5. Mom?

27 4 2
                                    

Sentuhan hangat, mengelitik setiap inci wajahnya. Ia merasa terganggu dan membuka matanya, berniat mencari siapa yang telah mengganggu mimpi indahnya.

Sejenak ketika cahaya mulai merambat pada indra penglihatannya, nafasnya memburu cepat dan membuat aliran darahnya berdesir.

" Eo... Eomma.. "

Air matanya yang berharga jatuh dalam hitungan detik. Gadis itu bangun dari duduknya dan memeluk sosok yang selama ini ia rindukan.

" Eomma.... Hikss kenapa lama sekali... Aku sangat merindukanmu mu eomma.. Hiks. Apakah ada yang sakit? Bagaimana perasaan mu eomma? Aku panggil dokter ya? "

" Nayeon... Sayang... Bolehkah dengarkan eomma dulu? "

Nayeon yang hendak pergi terdiam ketika merasakan tangannya dicekal oleh ibunya, ia menghapus air mata yang tak berhenti itu lalu duduk di kursi samping brankar yang telah ia jadikan penopan untuk dirinya tidur.

" Apa eomma? Katakan semuanya kepada aku. "

Tangan yang kurus itu mendarat pada pucuk kepala putrinya, membelai rambut kehitaman milik anak gadisnya dengan lembut dan hangat.

" Anakku, kau sudah banyak berjuang.. "

Tangis nayeon pecah, ia berusaha kuat untuk tak membiarkan air matanya jatuh walaupun berakhir dengan sia-sia.

" Apa yang eomma bicarakan, aku sama sekali belum membahagiakan mu... "

" Sekarang sudah cukup nak, sudah cukup untuk mu berjuang untuk eomma. Jikalau nayeon ingin menyerah eomma tidak apa-apa... "

" Tidak! Apa yang eomma bicarakan... Sekarang eomma duduk di depanku dan berbicara dengan ku untuk apa aku menyerah?! " Gadis itu menyergap ucapan ibunya, tak membiarkan kata menyerah didalam kamus kehidupannya.

Wanita paruh baya yang tercetak jelas garis halus di wajahnya itu tersenyum kecil, menangkup kedua pipi anak gadisnya yang telah tirus " Boleh, kau boleh menyerah di suatu hari nanti. Kau harus menikmati hidupmu untuk diri mu sendiri, bukan untuk eomma... Kau tau betapa eomma sangat  menyesal telah membuatmu hidup dalam keadaan seperti ini? Eomma sangat sedih melihat putri ku hidup dalam kesepian dan kesedihan. "
" Andwaee... Aku tidak ingin begitu, jikalau aku harus hidup di tepi jalan pun dengan eomma aku akan sangat bahagia... Aku tidak bisa melepas semua yang telah aku perjuangkan untukmu... "

" Kau telah banyak membahagiakan eomma, putri eomma yang begitu berharga dan begitu eomma cintai..., hiduplah dengan bahagia nak... Terima kasih atas semua yang telah kau perjuangkan, eomma akan selalu bersama mu, nayeon. "

Pippp

Pippppp

" Nayeon! "

Pippp

” Im Nayeon! "

Pipppp

Pipp

" Nayeon?! Kau kenapa? "

" Hape mu terus berbunyi? Kau tak terbangun sama sekali? "

Gadis itu terbangun dari tidurnya, ia mengusap kedua pipinya yang basah, lalu menatap ibu pemilik cafe itu dengan bingung.

" Kenapa kau menangis? Kau baik-baik saja? "

Nayeon hanya mengangguk walau ia tak baik-baik saja " Iya "

" Angkatlah telfon mu, telfon mu terus berbunyi. "

Nayeon mengusap kedua matanya, lalu mengambil ponsel miliknya yang selalu ia letakkan ke saku celana saat ia bekerja.

Hatinya mencelos, menemukan nomor rumah sakit tempat ibunya di rawat. Ia berharap mimpi itu bukan sebuah pertanda buruk untuknya. Gadis itu mengeratkan genggaman tangannya sebelum menjawab panggilan itu.

" Ya... Ada apa? "

.
.
.

Langkah kaki panjang itu berirama santai menelusuri lorong putih dengan ruangan ruangan bernama di setiap pintunya itu dengan tatapan malas. Ini menjadi kesekian kalinya ia harus mengunjungi tempat ini dengan alasan tak masuk akal.

" Tuan muda, maaf... Saya tidak bisa menjaga nyonya dengan baik" Pungkas seorang wanita paruh baya yang langsung terbangun dari duduknya saat melihat putra tunggal nyonya tempat ia bekerja.

Pria muda itu menatap rendah padanya, sudah mengerti kenapa ibunya tetap memperkerjakan dia dalam waktu lama, wanita ini penurut.

Tanpa berkata apapun, pria itu menerobos masuk menatap ibunya yang tertidur, padahal ia yakin dia detik sebelumnya matanya sedang terbuka menatap ke arah pintu.

Ia menghela nafas, mengitari ruangan dan menatap keluar jendela dengan pemandangan kota dengan gedung menjulang tinggi.

" Tidak perlu berpura-pura, besok aku akan pindah dari rumah. "

Mendengar itu drama pun dimulai " Eoh? Ehh? Jin young, kau sudah sampai? "

Jin young, pria yang hidupnya penuh drama. Ia tersenyum sinis dan mengangkat alis kanannya " Eomma dengarkan, besok aku pindah. "

" Jin young, apa yang kau katakan? "

" Aku sudah menemukan rumah baru untukku, jadi eomma tidak perlu repot-repot mengurusku lagi. Cepat sembuh eomma, aku hanya mampir... Ada rapat penting sehabis ini. "

" Jin young! Kau! "

Pria itu mendelik apakah ia merasa salah? Tentu tidak. Tanpa perasaan bersalah mendengar ocehan dan teriakan eommanya dari dalam bilik, ia berjalan tanpa ragu keluar dari ruangan itu.

Ia menatap jam yang melingkar di tangannya, sudah waktunya ia kembali ke kantor.

Sembari merapikan kemejanya, ia menatap lurus ke arah kanan hingga langkah kakinya memelan dan terlihat menatap sosok yang berdiri di lorong sambil menangis di depan sebuah ruang rawat.

Dari kejauhan, ia dapat merasakan kesedihan luar biasa yang terpancar dari gadis itu.

" Apa ini kebetulan? " Gumamnya dan berjalan mendekati meja pembayaran di tengah lobby tunggu. Matanya yang tajam tak melepas sosok yang tertunduk lesu sembari membebankan tubuh mungilnya itu ke dinding.

Melihat Jinyoung yang mendekat ke meja pembayaran membuat seorang pekerja rumah sakit bangun dan bertanya padanya " Ada yang bisa saya bantu? "

Tanpa menatap ke arah lain jinyoung menghela nafas " Ada apa dengan gadis itu? Untuk keperluan apa dia disini? "

Pekerja itu terlihat tersenyum tipis " Maaf tuan, kami tidak bisa memberikan informasi apapun. "

Kali ini, jin young menatap pekerja itu walaupun ia kesal karena merasa tak ada gunanya pekerja itu menanyakan pertanyaan untuknya.

" Totalkan semua tagihannya " Ucapnya tanpa ragu dan menatap tajam pada pekerja itu.

" Ne? Apa hubungan tuan dengan Nona Im Nayeon? "

" Apakah membayar tagihan perlu memperhatikan hubungan sekarang? "

" Ahh, maaf tuan... Akan saya totalkan sesegera mungkin. "

Love For SaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang