalian tau? Langit yang cerah belum tentu sama di tempat lain. Dunia berputar tapi baginya, dunianya ada gelap. Hampir setiap hari ia menangis karena setiap permasalahan. Hingga ia menyerah dan berharap akan ada orang yang mencoba " Menyewanya "
Malam itu sebuah pesan dari nomor tak dikenal masuk kedalam ponselnya. Matanya menatap layar ponselnya dalam diam, menatap serangkai tulisan membentuk alamat.
" Sky Dining ya... Seberapa banyak harta orang ini? Berapa banyak juga yang bisa ia bayar untukku. " Lamunnya di atas sofa.
Untungnya ruang tamu telah kosong, Momo dan Teman berambut pendeknya Jeongyeon, telah istirahat di dalam kamar mereka.
Keduanya memilih untuk menyewa apartement kecil, dan bersedia memberi tumpangan pada nayeon selama setahun ini.
Gadis dengan paras cantik dan rambut lurus kehitaman, bola mata bersinar dengan bibir tipis dan pipi merona. Sejujurnya, wanita pun akan terpikat padanya. Tapi karena nasibnya malang ia harus mengurung diri dan mencoba mendapat uang dari mana pun.
Di usia 27 tahunnya ia sudah memiliki hutang pada bank, rumah sakit, teman, sebesar 65 juta won. Beruntung ia giat bekerja dan mencoba menyicil semua utangnya walaupun harus merapalkan sejuta kata maaf setiap kali pada orang-orang.
Ia gelisah setiap malam, mencoba berdoa berharap akan ada keajaiban untuk ibunya. Di dunia ini, hanya tersisa dirinya dan ibunya. Jika ibunya pergi, dengan siapa Ia akan melanjutkan hidupnya?
Terkadang Ia bahkan tidur di rumah sakit untuk tidak menganggu Jeongyeon dan Momo yang sedang belajar untuk ujian, atau bergadang di rumah sakit untuk menjaga ibunya.
Semakin hari, Ia semakin takut... Apakah Ia akan hidup seorang diri? Ia takut untuk bangun, Ia takut dengan telefon dari rumah sakit, entah itu panggilan karena tunggakan angsuran rumah sakit atau tagihan dari bank.
" Eomma... Aku sangat rindu padamu, bangunlah dan lihat aku... Aku akan bekerja dan hidup dengan eomma di seluruh hidupku.. " Lirihnya.
Kehilangan pertamanya menjadi trauma besar untuknya, appanya. Sosok pria yang menjadi cinta pertamanya, meninggalkan mereka tanpa sepatah kata pun hingga melihat ibunya mencoba untuk menelan puluhan obat tidur.
Walaupun sekarang ibunya telah tertidur dalam nyenyak selama setahun terakhir akibat kecelakaan.
Menyedihkan, penuh haru dan luka. Begitulah menurutnya sebuah gambaran hidupnya yang tak pernah indah. Ia hanya bisa duduk diam dan berharap esok hujan akan datang dan memberikan pelangi padanya.
Akan kah pelangi itu datang?
.
.
.
![](https://img.wattpad.com/cover/319987396-288-k75078.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Sale
FanfictionSaat dia orang mencoba mencari win win solution, lalu kenapa mereka lupa jika mereka adalah manusia biasa? Yang bisa saja dan kapan saja akan tersulut perasaannya satu sama lain, dan akan membunuh mereka perlahan... Lahan... . . .