#2

54 6 0
                                    

Kegundahan hati Ngadimin dan kelompok rondanya yang berjumlah tujuh orang termasuk Kang Sobar di dalamnya itu bukan tanpa sebab. Ngadimin merasa Kang Sobar adalah musabab kelompoknya tidak pernah dapat jatah bekal ngeronda yang bentuknya bisa kopi satu ceret, camilan satu rantang, atau rokok putih dengan merek mahal lima bungkus dari Kang Narto. Padahal, kelompok-kelompok ronda yang lain, jika pas kena giliran ronda, selalu saja dapat jatah bekal ngeronda.

“Semalem Kang Narto kirim kopi satu ceret dan kolak singkong satu dandang.”

“Kalau begitu masih mujur kelompokku. Dua malam yang lalu, Kang Narto ada kirim kopi, bubur kacang ijo, dan rokok putih tiga bungkus.”

“Masa iya?”

“Lha iya. Tanya saja sama Samuji kalau ndak percaya.”

Mendengar cerita-cerita semacam itu, semakin gusar rasanya hati Ngadimin dan orang-orang yang satu kelompok dengan Kang Sobar. Mereka yakin Kang Narto tidak mau kirim jatah bekal di malam ronda yang ada Kang Sobarnya lantaran Kang Narto masih dendam sama Kang Sobar perkara perempuan bernama Yu Ningsih.

Di kampungnya Ngadimin, tak ada yang tidak tahu perihal perseteruan antara Kang Narto dan Kang Sobar dalam memperebutkan cintanya Yu Ningsih, dulu, sekitar tiga tahun yang lalu. Semua orang tahu kalau Kang Narto jatuh cinta setengah mati sama Yu Ningsih dan Yu Ningsih juga punya perasaan yang sama terhadap laki-laki paling kaya di kampungnya itu. Namun, tabiat Kang Narto yang konon kemaruk dengan adu jago dan sekali-sekali doyan juga minum minuman keras, bikin Pak Hambali, bapaknya Yu Ningsih, lebih memilih Kang Sobar yang bertabiat lurus dan santun bersahaja.

Kang Sobar adalah guru ngaji di kampung dan seorang pemuda yang selalu dijadikan contoh baik bagi para orangtua di kampung ketika mereka memarahi anak-anaknya. Menyebut nama Kang Sobar, akan otomatis tersebut juga nama Kang Narto sebagai kebalikan dari perangai Kang Sobar.

Telah dikatakan berkali-kali oleh Pak Hambali bahwa Yu Ningsih tidak akan mendapat restu menikah kalau bukan dengan Kang Sobar.
Maka menikahlah Yu Ningsih dengan Kang Sobar yang sekaligus membuat Kang Narto murka dan patah hati.

Maka sejak hari pernikahan Yu Ningsih dan Kang Sobar, Kang Narto segera mendeklarasikan kabar permusuhannya dengan laki-laki yang sudah merampas kekasih hatinya itu. Tak akan dibantunya acara-acara di kampung jika ada nama Kang Sobar di sana sebagai panitia. Tak akan dihadirinya undangan dari orang-orang kampung jika mereka mengundang Kang Sobar juga. Bukan main.

Ketika Babah Aliong, tauke dari kampung sebelah, kemalingan sekitar sebulan yang lalu, orang-orang kampung punya inisiatif untuk menghidupkan kembali jaga malam bergiliran. Gardu ronda diperbaiki. Petugas ronda dikocok. Supaya adil, kata salah seorang warga. Semua setuju. Semua bersemangat. Terlebih ketika Kang Narto berujar akan membantu konsumsi untuk bekal ngeronda nantinya. Tak ada yang tak bergembira.

Belakangan, setelah ronda masuk putaran ketiga, Ngadimin dan kelompoknya barulah merasakan dampak tidak enaknya sekelompok dengan Kang Sobar. Kang Narto tak pernah mau mengirim bekal ngeronda di malam Kang Sobar yang jaga.

Maka beginilah. Tak ada kopi. Tak ada camilan. Tak ada rokok putih. Adanya rokok kretek murahan yang sudah tengik aroma tembakaunya. Ngadimin misuh-misuh lagi. Sementara yang lain diam saja.

[ ]

KISAH-KISAH YANG SUDAH SEHARUSNYA KAU KETAHUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang