[5/10]

889 144 7
                                    

Aku nggak menyangka ...

__________

Sekolah sedang ramai-ramainya dengan perayaan 17 Agustusan. Berbagai lomba dihadirkan untuk memeriahkan acara kali ini. Tentu saja sebagai siswa harus memiliki jiwa antusiasme semangat jiwa muda.

Blaze adalah salah satu siswa yang menunggu-nunggu momen ini. Momen dimana akan ada banyak lomba dengan hadiah-hadiah.

Terlebih, ia bisa memamerkan kebolehannya pada sang kekasih.

Seluruh siswa memakai pakaian kompak. Pakaian olahraga serta ikat kepala berwarna merah putih.

Blaze sudah siap dengan itu semua. Sejak baru bangun tadi, perasaannya sudah menggebu-gebu semangat. Ia tak sabar melihat sang kekasih di hari semangat merdeka ini.

"[Name]!"

Baru saja masuk dan melangkah masuk ke kelas dengan mendorong pintu kelas kuat-kuat. Ia berteriak memekik memanggil Nama [Name] yang membuat semua murid di kelas menoleh padanya.

[Name] ada di sana. Memakai pakaian olahraga dengan seutas pita merah putih terikat manis di atas kepala. Ia mengikat rambutnya ponytail.

Blaze menghampirinya dengan senyum yang tak pudar. "[Name] ikut lomba juga?" tanyanya penasaran.

[Name] menoleh ke papan tulis. Semua tentang perlombaan ada di sana. "Iya, aku ikut."

"Lomba apa?"

"Estafet."

Blaze termenung. Seingatnya, lari estafet dicampur dua laki-laki dan perempuan. Artinya Blaze juga bisa mengikuti satu lomba yang sama dengan [Name].

"Ketua kelas! Aku mau ikut estafet juga!!"

Skip dengan kejadian dimana Blaze memaksa sang ketua kelas agar mendaftarkannya di lomba estafet. Akhirnya Blaze berhasil masuk ke satu lomba yang sama dengan Blaze.

Lomba estafet dimulai jam 10 siang. Sebelum itu, Blaze mengikuti beberapa lomba terlebih dahulu.

Tepat jam 10. Lomba estafet pun dimulai. Blaze dengan riang berdiri di barisan yang sama dengan [Name].

Pelari pertama adalah perempuan. Semuanya harus berlari melingkari lapangan. Pelari kedua laki-laki. Pelari ketiga perempuan dan keempat laki-laki. Kebetulan [Name] adalah pelari ketiga dan Blaze pelari keempat.

Peluit ditiup. Pelari pertama belari dengan membawa tongkat merah putih. Lalu dengan susah payah menyerahkannya ke pelari kedua.

[Name] berdiri menunggu tongkat itu diserahkan padanya.

"Semangat [Name]!!" pekik Blaze menyemangati. [Name] membalasnya dengan senyum tipis yang selalu mampu membuat hati Blaze berbunga-bunga.

Saat pelari kedua menyerahkan tongkatnya pada [Name]. [Name] langsung saja lari. Lalu semua pelari keempat pun mulai bersiap di posisi untuk menerima tongkat tersebut.

Blaze memperhatikan [Name] yang berlari. Tampak begitu berusaha. Namun saat sampai hampir itu menyerahkan tongkat. Seorang peserta lain tak sengaja menyenggolnya dan membuat [Name] terhuyung lantas jatuh.

"[Name]!!" pekik Blaze panik. Disaat yang lain sudah memberikan tongkatnya. [Name] justru malah terjatuh.

[Name] dengan susah payah bangkit meski lutut kanannya kini berdarah terkena batu. Lalu tetap berusaha berlari meski ringkih. Dan menyerahkan tongkatnya pada Blaze.

[Name] bergumam kecil. "Maaf ..."

Sesaat setelah Blaze mendapatkan tongkat itu. Ia langsung saja melesat lari. Meskipun semua sudah berlari seperempat jalan. Blaze mampu mengejar mereka.

Lalu detik-detik sebelum akhirnya sebuah pita di depan mata berhasil dilepas oleh Blaze. Blaze, menjadi juara pertama.

"[Name]?"

Blaze langsung menerjang ke sosok [Name] yang lututnya berdarah. Melupakan bagaimana sorak kemenangan ditujukan padanya. Ia hanya menggendong [Name] di punggungnya untuk diobati.

Sesampai di UKS. Ia meletakkan [Name] di ranjang pasien. Lalu mengambil alat-alat yang sekiranya dipakai untuk mengobati luka.

Blaze dengan teliti mencoba membersihkan luka itu.

"Maaf ya," ujar [Name].

"Udah, gapapa. Kamu udah berjuang keras." Blaze kini tengah memerban lutut [Name]. "Selesai."

[Name] menangkup wajah Blaze dengan kedua tangannya. Blaze yang sedang berjongkok di bawah pun mendongak ke atas. Mereka saling bertatapan dalam diam.

Manik biru dan manik merah itu.

"Makasih ya, udah berjuang." [Name] lagi-lagi tersenyum manis.

Semburat merah muncul di pipi Blaze. Lantas ia mengangguk-angguk saja dengan kedua pipi kembung.

.

.

• Bonus •

"Kukira [Name] mau cium aku."

"Kenapa? Mau dicium?"

"Nggak deh, nunggu kita halal dulu hehe."

" ... Okey."

__________

... Bidadari bisa terluka juga.

 Bidadari bisa terluka juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Cool Darling || Boboiboy Blaze [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang