"Jangan menasehatiku". Dew berucap datar kepada Nani yang hanya bisa menarik nafas panjang karena lelah perkataannya selalu tidak dia dengar.
"Dew,dengar-".
"Aku tidak mau mendengar apapun". Sela Dew tajam. Pemuda bertubuh jangkung tersebut lalu berbalik untuk berhadapan dengan sahabatnya yang sudah 30 menit lamanya berbicara panjang lebar tentang keikhlasan.
"Aku akan menikahi First. Itu keputusanku". Lanjut Dew tanpa mau dibantah. Dia bawa kedua tangannya untuk bersedekap dada.
Satu langkah Nani ambil untuk mendekati Dew,mencoba membuka fikiran pemuda bernama lengkap Dew Jirawat itu untuk mau melepaskan First. Pria bergigi kelinci yang menjadi calon pengantin sahabatnya tersebut tidaklah mencintai Dew. Dia tahu itu,dan ia tidak mau melihat Dew terperangkap dalam kerangkeng cinta yang akan menyakiti semua orang terutama dirinya sendiri.
"Kau,aku dan First pun tahu,yang dia cintai bukanlah dirimu. Tetapi orang lain". Ujar Nani dengan tekanan disetiap kata yang dia keluarkan.
Jujur saja perkataan Nani membuat Dew tertohok sakit. Tidak perlu orang lain yang mengingatkan hal itu,diapun sendiri tahu akan hal tersebut. Bagaimana cara First melihat kearahnya,bukanlah seperti orang yang sedang jatuh cinta. Cara First melihat dirinya jelas berbeda. Dew tahu itu. Dan diapun tahu siapa yang sebenarnya First cintai.
"Dew,aku sahabatmu. Aku tidak mau kau hidup dalam penyesalan. Jangan paksakan sesuatu yang-".
"Aku tidak peduli". Tukas Dew cepat,tidak membiarkan Nani menyelesaikan perkataannya. "Meski harus memaksa,asal aku bisa hidup bersama dengan First,aku tidak peduli".
Nani terdiam. Dia pandangi wajah Dew lamat-lamat. Mencari setitik celah untuknya bisa menyadarkan sahabatnya itu.
"Aku tidak peduli. Aku rela hidup dalam kesakitan,asal itu dengannya".
Nani tidak bisa mengatakan apapun lagi. Mulutnya terkatup rapat. Belum pernah dirinya melihat Dew seperti ini. Pemuda tersebut banyak berubah,dan itu karena First. Dew yang dulu dikenalnya tidaklah mempunyai tujuan,kini mempunyai ambisi yang begitu besar untuk memiliki seseorang. Dew yang dikenalnya memiliki benteng tinggi untuk orang-orang disekitarnya agar terlihat kuat,kini tampak rapuh hanya karena seseorang,dan orang itu adalah First.
Belum pernah Dew mencintai seseorang seperti pemuda itu mencintai First.
Nani tertegun hanya untuk tersadar,Dew hidup karena cintanya pada First. Tanpa cinta untuk pria itu,maka Dewpun akan mati.
—-
Kau tak tahu akan isi hatiku
Air mataku ini berlinang
Saat aku melihatmu, hatiku terasa begitu sakit
Cinta yang hanya bertepuk sebelah tangan(Heize - Can you see my heart)
—-
First membuka laci nakas yang terletak disamping ranjang tempat tidur miliknya. Dengan tangan yang bergetar samar,dia mengambil selembar foto yang sebelumnya ia simpan disana.
Sebuah senyum kecil tersungging. Dia amati foto tersebut ketika mendapati wajah seseorang tercetak jelas disana. Orang tersebut tampak canggung dan terlihat tidak nyaman,jauh berbeda dengan dirinya yang kala itu tersenyum dengan lebar. Mereka berdua mengenakan setelan jas dengan warna putih senada,dan ada setangkai bunga mawar putih yang terselip disaku jas yang dipakai oleh First.
"Kalian berdua terlihat sangat cocok". Seru seorang pegawai butik yang mengambil gambar Ja dan First dengan menggunakan kamera ponsel miliknya.
First masih ingat bagaimana Ja yang langsung memalingkan wajahnya saat mendengar perkataan pegawai wanita tersebut. Sejujurnya ia merasa sakit saat itu. Dirinya merasa tertolak dan dibuang. First hanya bisa menundukkan wajahnya dan tersenyum miris dengan hati yang berantakan.
"Aku tidak mencintaimu".
Air mata begitu saja mengalir membasahi wajah tirus First. Seharusnya dia sudah tidak merasakan apa-apa lagi ketika mendengar kalimat penyangkalan yang Ja katakan. Laki-laki itu bersikeras untuk menolak perasaanya. Mendorongnya agar pergi menjauh dari kehidupan lelaki yang dia cintai tersebut.
"Aku mencintaimu". Lirih First. Jemarinya mengusap foto yang ada ditangannya,tepat dibagian wajah Ja. "Sungguh,aku mencintaimu".
Suara tangisan First terdengar sendu dan pilu. Pria itu sudah merasa lelah dengan cintanya untuk Ja yang tidak terbalas. Setiap penolakan yang laki-laki itu lakukan,telah berhasil menorehkan luka dan duka. First tidak ingin menyerah,namun hatinya sudah terlanjur sakit. Kini cintanya untuk Ja,sama besarnya dengan hampa yang laki-laki itu ciptakan.
First mengusap wajahnya kasar untuk sedikit menghentikan tangisnya,saat dia mendengar suara nada dering ponsel miliknya. Dengan ragu dia mengambil ponsel tersebut,dan rasa bersalah yang sangat besar harus First tanggung ketika melihat nama Dew terlihat jelas pada layar benda berbentuk persegi panjang itu.
"Apa kau baik-baik saja?". Terdengar suara Dew dari seberang telpon.
First sedikit menjauhkan ponsel yang ditempel ditelinganya hanya untuk menarik nafas panjang berulang kali dan menghembuskannya melalui mulut.
"First,apa aku-".
"Aku baik-baik saja". Potong First,sebelum Dew menyelesaikan ucapannya. "Aku hanya merasa lelah". Lanjut First.
Hening. Baik Dew maupun First tidak membuka mulut mereka,setelah mendengar jawaban pria itu. Keduanya jelas tahu maksud dari kata lelah yang First katakan.
"Baiklah,aku tidak akan mengganggumu. Kau bisa istirahat dan jangan lewatkan jadwal makanmu".
First mengangguk pelan. Sekuat tenaga dia tahan ledakan tangis yang hendak keluar dengan menggigit bibir bawahnya kuat. Cengkeraman pada ponselnya semakin kuat kala telinganya mendengar ucapan cinta yang Dew katakan sebelum pemuda itu menutup sambungan telpon antara keduanya.
"Maafkan aku".
Tangisan First pun pecah. Dia biarkan suara tangisnya keras terdengar. First merasa sudah menjadi orang paling jahat karena membiarkan Dew hidup dengan mencintainya,sedangkan dirinya mencintai orang lain yang belum tentu mencintainya sedalam Dew. Hatinya sesak dengan dada yang tertohok sakit setiap kali melihat tatapan penuh cinta yang dilayangkan Dew padanya. Sungguh First merasa bersalah dan hancur dalam satu waktu yang sama. Bahkan saat dirinya memakai baju yang akan dipakai olehnya diacara pernikahannya bersama Dewpun,First masih berharap dirinya bisa bersanding dengan Ja bukan orang lain,termasuk Dew.
—-
Bahkan jika kau menangis
Hatiku tidak akan sakit
Aku tak mencintaimu
Tidak ada alasan lain
Aku tidak ingin mengatakan kata "Aku minta maaf" ataupun "Maafkan aku"-tbc-