Bisa dilihat, dua pria dominan yang sedang berjalan dan seorang lelaki pasif dalam gendongan punggung lebar salah satu pria dominan tersebut. Mereka berjalan kaki menyusuri trotoar jalan raya kota.
"Om Rambo!" seru Lao menyampingkan kepalanya ke arah kiri tepat ke arah pria straight yang dipanggilnya.
"Iya?" sahut Rambo dengan pertanyaan.
Kini mereka sudah ada di jarak satu kilometer dari kontrakannya. Satu kilometer lagi akan sampai di sekolah baru Lao.
"Jeff-nya Lao super strong, kan?" Rambo hanya menjawab dengan tawaan ringan.
"Terimakasih, jeff, sudah mau jadi kendaraan Lao setiap saat." Lao menjatuhkan kepalanya di atas bahu kiri Jeff yang sangat lebar dan kokoh. Teman-teman gym Lao saja sangat teramat iri pada bahu lebar milik suaminya itu. Tak heran bahunya lebar, karena memang menyesuaikan tinggi badannya yang memiliki tinggi 189 cm.
"Anything for you, my muscle bottom."
Sebenarnya, Rambo yang memiliki orientasi seksual lurus, sangat geli melihat kemesraan mereka. Tapi ingat, Rambo hanya akan berdiam diri ketimbang angkat bicara. Sudah pasti alasannya karena Jeff si mantan bosnya itu namun akan selalu Rambo anggap sebagai bos besarnya. Tak akan ada yang berubah walau pernyataan status sudah lantang dinyatakan secara resmi menggunakan tandatangan di atas surat bermaterai 10.000.
Setengah kilometer menuju sekolah, Jeff menurunkan Lao dari gendongannya.
Menyusuri trotoar, halte, jalan raya sampai jalan setapak dalam gang. Menempuh perjalanan dua kilometer dalam waktu 40 menit.
"Sudah sampai, sayang." Mereka sudah sampai di depan gerbang yang atasnya terdapat tulisan 'SMA Negeri 1 Angkasa'.
"Berikan tas Lao pada Jeff, biar Jeff cek dahulu. Kalau ada barang yang tertinggal pasti nanti Lao kesulitan, dan Jeff tidak akan membiarkan itu terjadi." Lao menyerahkan tas putih polos miliknya.
"Kotak obat, tiga buku catatan, kotak alat tulis, tumblr makan siang, tumblr minum, tumblr susu."
"Jeff cek dulu kotak obat dan kotak alat tulisnya." Jeff mulai membuka kotak obat.
"Obat pusing satu strip, obat demam satu strip, obat flu satu buah, salep pegal linu satu buah, obat masuk angin dua buah, stiker penurun demam dua lembar, obat sakit gigi satu strip, obat sariawan dua buah, obat pereda alergi satu strip, obat diare satu strip, minyak kayu putih satu buah ukuran sedang, vitamin satu bungkus, betadine satu buah, alkohol pereda luka satu botol, kapas satu bungkus, tensoplast lima lembar." Jeff sangat telaten mengurus istrinya.
"Sekarang, Jeff akan cek kotak alat tulisnya," lanjut Jeff di samping Lao yang sedang duduk di gazebo dekat pos satpam.
"Dua buah pensil 2B, dua buah pulpen gel, dua buah karet penghapus, dua buah serutan pensil, dua buah penggaris lurus ukuran 15 cm, dua buah penggaris lingkaran 360 derajat, dua buah jangka, satu paket krayon 12 buah dan satu buah tip-ex kering." Sebenarnya Jeff sudah memeriksanya saat masih di rumah. Tapi karena Jeff merupakan pribadi yang terorganisir, ia akan selalu mengecek kembali.
"Sekarang Lao masuk, gih. Jadi anak baik, okay?" Jeff menyalurkan kasih sayangnya lewat tatapan mata.
"Lao akan jadi anak baik. Terimakasih, Jeff," jawab Jeff yang sudah memakai seragam lengkap dimulai topi, dasi, ikat pinggang, kaus kaki putih panjang hingga sepatu warrior baru.
"Good boy." Jeff berseru pelan saat Lao akan bangkit dari tempat duduknya.
Jeff memerhatikan Lao masuk ke dalam gedung itu sampai tak terlihat.
"Cabut," ujar Jeff setelah menunggu sebentar sampai bunyi bel masuk berbunyi.
*****
"Bro, gua cariin pekerjaan yang lebih oke bayarannya," tawar Rambo saat lihat Jeff diberi upah tak seberapa dari seorang ibu muda yang menyuruhnya membawakan dua karung beras dari toko dalam pasar menuju mobilnya yang sedang terparkir di parkiran.
Rambo sudah inisiatif mengambil dua karung beras itu untuk membantu Jeff. Namun Jeff menolak keras inisatif mantan tangan kanannya itu.
"Emang kenapa sama pekerjaan yang lagi gua lakoni?" tanya Jeff tersinggung.
"Biasanya gua lihat lu tinggal tunjuk orang, gua gak sudi bos gua diperbudak orang lain." Rambo mulai tersulut emosi.
"Diperbudak gimana?" Jeff bersmirk sambil mengangkat satu alisnya.
"Gua juga kan dapet upahnya. Lagian, gua udah bukan bos lu lagi, jadi ini bukan urusan lu juga."
"Mau berapa kali pun lu memperingati gua bahkan dalam tandatangan surat resmi pun gua akan tetap anggap lu sebagai bos gua, sebagai bos besar The Smokers."
"Lu bisa pergi dari sini. Gua lagi kerja," ucap Jeff sambil berjalan memasuki pasar.
"TOLONG, JAMBRET!"
Jeff menghindar saat seorang lelaki hampir menabrak bahunya.
Jeff peka terhadap hal semacam ini.
"Kejar, Bro!" Mereka berdua berlari kencang mengejar sang jambred diikuti warga pasar yang ikut mengejar di belakang.
Jeff merasa diuntungkan karena memiliki kaki jenjang. Sesekali sang pelaku melihat ke belakang.
Pria berkemeja abu polos mengangkat kakinya ke atas seperti gerakan beladiri Tae Kwon Do dan langsung menikam pundak bang jambret menggunakan tumit kaki kanannya.
'BUGH'
"Kena lu," bangga Rambo. Padahal bukan dia yang menangkapnya.
Sang jambret terguling ke depan sambil meringis.
Jeff menghampiri jambret itu yang akan bangkit untuk mencoba kabur lagi. Jeff meraih ujung baju pundaknya seolah dirinya adalah seekor kucing.
"Ram, eksekusi tuh kriminal ecek-ecek!" Jeff meraih tas korban dengan gerakan manipulatif yang membuat pelakunya tertipu dengan mudah. Maklum, masih kriminal ecek-ecek.
"Ini, Bu, tas nya. Lain kali hati-hati dimanapun dan kapanpun, apalagi di tempat seperti ini yang sudah jadi langganan para jambret dan copet," ujar Jeff menasehati seorang ibu cukup umur sambil menyerahkan tas merah milik korban di hadapannya.
"Iya, Mas. Terimakasih sudah membantu. Ini, saya ada sedikit rezeki untuk Mas nya." Ibu itu menyerahkan uang merah dua lembar dari dalam tasnya yang hampir wassalam.
"Tidak usah, Bu, terimakasih banyak." Jeff menolak lembut.
"Gapapa. Rezeki jangan ditolak, tolong diterima," ucap ibu itu tulus.
Jeff menerima pemberiannya saat dirinya melihat wajah memelas ibu itu, "Baiklah, saya terima. Terimakasih banyak, Bu."
"Iya, Mas. Kembali kasih." Jeff mengangguk dan menghampiri Rambo yang sedang mengikat tangan pelaku menggunakan tali rafia warna biru.
"Mau diapain nih, bro?" Jeff tidak menghiraukan pertanyaan Rambo.
"Ini peringatan pertama dan terakhir. Gua kagak peduli lu mau jambret apa dan ke siapa, tapi jangan pernah lagi lakuin itu di wilayah gua bekerja. Gua kagak nyaman lihatnya," ujar Jeff di samping pelaku yang masih tengkurap.
Yang diberi peringatan mengangguk pasrah.
Mereka melepaskan target teri-nya.
"Terimakasih banyak, bro, udah ngasih kepercayaan lagi buat ngurus sesuatu. Gua sangat merasa terhormat," ujar Rambo sopan selayaknya bawahan berbicara kepada atasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Boy n' Gentleman [BL]
DragosteDISCLAIMER ⚠️⚠️ PENULIS-nya MALAS NGETIK. dan lebih suka menulis ceritanya di otaknya sendiri, mengetik di wp hanya sekedar formalitas memamerkan isi imajinasi dalam otaknya aja. jadi jangan heran kalau ada adegan yang gak jelas atau jadwal update y...