EPILOG

2.3K 284 131
                                    

//

"orang-orang yang memilih bersama,
tidak pernah merencanakan perpisahan.
mereka hanya sekedar ingin bersama.

karena mereka tahu,
mereka tidak boleh menerima cinta
kalau tidak sepaket dengan sakitnya.

"-BITTERSWEET

//

----------------
E P I L O G
----------------

Rasa itu masih samar esensinya: rasa ingin kembali bersama. Namun, meninggalkan ternyata juga sebegini menyakitkan, lalu apa kabar seseorang yang ditinggalkan? Sungguhkah, ia akan benar-benar menjadi manusia paling jahat sedunia, yang ketika orang terkasihnya bersedih, ia hanya sibuk menonton dari kejauhan?

Berdiri di dekat sebuah jendela, Rose pandangi mobil yang masih belum juga bergerak ke manapun setelah ia tinggal pergi begitu saja. Jaehyun masih di sana, di depan gedung asramanya, masih berkawan dengan kesedihan, dan barangkali masih ditemani juga oleh harapan-harapan.

"Maaf, aku tidak pernah segila ini mencintai seseorang."

Bahkan setelah Jaehyun melakukan hal segila mencium perempuan yang bukan apa-apa baginya, lalu mengorasikan rasa dengan sebegitu gamblang, Rose masih bertanya,

"Kamu benar-benar sesuka itu padaku?"

Dan, bahkan setelah Jaehyun terang-terangan memandangnya penuh harap dengan dua mata yang lembab, lalu tanpa ragu menjawab dengan gumam,

"Hm."

Kala itu, balasan Rose hanya,

"Terima kasih untuk hari ini, untuk hadiah Natalnya, dan untuk perasaanmu. Mulai hari ini, mari berhenti saling menemui ataupun menghubungi. Aku tidak bisa membalas pesanmu. Aku tidak menerima panggilanmu. Begitu juga perasaanmu, aku tidak bisa menerima ataupun membalas itu."

Dan, pada akhirnya, sebanyak apapun Jaehyun berusaha dan sebanyak apa pun Jaehyun bicara, Rose tetap berujung meninggalkan. Sebab pada dasarnya, Rose hanya manusia yang egonya menang di atas semua. Tanpa perduli seberapa Jaehyun merasa sia-sia, perempuan itu tetap enggan usahanya menihilkan perasaan untuk Jaehyun berakhir sia-sia.

Rose tetap enggan memulai kembali, sekalipun keinginan itu sudah bukan lagi hal yang samar dirasa. Sebab, ketakutan juga adalah sesuatu yang bukan samar dirasa. Itu tetap bertahan meski Goeun tempo hari sudah berusaha menenangkan dengan menghadirkan pemikiran bahwa orang-orang tidak pernah memikirkan perpisahan saat memilih bersama. Namun, Rose agaknya bukan lagi bagian dari orang-orang itu.

Tadinya, Rose begitu, tidak pernah memikirkan bahwa ia dan Jaehyun akan berpisah saat mulai menjalin hubungan. Tadinya, yang Rose pikirkan adalah bagaimana hubungan mereka akan bisa bertahan dengan banyak permasalahan yang mungkin datang.

Namun, setelah merasakan pahitnya perpisahan, Rose tidak bisa berpura-pura buta. Mengingat bagaimana malam-malamnya terasa dingin dan hampa atau kadangkala lembab setelah berpisah, Ia tidak bisa merasa lega apabila memilih bersama, lagi. Apalagi mengingat bahwa mereka berpisah karena satu permasalahan sederhana, Rose menjadi pesimis untuk memulai lagi.

Kurang memahami satu sama lain. Yang sesederhana itu saja tidak bisa dilewati, bagaimana dengan yang kompleks? Untuk apa bersama kembali bersama apabila nantinya mereka harus berpisah lagi? Untuk apa kembali ke pelukan Jaehyun, apabila Rose nantinya Rose harus kembali pada dekapan malam yang dingin, hampa, dan lembab itu lagi?

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang