"First,apa yang kau bawa?". Tanya seorang pemuda penasaran. Pasalnya First terlihat membawa sebuah kotak terbuat dari kayu ditangannya.
First menyimpan kotak tersebut diatas meja. Tepat dihadapan pemuda yang bertanya. Dew.
"Ini semua surat yang aku terima dari orang yang tidak aku kenal. Aku akan membakarnya". Jelas First disertai hela nafasnya yang terdengar berat. Dew terhenyak kaget. Pemuda itu lalu beranjak dari duduknya dan memperhatikan kotak yang berisi lembaran surat diatas meja.
"Kenapa harus dibakar?. Apa kau sudah tahu siapa pengirim surat-surat itu?". Tanya Dew lagi,yang dijawab oleh First dengan gelengan. Pria itu tidak pernah tahu siapa pengirim puluhan surat tersebut padanya. Tapi dia yakin jika sang pengirim surat adalah orang yang sama. Karena selalu terselip bunga daffodil kering disetiap lembar surat itu. First menghabiskan sebagian besar waktunya dengan rasa penasaran yang tidak pernah usai,tentang siapa pengirim surat-surat itu. Bahkan tanpa sadar dirinya merindukan setiap huruf dan kalimat yang tertulis pada lembaran kertas putih yang dibubuhi tinta hitam tersebut. Membuatnya mengulum senyum setiap kali usai membaca paragraf kata yang tersurat.
Dew menatap lurus wajah First. Dia ulurkan sebelah tangannya dan mengelus sisian wajah pria itu lembut. "Haruskah aku membantumu untuk mencari tahu siapa orangnya?".
First lantas menggeleng. Dia memalingkan wajahnya kearah lain hingga usapan tangan Dew terlepas. "Ti-dak perlu. Aku bisa mencarinya sendiri". Jawabnya gugup. Meski dirinya dan Dew sudah bersahabat lama,tapi tetap saja dia belum terbiasa dengan perhatian pemuda itu yang dinilainya terlalu berlebihan. Terlebih Dew sering memposisikan First sebagai prioritas utama.
Dew memaksakan senyumnya. Terkadang dirinya tidak bisa menahan letupan perasaan yang dia rasakan untuk First,hingga dia tunjukkan dengan sikap yang terlihat jelas. Jangankan First,orang lainpun pasti akan langsung menyadari perasaan yang dimiliki olehnya pada pria berwajah cantik tersebut.
"First,aku ingin-".
"Ternyata kalian disini". Seru seorang laki-laki yang baru saja masuk kedalam kelas. Perhatian Dew dan Firstpun tersita oleh laki-laki tersebut.
"Ja,aku mencarimu". Ucap First antusias. Kedua matanya yang bulat tampak berbinar melihat sosok jangkung laki-laki bernama Ja itu.
First hendak menghampiri Ja,namun sebuah tangan mencekal lengannya,hingga membuat langkahnya tertahan begitu saja. Kerutan samar tampak didahi pria itu. Dia menoleh kearah Dew yang mencekal lengannya.
"Aku menyukaimu". Lantang Dew bersuara. Pemuda itu mengungkapkan perasaannya secara tiba-tiba dengan tangan yang menggenggam telapak tangan First erat. Kedua matanya menatap lurus wajah First yang tampak terkejut. Bukan hanya pria itu saja yang terkejut,tetapi juga Ja. Laki-laki tersebut mematung dengan wajah datar tanpa ekspresi. Namun Dew tahu persis apa yang kini dirasakan oleh Ja,karena sekilas ia bisa melihat raut tak percaya yang lelaki itu tunjukkan.
"Dew,a-apa yang-".
"Aku benar-benar menyukaimu. Sudah lama aku menyukaimu".
First menelan ludahnya kasar. Dia tidak pernah menyangka Dew akan mengungkapkan perasaannya saat ini. Terlebih pemuda itu melakukannya didepan Ja. Dihadapan orang yang selama ini dia sukai. Bahkan ia selalu menceritakan perasaannya yang dia rasakan untuk laki-laki tersebut pada Dew. Namun sekarang-.
"Dew sungguh ini-".
Suara langkah kaki yang berjalan keluar kelas menarik perhatian First. Tepat saat dirinya akan memanggil nama Ja yang hendak keluar,suara pintu yang tertutup menghalangi niatnya,seiring dengan tubuh Ja yang menghilang dibalik pintu.