36: February

1.9K 355 94
                                    

CHAPTER 36:
February

[Playlist: RIO – Art Museum]

***

14 Februari 2021

Ruang tengah apartemen Jaehyun seperti disulap menjadi area bermain: berantakannya bukan main. Semalaman, tempat ini dihuni oleh lebih dari setengah member grupnya, senior-seniornya, kenalan-kenalan dekat dari agensi lain, dan tentu saja rekan-rekan 97line yang senggang tadi malam. Jangan tanya kenapa mereka datang. Kehadiran mereka tentu bukan tanpa undangan.

Lebih tepatnya, Jaehyun tak sengaja mengundang. Awal mula hanya Johnny yang meminta Jaehyun mengadakan traktiran dalam rangka perayaan hari ulang tahun yang sebenarnya tidak benar-benar ingin Jaehyun rayakan. Untuk mencegah kecemburuan sosial timbul di antara rekan-rekan sesama anggota NCT, akhirnya Jaehyun giring mereka ke apartemen. Memesankan beberapa hidangan menurutnya lebih efisien ketimbang mereservasi tempat. Lagipula, para pria ini kalau sudah malam, agak-agak mengerikan tingkah dan cara bicaranya.

Kemudian entah bagaimana informasi adanya pesta Jaehyun dapat terkirim ke beberapa orang, lalu menyebar ke banyak orang. Jaehyun tidak begitu ingat karena sempat mabuk berat. Tahu-tahu, kediamannya sudah sebegini ramai. Sebagian kecil dari mereka hingga pagi ini masih tinggal, enggan enyah padahal Jaehyun sudah sangat jengah.

Bukan Jaehyun tidak senang, hanya saja ia cemas apabila tiba Rose datang nanti, tempat ini masih sama urakannya dengan sekarang. Pukul empat nanti, ada sebuah agenda yang sudah mereka rencanakan hari sebelumnya. Rose akan menemui Jaehyun usai urusan dengan produser perilisan lagunya sudah selesai.

Maka, setelah satu per satu orang pergi, dan hanya menyisakan Johnny dan Doyoung, Jaehyun putuskan untuk mandi. Masih ada dua jam untuk membersihkan diri juga tempat ini. Hal pertama selesai. Jaehyun kembali turun setelah mengenakan kaos putih polos dan celana panjang hitam. Akan tetapi, ketika hendak menyelesaikan hal kedua, itu sudah lebih dulu dirampungkan oleh manusia yang bukan dirinya.

"Kamu mengadakan pesta besar di sini, semalam?"

Jaehyun terperangah. Bukannya menjawab, ia malah melirik jam dinding besar di ruang tengah. Pukul tiga siang, seharusnya Rose belum datang. Tapi, ini ....

"Pantas saja, pesanku diabaikan."

Ia ada di sana, di dekat sofa, sedang berkutat dengan alat penyedot debu. Tidak ada raut kecewa atau kesal yang kentara, tapi dada Jaehyun seresah itu menyadari bahwa tidak benar apabila ia berniat menyimpan rahasia sekecil apa pun dari perempuannya.

"Maaf, aku banyak minum. Dan, baru sadarkan diri tadi siang."

Tiada jawaban. Jaehyun menghela napas panjang. Anak tangga terakhir dipijak, langkah diayun cepat, sebuah lengan digenggam. "Biar aku saja yang bersihkan."

Hening. Dua pasang mata bersipandang. Jaehyun menunduk setelah sepuluh detik. Tatapan mata Rose seperti bicara, ia tak menyetujui Jaehyun mengambil alih kegiatannya. Maka, Jaehyun pun menyingkirkan genggaman.

"Baiklah. Kalau begitu, aku buang sampah saja."

Ada kantung-kantung plastik di dapur sana. Tidak langsung Jaehyun angkut. Entah sedang mencari apa laki-laki itu hingga beberapa loker dapur dibuka-tutup.

Rose tidak tahu dan tidak mau tahu. Ia seratus persen fokus membersihkan lantai yang banyak dikotori oleh remahan-remahan makanan dan beberapa corak tumpahan minuman sembari melampiaskan sejumlah kekesalan. Kemarin sore, Jaehyun bilang ada latihan sampai malam dan usul agar pertemuan mereka sebaiknya dialihkan.

Dan, ternyata, ini alasan Jaehyun sebenarnya, menunda agar bisa mengadakan pesta tanpanya. Cih. Rose mendengus. Ia yakin kalau tadi ia tak buru-buru datang lalu menemukan tiga orang teman Jaehyun yang buru-buru pergi setelah ditanyai mengapa apartemen Jaehyun bisa sekotor dan seberantakan ini, berita tentang sebuah pesta tidak akan pernah Rose ketahui.

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang