01. Her.
Don't forget, it's because of you, Aurora.
✦
Aurora tak bisa menahan tangisnya melihat kelinci kecil yang ia bawa pulang kemarin kini sudah tergeletak mati. Mengenaskannya lagi tubuh kelinci itu terlihat berlumuran darah.
"Cantik, bukan?"
Suara yang terdenger mengejek itu berhasil membuat Aurora tersentak. Gadis itu lalu menolehkan kepalanya pada seseorang yang kini berdiri di sampingnya.
"Perpaduan yang sempurna," tambah cowok itu melihat bulu putih sang kelinci yang kini telah berubah merah.
Aurora mengalihkan tatapannya. Manik abu-abu itu menatap kelincinya, sebelum kemudian kembali menatap cowok itu.
"Kakak yang bunuh?"
Mendengar itu, Alrescha menolehkan kepalanya pada Aurora. "Lo nuduh?" tanya cowok itu datar.
Aurora menggigit bibirnya. "Aku gak-"
"Lo nuduh, bego," sela Alrescha kesal.
Aurora menundukkan kepalanya. Gadis itu meremat jari tangannya yang saling bertautan. Bukannya berniat menuduh, tetapi Aurora jelas hafal bagaimana Alrescha.
"Mau tau pelakunya?" tanya Alrescha yang membuat Aurora mendongakkan kepalanya. "Mau tau?" Cowok itu terkekeh pelan melihat tatapan gadis itu. Alrescha lantas sedikit merundukkan tubuhnya, mensejajarkan tingginya dengan Aurora. "He's your boy, Girl."
"Maksud kakak, kak Geanno?"
Alis Alrescha terangkat. "Masih anggap Geanno cowok lo?" tanyanya yang terdengar sarkastik, lalu disusul kekehan remeh cowok itu.
Aurora menarik napas berat. "Jadi Kak Geanno yang udah bunuh kelincinya?"
Alrescha menarik satu sudut bibirnya ke atas. "Kalau yang bunuh, ya Geanno orangnya," ujar cowok itu, "karena gue cuma bagian nangkepnya."
Tangan Aurora meremat kuat ujung rok seragamnya. Gadis itu menatap nanar kelincinya yang benar-benar mengenaskan. "Kalian jahat."
Alrescha berdecih pelan. Cowok itu memajukan tubuhnya pada Aurora. "Don't forget, it's because of you, Aurora," ujarnya lamat. Lalu setelah mengatakan itu, ia berbalik pergi dari sana.
Aurora menatap punggung tegap Alrescha yang menjauh. Sejak ayahnya meninggal enam tahun lalu, dunia Aurora kian terasa buruk. Mungkin jika tentang Alrescha, itu harusnya sudah biasa. Sikap dingin bahkan kasar Alrescha sudah sejak mereka kecil.
Alrescha memang kakaknya, walau mereka terlahir dari rahim yang berbeda. Tetapi, tak pernah sekalipun cowok itu menyukai kehadiran Aurora.
Aurora kembali menatap kelincinya. Gadis itu lalu bersimpuh di samping tubuh kelinci mungil itu. Isakannya kembali terdengar, seharusnya kemarin ia tak membawa kelinci kecil itu pulang, pasti kini kelinci itu masih hidup, tidak mati mengenaskan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐍𝐎𝐗𝐈𝐎𝐔𝐒 : Geanno
Teen Fiction[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] Dia yang gelap, segelap langit malam. Dia yang tenang, setenang danau yang menyimpan kedalaman tak terduga. Dia punya kuasa. Kuasa yang selalu mampu membuat Aurora tak berkutik, walaupun disaat dirinya benar-benar in...