Cemburu

6.2K 1K 278
                                    

Berulangkali aku melihat layar ponselku berharap kalau ia akan menghubungiku. Tapi hingga malam tiba ia tak kunjung menghubungiku.

Apakah ia sama sekali tak mengkhawatirkanku?

Dan tentu jawabannya adalah tidak. Ia sama sekali tidak mengkhawatirkanku. Tak perlu berharap lagi.

Mulai saat ini aku akan kembali tinggal di rumah orangtuaku.

Pada akhirnya akulah yang memberi kabar padanya. Dan kembali berharap akan sesuatu yang pada kenyataannya hanya akan memberi luka.

Aku meninggalkan ponselku di atas meja ruang tamu saat pesanku tak kunjung di balas olehnya.

Kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Kebelai lembut permukaan perutku. Sekarang usia kandunganku sudah memasuki minggu ke lima. Menurut pemerikasaan awal yang kulakukan seminggu yang lalu hplnya bulan mei tanggal 12. Bila memang ia benar-benar lahir di tanggal tersebut berarti ia akan lahir di tanggal dan bulan yang sama dengan kak Arkhan. Sesuatu kebetulan yang indah andai kata rumah tanggaku dan kak Arkhan adalah rumah tangga yang harmonis.

***

"Dokter Jasmine."

Aku menghentikan langkahku dan menoleh ke arah dokter Haikal yang baru saja memanggilku.

"Ada apa, dok?"

"Kapan mau datang ke salon ibuku?"

Aku menggaruk kepalaku dan tersenyum kaku. "Belum tahu." Dia benar-benar sales yang tak pantang menyerah. "Tapi aku usahakan secepatnya."

"Bagaimana kalau sore ini? Kebetulan ibuku sedang ada di salonnya."

"Ehm...bagaimana yah dok..nanti sore." Aku berpikir keras berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk menolak permintaan dokter Haikal.

"Kenapa? Dokter Jasmine sudah ada acara?"

"Tidak... cuman beberapa hari ini saya sedikit cepat lelah. Jadi rencanannya sepulang kerja saya akan langsung pulang untuk istirahat." Ucapku akhirnya, tak berdusta karena memang semenjak hamil aku jadi lebih mudah merasa lelah.

Dokter Haikal menatapku dari atas sampai bawah dengan pandangan menyelidik. "Dokter Jasmine sedang hamil?"

Aku menjawab pertanyaan dokter Haikal dengan senyuman.

"Wah selamat." Ia langsung menjabat tanganku dan tersenyum lebar. "Benar-benar kabar yang membahagiakan. Semoga dokter Jasmine beserta calon babynya selalu diberi kesehatan."

Seketika hatiku menghangat. Andai kebahagian tersebutpun dirasakan oleh kak Arkhan hal itu pasti akan membuatku sangat bahagia.

"Terimakasih untuk doanya."

"Sama-sama. Sebagai hadiah karena dokter Jasmine akan menjadi ibu bagaimana kalau saya traktir dokter Jasmine makan-makanan yang enak di kantin."

"Tidak usah dok." Tolakku tak enak.

"Tidak boleh menolak. Selain hadiah untuk dokter Jasmine ini pun hadiah untuk calon baby. Ayo dok mumpung lagi tidak ada pasien."

"Baiklah. Terimakasih dokter Haikal."

Kami berduapun menuju kantin rumah sakit.

Senja Bersama Arkhana | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang