Lima

525 55 4
                                    

Bukan tanpa alasan Shani meninggalkan Zee di rumah Chiko di Bogor saat itu. Direksi perusahaan menyuruh Shani datang pagi itu ke kantor. Dan terpaksa juga rencananya bersama Chiko berlibur di puncak Dago dan kebun teh harus urung.

"Ci Shani? Ci?"

Astaga, Zee lupa Shani sudah berpamitan pulang jam 6 pagi tadi saat matanya sedang ngantuk-ngantuknya.

Zee bangun dengan muka bantal di jam 9:30 pagi. Celana pendek, kaos putih dan rambut yang digulung ikat asal. Itulah penampilan Zee pagi ini ketika beranjak keluar kamar.

Rumah nuansa peninggalan koloni belanda yang letaknya di dataran tinggi dekat puncak Dago ini adalah rumah Chiko. Ya, Zee tahu dia sudah berkali-kali datang ke rumah ini bersama Shani.

"Eh, Zee... ayo sarapan, Nak."

Di meja makan pagi ini hanya ada tante Anne, ibu dari Chiko. Wanita paruh baya berdarah Belanda Manado itu menikah dengan laki-laki jawa dan menghasilkan Chiko. Ya, Zee tak heran kenapa bisa Chiko memiliki kulit putih, mata coklat, hidung mancung, postur tubuh tinggi tegap dan rambut yang hitam agak kecoklatan.

"Sarapan yang banyak, Zee." Tante Anne, menyajikan sepiring sarapan lengkap berisi scramble egg, roasted tomato, grilled salmon dan segelas orange jus di samping kanan piring.

"Makasih, tante."

Tante Anne tersenyum, ah, Zee jadi tahu senyum manis Chiko itu menurun dari siapa sekarang.

"Mam, Mami, sarapan Chiko udah siap belum?"

Chiko datang dari halaman belakang, laki-laki itu pasti baru usai olahraga. Kaos oblong putihnya yang cukup basah, celana pendek sport, ada handuk kecil yang dibawanya sedari tadi yang digunakan mengelap dahinya yang berkeringat. Ah, Chiko mode seperti ini terlihat sexy di mata Zee, bahkan saat laki-laki itu sudah duduk di meja makan, tepat di sampingnya, mata Zee tak berkedip sama sekali memandangnya.

"Cream soup buatan Mami memang gak ada yang ngalahin."

"Gini nih, Zee, si Chiko ini gak bisa jauh dari cream soup buatan Tante. Dimakannya juga harus pakai croutons."

"Bule banget makanan kesukaannya Kak Chiko ya, Tan." kata Zee memperhatikan. "Nanti Zee bakal suruh Ci Shani belajar buat Cream soup yang enak kayak punya Tante Anne deh."

"Harus itu." kata Tante Anne sembari merangkul pundak putranya.

Tante Anne menyelesaikan sarapannya paling pertama, lantas pamit ke atas untuk lanjut mengerjakan tugas rumah katanya. Sementara Zee akan menyelesaikan sarapannya yang sisa sedikit lagi habis.

"Hari ini kamu ke kampus, Zee?"

Zee menoleh pada Chiko setelah sedari tadi sibuk memainkan ponselnya guna mengusir kecanggungan.

"Gak usah balik ke Jakarta kalau emang nanti ada kelas, kasihan kamu bulak balik. Nanti saya ngomong sama Shani."

.....

"Maaf aku ngerepotin, Kak Chiko."

Dua cangkir cappucino baru saja datang menghangatkan mereka.

"Nggak ngerepotin kok." kata Chiko lalu menyesap Cappuccino miliknya.

Bagaimana Zee merasa tak enak pada Chiko, dia sudah menginap, diantar jemput ke kampus, ditemani membeli buku pula, lalu hujan yang mengguyur kota Bandung sore ini membuat mereka mau tak mau menepi dulu di Coffee shop ini.

Go Easy On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang