RONDA

65 6 0
                                    

PROLOG

Kenapa sih kita harus ronda? Untuk apa ronda digalakkan?

Ada banyak sebab yang bikin kita kudu (atau terpaksa) ikut ronda. Misalnya, lingkungan yang tidak aman, sekedar pengen ngumpul di pos ronda sambil ngopi dan main gaple, atau mungkin gak ada yang dikerjakan di rumah, insomnia, lalu milih duduk-duduk saja bareng temen di pos ronda.

Tapi... apa jadinya jika ronda dipakai untuk memuluskan sebuah perbuatan lain yang sama sekali tak disadari oleh orang-orang?

Misalnya kayak... kayaaak...
Ah, mending baca deh cerpen saya di bawah ini.

VOTE jika kalian suka dan COMMENT jika memang kalian rasa ada sesuatu yang tidak pas. Sebab, kritik dan masukan kalian akan sangat berguna bagi kesempurnaan cerpen RONDA ini. Rencananya cerpen RONDA akan saya sertakan ke dalam buku kumpulan cerpen terbaru saya yang Insyaallah akan saya rilis akhir tahun. Semoga gak ada halangannya. Aamiin.

Thanks, ya 🙏😀

Mari kita mulai...

Ngadimin berlari-lari kecil dari rumahnya menuju gardu ronda. Senter kecil digenggam erat dengan tangan kiri. Sementara tangan kanan Ngadimin mencengkram kain sarung yang melingkar terik di pinggang. Hujan turun tipis-tipis. Hawa sejuk segera menyergap masuk ke dalam gardu ronda.

"Apes... apes!"

Tak ada yang menanggapi. Tiga orang yang sudah datang lebih dulu dari Ngadimin agaknya maklum dengan apa yang digusarkan oleh Ngadimin barusan. Seseorang menarik sebungkus rokok dari saku jaketnya. Usai dicabutnya sebatang, bungkus rokok itu dia lemparkan ke lantai gardu.

"Adanya ini."

Bungkus rokok digilir oleh tiga orang yang semuanya merasakan kecut di mulut masing-masing. Cuma rokok. Itu juga yang murahan. Tak ada kopi. Apalagi camilan. Maka segera saja gardu dipenuhi dengan asap rokok yang mengepul kental dan baunya sedikit tengik.

"Ini ndak bisa dikocok ulang apa gimana sih? Males aku ronda satu kelompok dengan Kang Sobar."

"Mangkanya tadi kubilang apes. Ya ini. Kecut. Kang Sobar bikin kelompok ini jauh dari rejeki. Asu!"

"Sttt... nanti kedengaran sama orangnya. Ndak enak."

"Halah!"

Ngadimin celingukan. Kang Sobar memang tidak kelihatan batang hidungnya. Disangka Ngadimin, kalau tidak sedang keliling, ya mungkin belum datang. Tapi agaknya memang belum datang. Mana ada peronda yang sudi keliling pas gerimis begini?

[ ]

KISAH-KISAH YANG SUDAH SEHARUSNYA KAU KETAHUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang