Ting...
Jimin menghentikan permainan pianonya diiringi dengan tepuk tangan dari teman-teman sekelasnya. Ia mengangkat pandangannya dan langsung bertabrakan dengan mata basah milik kembarannya. Jimin mengalihkan pandangannya dan meraba wajahnya, lagi-lagi ia merasakan wajahnya basah juga.
Sudah beberapa waktu ini, setiap Jimin memainkan alat musik, nada yang keluar pasti terdengar menyedihkan. Ia beberapa kali ditegur oleh profesor karena saat seharusnya memainkan nada riang, lagu yang ia bawakan malah membuat sekelas banjir air mata. Ia benar-benar kesal dengan dirinya sendiri. Entah kenapa, musik yang ia bawakan seperti sedang merepresentasikan perasaannya. Terutama perasaan sedih. Karena saat ia sedang riang dan berbunga-bunga, ia tetap bisa memainkan lagu sedih dengan sempurna.
Untungnya kali ini memang lagu sedih yang harus dimainkannya, jadi ia tidak mendapat teguran saat membuat beberapa orang di kelasnya terisak. Ia bangkit dan membungkukkan tubuhnya ke arah dosen dan teman-temannya, kemudian kembali ke tempat duduknya. Kemudian nama Jungkook dipanggil untuk memainkan lagu selanjutnya.
Dibandingkan Jimin, permainan Jungkook selalu lebih stabil. Jungkook selalu bermain dengan sempurna tanpa memasukkan terlalu banyak emosi yang dirasakannya ke dalam permainannnya. Terkadang Taehyung bercanda mengatai Jungkook robot karena bermain musik tanpa membawa perasaan. Meskipun begitu, ia dan Jimin selalu mengagumi permainan adik kembar mereka itu yang tidak pernah tergoyahkan baik dia sedang sedih ataupun gembira berlebihan.
Jimin tidak bisa seperti itu. Setiap menekan tuts piano dan mendengar nada yang keluar, pikiran Jimin akan mengembara. Ia akan teringat hal yang menyenangkan saat sedang bahagia, dan teringat hal menyedihkan saat sedang sedih. Beberapa bulan ini, Jimin mungkin terlalu sering merasa sedih, sehingga permainannya selalu menjadi menyedihkan.
Ayolah, bagaimana Jimin bisa merasa bahagia kalau adiknya sedang sakit? Meskipun beberapa minggu ini Taehyung sudah bisa beraktifitas seperti biasa, ia tidak bisa melupakan momen saat Taehyung baru selesai kemo. Ini baru sekali, bagaimana kalau pada kemo selanjutnya Taehyung kembali merasa sakit seperti kemarin? Ia bahkan beberapa kali mimpi buruk karena terlalu overthinking.
Di sisi lain...
"Kamu nggak apa-apa jalan ke Jurusan Musik?"
Taehyung menghela nafas karena ini sudah yang kesekian kalinya Hoseok hyung yang sedang video call dengannya menanyakan hal itu. "I'm okay. Hyung sendiri nggak ada masalah?"
Hoseok hyungnya itu masih terkurung di rumah. Ia sudah bisa melangkahkan kaki keluar, tapi ia selalu memilih kabur setiap ada orang yang lewat di depan rumah mereka. Ia tidak yakin ini berhasil atau tidak, Taehyung mencoba mengajak hyungnya itu jalan-jalan virtual. Ia yang keluar untuk jalan dengan video call bersama hyungnya itu. Ini pertama kali mereka mencoba, tapi sepertinya Hoseok hyung tidak ada masalah dengan orang-orang di sekitar Taehyung yang terlihat dari kamera ponselnya.
"Jangan terlalu lelah. Harusnya kamu tunggu saja Jimin dan Jungkook menjemputmu."
"Tae baik, Hyung. Kalau capek langsung istirahat, kok," sahut Taehyung lagi. "Kalau hyung ngomong gitu lagi Tae matikan sekarang juga."
"Baiklah, maafkan aku," balas Hoseok hyung akhirnya. Mereka hanya diam saat Taehyung mulai memasuki wilayah jurusan Musik. Di sini suasananya terasa berbeda dari jurusan kebanggaannya. Mungkin karena lebih bebas? Taehyung bisa melihat sekelompok orang berkumpul di taman dengan headset di telinga dan notebook di tangan. Kalau di jurusannya, jelas yang penuh adalah kursi atau meja di mana mereka bisa meletakkan minimal satu buku dan laptop di depannya.
"Hyung baik-baik saja?" tanya Taehyung pelan karena hyungnya itu tidak mengatakan apapun sejak tadi. Ia sudah sampai di depan kelas kedua kembarannya. Ia sudah bertanya tadi pada Jungkook. adiknya itu menjawab meskipun dengan tegas memerintahkannya untuk menunggu di sana.