002

161 28 3
                                    

Kaluna terbangun begitu merasa kalau wajahnya di tepuk halus oleh seseorang. Matanya terbelalak melihat sosok pria di hadapannya dari jarak yang begitu dekat, Kaluna buru-buru membuang muka ke samping. Rasanya masih sangat asing, padahal sudah terhitung 5 bulan lamanya mereka menjalin Rumah tangga, tapi rasanya masih sama saja seperti dulu, tidak ada yang berubah.

"Udah sampai. Sekarang lo boleh lanjut tidur lagi di kamar."

"Ya." Jawab Kaluna dingin dan langsung masuk kedalam Rumah. Arkana mengangguk lalu membuang nafas panjang saat Kaluna sudah tidak ada.

"Apa gue bisa jadi suami yang baik buat dia?" Arkana menatap nanar kepergian Kaluna.

Menikah karena perjodohan bukanlah hal yang diinginkan Kaluna maupun Arkana, apalagi menikah di usia yang masih terbilang muda. Kaluna benar-benar benci  ketika kedua orang tuanya mencampuri urusan pribadinya, termasuk soal memilih pasangan hidup. Dia juga ingin bisa mencari pasangan hidup sesuai dengan kriterianya. Kaluna hanya merasa belum tepat untuk memikirkan hal-hal seperti itu sekarang, masih banyak hal yang ingin ia lakukan diusia mudanya. Tapi sialnya dia malah harus terjebak di atap yang sama dengan seorang pria asing yang bahkan kini berstatus sebagai suami sah-nya.

Begitupun dengan Arkana, yang tidak pernah sekalipun mengharapkan rencana perjodohan ini. Namun ia mencoba untuk ikhlas dan menerima semuanya, menerima statusnya yang juga sudah berubah menjadi seorang kepala keluarga.

Kaluna belum mau menikah, ia masih ingin menghabiskan masa mudanya sendirian. Harusnya di umurnya yang menginjak ke 25 tahun itu, Kaluna masih bisa bebas bepergian kemanapun yang ia suka, menjelajah berbagai tempat di dunia yang belum pernah ia kunjungi dan masih banyak lagi yang bisa ia lakukan seperti pergi berlibur bersama teman-temannya dan berbelanja ria menghabiskan uangnya, hal yang biasa wanita umur 20 tahun lakukan.

Tapi hidupnya berubah, semenjak kedua orang tuanya sepakat untuk menjodohkan Kaluna dengan Keenan Arkana. Mimpinya untuk menjadi seorang Seniman pun harus terkubur rapat-rapat. Teman-temannya bahkan mulai menjauhinya, selalu menolak ajakannya untuk pergi ataupun sekedar hangout keluar karena merasa tidak enak pada Arkana.

Sebetulnya, Arkana tidak pernah membatasi apapun yang ingin dilakukan Kaluna. Termasuk tentang mimpinya menjadi seorang Seniman, kalaupun Kaluna mau Arkana tidak akan merasa keberatan dan malah akan sangat mendukung impiannya. Tapi sayangnya Edward terlalu mencampuri urusan Rumah tangga mereka. Kaluna selalu ingat apa yang Ayahnya itu katakan sebelum ia menikah "Lebih baik diam saja di rumah, jadi istri dan ibu yang baik, kamu tidak akan pernah kekurangan apapun dengan Keenan. Tidak usah lagi bermimpi jadi Seniman, kamu akan punya segalanya setelah menikah."

Arkana memperhatikan Kaluna yang hanya diam di pinggiran kolam renang. Hal yang seharusnya sudah menjadi makanan sehari-hari Arkana setiap pulang ke Rumah. Kaluna selalu terlihat murung dan sedih, hal itu selalu berhasil membuatnya merasa khawatir. Wanita itu terlihat tidak bahagia dengan kehidupannya.

Jujur saja, sebelum pernikahan mereka dilakukan Arkana sudah sempat meminta Bryan dan Yasmine untuk membatalkan rencana pernikahannya dengan Kaluna. Ia tidak mau kalau harus menikah karena rasa keterpaksaan. Bryan akhirnya setuju untuk membatalkan rencana pernikahan mereka, namun hal itu ditentang Edward yang selalu mengatakan kalau Kaluna baik-baik saja dengan perjodohan itu. Bryan awalnya ragu, tapi jauh dari lubuk hatinya ia dan Yasmine juga sangat menginginkan Kaluna menjadi bagian dari Keluarga mereka. Akhirnya rencana pembatalan itupun berakhir sia-sia. Edward tetap bersikeras menikahkan mereka. Dan tak ada yang bisa di lakukan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KalunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang