6

0 0 0
                                    

"sudah selesai?" Reyhan memasuki rumahnya dari arah dapur. Ia baru saja selesai menjemur pakaian. Sedangkan Rain masih memasak untuk makan malam.

"Kau lapar?"

"Sangat"Reyhan menaruh ember di kamar mandi. Kemudian mencuci tangannya dan langsung duduk di depan perapian.

"Tunggu di dalam, akan aku sajikan"
"Langsung saja disini. Aku sudah lapar sekali"

Rain tersenyum, Reyhan menyodorkan piring kosong pada Rain untuk segera diisi. Nasi masih ada di dalam penanak dan tentu saja masih panas. Sayurnya pun masih dalam keadaan panas, hari ini Rain memasak sayur lodeh, sambal hijau dan Ikan goreng hasil tangkapan Reyhan hari ini bersama bapak bapak.

"Mereka menanyakan perihal keturunan dan usia pernikahan...." Ucap Rain menggantung "Aku menjawabnya asal"

"Kau jawab apa?"

"Menikah usia 3 bulan dan belum memiliki keturunan. Dan kau tau apa jawaban mereka?" Reyhan menggeleng.
"Mereka lantas mendoakan"

Reyhan terkekeh pelan "Jika memang sudah waktunya, tidak apa" jawabnya tanpa sadar. Rain mematung, mencerna apa yang ia dengar baru saja.

*****

"Ada asap" Mahen menunjuk kepulan asap yang berasal dari sebuah pulau.

Haikal menatapnya juga "Iya, itu pasti Reyhan. Ayo cepat kita hampiri dia!" Teriak Haikal heboh. Kapal meluncur ke pulau tersebut, hingga ketika mendekati bibir pantai mereka menemukan 2 orang lelaki yang sedang melompat lompat kegirangan.

"Jae, Arjen?"
2 orang bapak bapak turun dari kapal dan segera mengangkut keduanya naik "Kalian baik baik saja?"

"Aku lapar" Jae langsung berlari menghampiri Mahen dan Haikal. Bukan untuk memeluk keduanya namun memeluk makanan yang ada di hadapan mereka kemudian memakannya dengan rakus.

"Maaf ya pak, temanku memang sedikit berbeda" Arjen membungkukan badannya kemudian berjalan menghampiri ketiganya.

"Terimakasih banyak pak sudah menemukan kami"

"sama sama itu sudah menjadi tugas kami"

"Maaf pak, di prediksi akan ada badai malam ini. Apa kita menghentikan pencarian?" Seorang lelaki berlari tergesa gesa dari dalam kapal.

Pak Jeremy, ketua tim Sar. Beliau tampak menimbang nimbang "Baik, kita lanjutkan besok"

Haikal dan Mahen terdiam sejenak
"Tapi pak, Reyhan dan Rain belum ditemukan" rengek Haikal. Jae dan Arjen melirik keduanya bergantian karena jujur mereka bingung.

"Berbahaya jika diteruskan nak. Kalian juga harus beristirahat, kami akan melanjutkan besok. Tenang saja, kami tidak akan berhenti sebelum mereka di temukan kecuali jika semua spot disini sudah di datangi tapi mereka belum juga ditemukan. Mungkin kami akan menghentikan pencarian"

Haikal menunduk, ia menghentikan makannya. Lelaki ini memang cukup dekat dengan Reyhan, Reyhan sudah seperti keluarga baginya.

Jae mendekati Haikal, ia menepuk pundak Haikal pelan sembari tersenyum "Tak apa, aku yakin Reyhan pasti akan cepat di temukan"

"Dalam keadaan baik baik saja?"

"Tentu, kita berdoa saja seperti itu"

"Test test.. kami telah menemukan 4 orang yang hilang. Apakah sudah ada yang ditemukan disana? Ganti" Arjen, Mahen, Haikal dan Jae sontak mengalihkan pandangannya pada pak Jeremy yang sedang berbicara menggunakan alat berbentuk HT.

"Kami belum menemukan siapapun pak, tapi awan mulai mendung, sepertinya akan turun hujan. Ganti"

"Kita hentikan pencarian sampai disini untuk sekarang. Diprediksi akan terjadi badai sore ini, jadi kita akan kembali mencari esok hari"

"Baik, kami akan segera meluncur ke daratan "

Tak lama beliau menghampiri salah satu orang di dalam kapal tersebut. Berbincang sebentar, setelah itu akhirnya kapal berbalik meninggalkan pulau pulau terdekat.

"Sabar Rey, aku akan menemukanmu" Haikal.

Pulau yang semula terlihat sangat besar kini mulai mengecil, berkabut bahkan hilang dari pandangan Haikal. Matanya tak pernah lepas dari pulau sekitar berharap ada lambaian tangan Reyhan meminta tolong pada mereka.

"Kalian pikir, Apakah Reyhan dan Rain terjebak di pulau yang sama atau tidak?" Arjen.

"Aku harap mereka terjebak dipulau yang sama. Setidaknya mereka bisa saling melindungi satu sama lain jika bersama" Mahen.

"Ada kemungkinan juga mereka terjebak di pulau yang berbeda" Jae.

"Atau bahkan salah satu dari mereka tenggelam" Haikal.

"Tidak tidak Haikal, jika salah satu dari mereka tenggelam pasti sudah mengapung di laut setelah sehari tenggelam dan pasti sudah ditemukan oleh tim penyelamat. Sedangkan Kau dengar sendiri bukan? Tim penyelamat berbicara bahwa mereka hanya belum menemukan kita berdua dan 4 orang lainnya, Berarti ada kemungkinan mereka berdua selamat seperti kita " jelas Mahen dengan lembut. Haikal memang sedikit sensitif apalagi jika berhubungan dengan orang terdekatnya.

******

"Awannya sangat gelap" Rain menatap langit dari tempat duduk depan rumahnya.

"Sepertinya akan ada badai, ayo masuk rumah masing masing dan kunci pintu rapat rapat" perintah pak Anton.

Semuanya masuk ke dalam rumah masing masing, mengunci apapun yang bisa di kunci. Reyhan dan Rain sendiri memilih diam di kamar mereka setelah mengambil kembali pakaian di jemuran, mengunci semua pintu termasuk jendela.

Memangnya apa yang akan terjadi jika badai datang pikir Rain. Tiba tiba udara menjadi sangat dingin, Rain mengeratkan lingkaran selimutnya pada tubuhnya. Sedangkan Reyhan mulai mendekat pada Rain, lantas ia membaringkan dirinya di dalam selimut yang sama dengan Rain.

"Tidur saja!"

"Aku takut"

"Tidak akan terjadi apa apa. Pak Anton memerintahkan begitu agar berdiam diri dirumahnya tanpa melakukan apapun...."

"...lagi pula ini akan segera malam"

Rain ikut berbaring, ia mencoba memejamkan matanya. Namun rupanya kilat menyambar membuatnya refleks memeluk Reyhan dengan sekuat tenaga. Reyhan tak tinggal diam, ia membalas pelukan Rain. Memberikan rasa tenang pada Rain yang tadinya ketakutan.

"Pak, bagaimana jika Rain mengandung? Aku dengar dia baru menikah 3 bulan dan belum memiliki keturunan" bu Rina duduk di depan tungku api atau perapian. Ia sedang menghangatkan badannya dengan suaminya.

"Aku menyayangkan itu, padahal kita baru saja kedatangan 2 penghuni baru. Tapi mau tidak mau memang keduanya harus dipulangkan. Bayi mereka perlu nutrisi yang sempurna. Tinggal disini tidak akan mendapatkan itu semua"

"Omong omong mengenai sawah kita, jika badai tiba bagaimana dengan sawah kita?"

"Aku rasa aman bu, yang tidak aman itu tanggulan yang kami buat tadi ketika membuat empang baru. Aku rasa besok airnya akan melebihi batas"

"Untung ikannya belum di masukan ke empang" Bu Rina. Mereka membeli ikan hidup untuk di rawat di empang, namun itu memang belum datang. Yang membeli mungkin terjebak badai jadi belum bisa kembali ke pulau.

"Datang saja belum bu"

"Iya beruntungnya"

"Aku mengantuk!"

"Makan dulu pak?"

"Tidak bu, aku masih kenyang. Nanti saja"

"Baiklah, nasinya aku biarkan diatas tungku agar tetap hangat dengan api kecil"

"Iya tinggalkan saja. Nanti setelah merasa lapar aku tinggal mengambilnya disana"

The Island Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang