3. Sir, Your Offhanded!

40 5 1
                                    

" Momo-ya! Momo-ya! Bolehkah aku meminjam ini? " Tanya gadis 27 tahun itu dengan memamerkan sebuah dress berwarna peach yang ia sandingkan di depan badannya.

" Tidak kah kau sangat excited sampai seperti ini? Ahh, baiklah... Eonni boleh meminjamnya, kau perlu apa lagi? Tas? Sepatu? Heels? Makeup? Ambil saja, aku berharap yang terbaik untukmu! "

Nayeon hampir menangis mendengarnya, ia bahkan hanya meminjam sehelai gaun dan kini ia mendapatkan tawaran penuh untuk mempersiapkan dirinya malam ini, memang heboh... Sangat heboh.

" Perlu kami antar? Aku takut eonni akan tersesat karena terlalu bersemangat. " Lanjut Jeongyeon saat mendengar ucapan momo terhenti.

" Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri... Doakan aku, semoga lancar malam ini.. Paling tidak aku bisa menyicil hutang ku" Ucap Nayeon.

" Baiklah, kau pasti bisa... Ayo lah, sebentar lagi akan tiba waktunya... Eonni harus bersiap-siap! " Ucapnya dan mendorongnya masuk kekamar miliknya meminjamkan seluruh barang yang Nayeon inginkan.

Jeongyeon mengikuti mereka dari belakang, dengan senyum kecil yang hangat menatap dia sahabatnya yang kini mengisi hidupnya dengan penuh suka dan duka.

Saat langit gelap, masih ada bintang yang menghiasinya. Bak pelangi sehabis badai, dan musim semi setelah dingin. Mereka saling melengkapi dan menerima apapun itu, mendukung dan menyemangati.

That's the true meaning bout 'friends'

💚💚💚

Dalam balutan dress peach serta heels putih yang menghiasi kakinya, gadis itu dengan percaya diri memasuki hotel yang telah menjadi titik temu antara mereka.

Di depannya, ia menemui resepsionis bertanya reservasj atas nama Park Jinyoung dan di arahkan ke lantai 22.

Sesaat setelah ia menyadari jika dirinya telah sampai pada lantai tertinggi gedung hotel ini, tidak, penakut sepertinya tidak akan sampai disini jika bukan karena janji.

" Nyonya, ikuti saya. Tuan Park sudah menunggu anda di mejanya. " Pungkas seorang pelayan yang telah membawanya ke lantai laknat ini.

Angin cukup kuat di atas sini, hingga membuatnya memegang erat tas tangannya yang kembali lagi ia pinjam dari momo. Katanya melirik kiri dan kanan, mencari keberadaan pria itu.

Sesungguhnya ia cukup takut untuk berjalan di sini sembari memperhatikan langit kosong dan beberapa gedung yang lebih tinggi dari hotel ini.

Beberapa pasangan yang terlihat mengisi meja juga beberapa kali meliriknya, apa mungkin ia terlihat kentara dengan cara berjalannya yang terlihat kaki dan takut?

" Tuan Park, nyonya Im sudah sampai. " Ucap Pelayan itu dan menarik kursi di depannya untuk Nayeon.

Nayeon? Gadis itu masih saja memperhatikan sekitarnya hingga tak sadar ia telah berdiri di depan Jinyoung. Pria itu menatapnya, jika ia pikirkan kembali... Secara fisik, Nayeon tidak buruk, ia cukup melebih standar kecantikan yang ia ketahui.

" Silakan duduk Nayeon-ssi. "

" Terima kasih, maaf... Aku terlihat sangat norak. "

" Ya, cukup tau saja. "

Nayeon jengkel, ia tak mengira akan mendapatkan jawaban seperti itu.

" Maaf aku sedikit terlambat, jalanan macet karena weekend. " Ucap Nayeon mencairkan suasana, tetapi matanya tak lepas dari sekitarnya.

Jinyoung mengangguk, tidak basa basi dengan apapun. Setelah pelayan menyajikan wine dan makan malam mereka, ia mengeluarkan sebuah dokumen dari balik jasnya.

Nayeon memperhatikan itu, menatap sekumpulan kertas itu. Hingga terbuka di depan matanya.

" Ini, kau bisa baca dulu. "

" Apa ini? "

Nayeon membacanya perlahan, tapi tak mengerti apa itu. " Jinyoung-ssi, apa ini? " Wajah gadis itu tak bohong jika ia kebingungan.

" Kan sudah ada di sana, kontrak pernikahan 2 tahun. " Ucapnya dengan santai.

" Pernikahan? T-tapi... Kita tak pernah mengatakan ada pernikahan! It's a gf rent, not wife rent sir... Ada salah komunikasi disini. " Gadis itu panik, ini salah komunikasi.

Jinyoung meluruskan posisi duduknya " 7 juta sebulan, tidak kah itu cukup. Dan 1 juta tambahan jika kau menurut padaku. "

" Tuan! Anda telah salah paham, saya tak memiliki perjanjian seperti itu. "

" Kau tidak fleksibel. Aku membeli mu untuk 2 tahun, kau tidak paham?! "

Nayeon menarik nafasnya " I'm not for sell... It's girlfriend rent! "

" Hey girl... Kau lupa jika kau punya hutang? Bagaimana dengan ibumu? Lalu bagaimana dengan hidupmu? Hutang bank 75 juta won yang bahkan tak berkurang, dan biaya rumah sakit yang harus kau tanggung, kau juga menumpang dengan temanmu? "

Nayeon terbelalak, kedua bola matanya menatap pria itu dengan tatapan tidak percaya, apa yang telah ia dengar dan apa yang terjadi dalam kenyataan. Gadis itu mengerjapkan matanya, mendengus marah.

" Sir, you're a bit thick! You're offhanded! "

" Aku mencoba mengajak mu kerja sama, tapi kau justru tak mengerti dengan niat ku. "

" Jinyoung-ssi! Kau bisa lihat sendiri bagaimana caramu? Kau manusia? Fifty millions won for having a baby? U kidding me? Ini adalah kontrak yang gila." Nayeon membaca salah satu isi kontrak yang membuatnya shock.

Mata gadis itu memanas, sungguh ia merasa sangat malu dan marah. Yang ada dalam pikirannya adalah sebuah ekspektasi yang terlalu manis dan terlalu malu untuk ia bayangkan kembali.

" Sir, my first impression about you is not bad. Kau cukup menarii untuk menjadi orang yang akan menyewa ku, tapi tidakkah kau tau bagaimana seorang perempuan harus hidup dengan berbagai masalah? Pernahkah kau berpikir bagaimana orang orang yang kurang beruntung di tengah harta mu yang bergelimpangan? " Ucap gadis itu menatap lilin di tengah meja " Kau bisa mencari orang lain yang bersedia untuk kerja sama ini. "

" Maaf, aku harus pergi. " Ucap gadis itu dan meraih tas tangannya dan beranjak pergi.

Gadis itu menangis, sepanjang jalan ia pulang ia menangis. Jantungnya terus berdetak kencang saat mengingat kembali barisan isi kontrak itu, entah marah pada isi kontrak... Atau Jinyoung... Atau dirinya sendiri...

.
.
.

Love For SaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang