CHAPTER 1:
The Handwriting[playlist: BoA – Only One]
***
Jika kalian bertanya-tanya, apakah idol dengan tahun kelahiran yang sama punya klub perkumpulan? Jawabannya adalah punya.
Dan, jika kalian bertanya-tanya apakah mereka kerap hangout bersama? Jawabannya adalah ya.
Ninety-Seven digagas oleh entah siapa. Berkumpul tiap malam jumat. Titik temu disepakati secara mufakat di grup chat. Anggota yang senggang harap datang, yang sibuk tidak perlu memaksa ikut. Agenda klub tidak muluk-muluk. Hanya sekedar saling bercengkerama, berbagi cerita, canda, tawa, nestapa, atau barangkali cinta.
Malam ini, tiba waktunya. Kumpul yang ke sekian kali, tetapi yang pertama kali bagi Rose. Kafe sederhana agak jauh dari pusat kota, agak terpelosok, dan berada di ketinggian 250 meter di atas permukaan laut dipilih sebagai titik temu.
"Segelas Americano dingin."
Suara berat nan lembut itu mengalun tepat di sebelah telinga Rose yang sedang berkutat dengan buku menu, secarik kertas, dan pena. Kontan, jemari Rose berhenti menggoreskan pena, berikut menoleh.
Di sebelahnya, kedudukan Lisa digantikan oleh sesosok laki-laki dengan sepasang netra cemerlang dan wajah menawan.
"Boleh tolong tuliskan pesananku juga?"
Kalian percaya cinta pandangan pertama?
Rose tidak. Maka, diredamnya sedikit gejolak di dada yang datang dengan mendadak. Lisa disadari Rose sedang asyik mengambil selca bersama Jungkook yang selama ini dikagumi perempuan itu diam-diam. Sedikit menghela napas, Rose tak bersuara apa-apa. Ia tuliskan pesanan milik laki-laki yang sekadar ia tahu saja namanya.
1 Americano ...
"Dingin?"
Sekali lagi, Rose mengonfirmasi. Barangkali, pendengarannya menuli. Lagipula, orang aneh mana yang memesan minuman dingin saat udara sedang dingin-dinginnya begini?
"Yap."
Ternyata, orang aneh itu tepat di sebelah Rose sekarang ini. Enggan berkomentar, Rose segera menambahkan kata 'dingin' dalam catatan. Semua orang telah menuliskan pesanan. Sebagai yang terakhir, Rose tentu harus menghantarkan itu ke meja pemesanan.
Maka, sebelum benar-benar dihantarkan, ia duduk sesaat.
"Semuanya! Tidak ada lagi yang mau ganti pesanan? Atau menambah pesanan?" serunya pada semua manusia di dalam sana. Mereka serempak menjawab, "Tidak!"
Seusai itu, Rose masih duduk. Melirik manusia di sebelah yang sibuk dengan ponselnya.
"Tidak mau berubah?" Pertanyaan Rose sama sekali tak meraih atensi laki-laki itu. Matanya tetap menghunus ponsel. Ia hanya sebatas bersuara singkat. "Berubah bagaimana?"
"Berubah hangat, mungkin."
Menyadari ada jeda panjang tersemat setelah ucapannya, Rose mengalihkan tatap dari catatan menuju laki-laki yang telah lebih dulu menatapnya tanpa makna. Dua kelopak mata Rose mengerjap. Agaknya ada yang salah dengan perkataannya sehingga tercipta situasi sekikuk ini.
Seolah ingin melarikan diri, Rose bergegas meninggalkan kursi, hendak membawa catatan menuju meja pemesanan. Di kafe ini, pengunjung dituntut agar mandiri.
Namun, belum Rose menjangkau garis finis, ayunan tungkaknya terhenti begitu catatan di tangannya raip diambil tangan yang lain. Rose terdiam, menatap punggung tegap di depannya, juga menatap jemarinya yang merekam setitik kehangatan akibat bersinggungan dengan jemari laki-laki itu, laki-laki di ujung sana, yang berhenti melangkah hanya untuk menoleh kembali ke belakang.
"K-kenapa? Ada yang salah?"
Rose bertanya setengah gugup. Ditatap sedemikian lekat membuat jantungnya berdetak cepat. Cemas, ia menanti apa yang akan keluar dari lisan laki-laki yang sekali lagi hanya sebatas ia ketahui namanya.
Jaehyun melenggang, sesaat setelah berhasil membuat setiap lisan terbungkam dengan sepatah pujian gamblang.
"Tulisanmu bagus."
[]
***
halo, saya kembali dengan genre idol life versi Jaehyun-Rose
bagaimana impresi chapter pertama?
apa kalian menikmatinya?
silakan drop pendapat kalian di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET
Fanfictionkamu tahu, kamu tidak boleh menerima cinta kalau tidak sepaket dengan pahitnya. ©2022 LINASWORLD START: 24/08/22 END: 3/10/23