Hoseok memakai jaketnya dengan terburu. Hari ini Taehyung akan melakukan kemoterapi pertama. Kata Namjoon, karena keadaan Taehyung sangat bagus, anak itu bisa memulai kemoterapi. Mereka semua berharap semakin cepat Taehyung berobat, semakin besar juga kemungkinan Taehyung untuk sembuh.
Mereka semua berjanji untuk menemani Taehyung pada kemo pertamanya ini. Saudaranya yang lain sudah berada di rumah sakit sejak kemarin. Ia dan Yoongi hyung terpaksa baru akan berangkat karena mereka ada pekerjaan mendesak yang tidak bisa ditinggal. Ia sendiri sudah izin agar jadwal latihannya hari ini ditunda dulu. Sejam yang lalu Taehyung juga sampai sengaja menelponnya untuk memastikannya datang hari ini.
"Hyung, sudah siap?" tanya Hoseok saat melihat Yoongi hyung yang sedang sibuk menatap ponselnya.
Hyungnya itu meliriknya dengan sinis, "Menurutmu kenapa aku masih di sini sekarang kalau bukan karena menunggumu?"
Hoseok hanya bisa terkekeh mendengarnya. "Kalau gitu ayo kit-- AH!"
"Apa?"
"Aku lupa mengisi baterai ponselku, hyung. Power bank-mu penuh tidak?" tanya Hoseok panik.
"Entah. Harusnya sih, penuh."
"Aku pinjam, ya, hyung?"
"Ambil saja di laci nakas," kata Yoongi hyung sambil kembali menatap ponselnya.
Hoseok langsung berlari menuju kamar Yoongi hyung, lalu menghampiri nakas di sebelah kasur. Ia membuka laci paling atas dan menemukan power bank yang dicarinya. Ia baru akan bangkit saat dilihatnya laci paling bawah terbuka sedikit. Padahal setahunya laci itu selalu dikunci rapat-rapat oleh Yoongi hyung.
Orang bilang, rasa penasaran dapat membunuh kucing.
Tangan Hoseok yang memegang pegangan laci itu gemetar begitu matanya menatap benda paling mencolok yang ada di dalam laci itu. Perlahan nafasnya terasa berat. Pandangannya memburam sejalan dengan ketakutan yang menyergapnya. Keringat dingin sebesar biji jagung terjatuh perlahan-lahan.
Hoseok menutup laci itu dengan tangan bergetar. Ia ingin melupakan benda hitam yang dilihatnya di dalam sana. Ia masih ingat bahwa ia harus ke rumah sakit sekarang. Ia harus menemui Taehyung. Adiknya itu menunggunya. Akan tetapi, nafasnya semakin terasa berat dan cepat. Bayang-bayang yang sejak dulu terus menghantuinya kini sungguh menghampirinya. Hoseok ketakutan setengah mati.
Perlahan pandangannya yang memburam semakin menggelap, hingga ia tumbang dengan nafas terengah-engah.
💜💜💜
Namjoon memperhatikan Profesor Jackson yang sedang menyuntikkan obat kepada Taehyung dalam diam. Tangannya saling menggenggam agar kedua tangannya tidak sibuk menunjukkan perasaannya yang sedang gelisah saat ini. Ia tidak ingin adik-adiknya, terutama Taehyung menyadari kegelisahannya ini. Untungnya Jin hyung terlalu fokus menguatkan Taehyung hingga tidak menyadari kegelisahannya ini.
Hope-ah, kau di mana? Ada apa? Namjoon bertanya dalam hati.
Perasaannya tadi tiba-tiba tidak tenang dan ia terpikirkan saudara kembarnya. Tadi Taehyung menelpon Hoseok dan kembarannya itu sudah menjanjikan akan datang. Akan tetapi sampai sekarang tidak ada tanda-tanda kembarannya itu sampai di rumah sakit. Perasaannya tidak tenang seolah terjadi sesuatu pada kembarannya itu. Ia tidak berani menebak apa yang terjadi, bahkan untuk sekadar menelpon Hoseok saja ia tidak berani. Ia khawatir perasaannya semakin terlihat dan Taehyung jadi ikut khawatir.
Tiba-tiba lagu Just Dance-nya J-Hope mengalun kencang di ruangan hening itu, membuat semuanya tersentak kaget. Terutama Jin hyung, si pemilik ponsel itu. Jin hyung tersenyum merasa bersalah. Ia izin untuk mengangkat telponnya terlebih dulu sebelum berjalan keluar dari ruangan itu.