Gadis tinggi dengan seragam sekolah pas di badannya itu berjalan beriringan dengan seorang guru menuju kelas barunya di sekolah ini. Sudah lima kali ia pindah sekolah karena suatu hal.
Matanya yang lentik, hidung mancung, bibir tipis serta kulitnya yang putih bersih membuat ia menjadi pusat perhatian saat melewati beberapa kelas yang pintunya terbuka.
Kelas barunya ada di lantai tiga tepatnya di kelas XII IPA 1. Berkat otaknya yang cerdas ia dapat duduk di kelas unggulan bersama para siswa pintar lainnya.
Ia menghela nafas lega setelah melewati banyaknya anak tangga.
"Woy woy duduk! Ada anak baru tuh cantik cuy!"
"Waduh ia nih, harus carmuk ini mah."
Seluruh siswa yang tadinya heboh lantas duduk di kursinya masing-masing tanpa melepaskan pandangannya dari gadis di depan.
"Anak-anak kita kedatangan murid baru hari ini." Bu Tari duduk di kursinya sebelum kembali berbicara. "Ayris silahkan perkenalkan diri kamu."
"Hai nama gue Ayrisella Roseline, panggil aja Ayris. Semoga kita bisa berteman."
"Bu saya mau bertanya dong!" Pinta salah satu murid laki-laki.
Bu Tari memutar bola matanya malas. "Tidak ada tanya jawab, waktu mengajar Ibu bisa habis! Nanti saja kalau mau bertanya dengan Ayris saat jam istirahat."
"Yah Ibu mematahkan semangat saya!"
"Ayris silahkan duduk dengan Rebeca." Ayris menurut dan mengikuti arah telunjuk Bu Tari pada kursi di pojok dengan gadis yang kini menatapnya berbinar.
"Lo cantik banget astaga. Gue Rebeca panggil aja Ceca." Ucap Ceca bersemangat, karena akhirnya ia mempunyai teman sebangku.
"Ayris."
Ayris membalas senyuman Ceca tak kalah bersemangat. Sepertinya gadis di sampingnya itu super aktif dan bisa menjadi mood boosternya.
*****
Kini Ayris dan Ceca sedang duduk di kantin sambil menikmati bakso yang mereka beli. Sedari tadi Ayris terus mendengarkan Ceca yang bercerita tentang ia dan pacarnya yang bernama Ilham. Ayris sedikit tak nyaman mendengar nama itu apalagi Ceca memberitahunya tentang geng yang paling disegani di sekolah ini.
"Reyhano Edgar Ardhiyasa. Di-"
"Uhukk!"
"Ayris ya ampun minum-minum." Ceca menepuk-nepuk punggung Ayris sampai cewek itu tak terbatuk lagi.
"Lo kok langsung keselek gitu sih pas gue sebut nama Reyhan." Ceca memicingkan matanya curiga. "Jangan-jangan Lo punya hubungan lagi sama dia?"
"Ih Ceca apaan sih! Emang kenapa Dia?"
"Dia itu cowok terganteng di sekolah ini tau gak! Cuma ya gitu mukanya serem-serem gimana gitu."
Ayris hanya mengangguk setelah itu mengajak Ceca untuk masuk ke kelasnya kembali karena bel sudah berbunyi.
"Gue nyaman banget deh Ris sama Lo. Padahal kita baru beberapa jam kenal." Ucap Ceca sambil menggandeng tangan Ayris.
"Iya sama Ca gue juga. Soalnya Lo orangnya banyak bicara jadi gak canggung."
"Bisa aja Lo! Bilang aja gue cerewet." Keduanya tertawa tak jelas lalu berlari karena guru yang mengajar sudah masuk ke kelas mereka.
Ayris membuka buku paket fisikanya dengan semangat membuat Ceca keheranan. "Ngapa Lo semangat bener?"
"Mapel kesukaan gue tau Ca jadi harus semangat!"
"Itu yang di belakang jangan berisik! Kerjakan pakai tangan bukan mulut."
Ayris dan Ceca seketika langsung bungkam. Ayris hanya terkekeh mendengar Ceca yang mengumpat.
Ayris bangun dari duduknya dan mengumpulkan bukunya ke depan membuat guru perempuan berkacamata itu menatapnya.
"Ayris?!"
"Bu-bu Fatma!" Ayris langsung menyalimi tangan guru yang membimbingnya dulu saat olimpiade fisika tingkat SMP.
"Kamu apa kabar? Sekolah di mana setelah lulus SMP?"
"Kabar baik Bu. Ayris ikut Mama ke Jerman, sekolah di sana dan baru pulang beberapa bulan yang lalu terus sekolah di sini. Ibu ngajar di sini juga?"
"Iya Ibu ngajar di sini hari Senin sampai Rabu aja. Sisanya masih ngajar di SMP yang dulu!"
Ayris mengangguk paham lalu menunggu bukunya di periksa. "Ouh iya Reyhan juga sekolah di sini loh. Kamu udah ketemu belum?"
"Belum." Ayris memaksakan senyumnya lalu menautkan jemarinya.
"Selalu sempurna." Puji Bu Fatma setelah itu memberikan buku itu kepada Ayris.
"Terima kasih Bu."
Ayris duduk kembali dibangkunya lalu menghela nafas.
"Kok lama?" Tanya Ceca tanpa mengalihkan pandangannya dari rumus di depan matanya.
"Tadi ngobrol dulu!"
Ceca mengangguk setelah itu mengumpulkan bukunya bersama teman-teman yang lainnya. Sampai tak lama bel pulang berbunyi.
"Buku yang sudah dikumpulkan ibu periksa dulu. Meta tolong bawa ke ruangan ibu ya."
"Loh kok saya Bu biasanya juga Ceca!"
"Ibu maunya kamu. Kan kamu ketua kelasnya."
Meta menurut setelah itu keluar membawa tumpukan buku diikuti yang lainnya.
"Lo dijemput?" Tanya Ceca.
"Iya, dijemput Bunda. Lo mau ketemu bunda gue gak?"
"Mau tapi doi udah nungguin." Ceca menunjukan isi chatnya membuat Ayris terkekeh.
"Ya udah gak papa lain kali aja." Keduanya keluar dari kelas menyusuri koridor menuju parkiran.
"Males banget deh harus lewatin anak tangga banyak kayak gini." Ayris mengangguk setuju di sekolahan sebelumnya ia tak harus cape menaiki tangga karena ada lip.
"Terjun aja Ca!" Saran Ayris membuat Ceca mendelik.
"Gila Lo! Mati dong gue."
Ayris tertawa lalu kembali fokus menuruni anak tangga sampai lantai satu yang pegelnya minta ampun. Apalagi jika ingin ke kantin yang sangat jauh harus melewati gedung IPS membuatnya malas untuk ke kantin.
"Kita pisah di sini Lo kan mau ke gedung IPS. Bunda udah jemput juga soalnya."
"Ya udah hati-hati Iris!"
"Iya Lo juga!"
Ayris berjalan menuju gerbang sekolah menghampiri mobil bundanya. Mengetuk pintu kaca mobil setelah itu ia masuk dan duduk nyaman setelah menyalimi bundanya.
"Gimana sekolahnya hari pertama?"
"Cape Bunda. Kelasnya ada dilantai tiga pake tangga pula!" Keluh Ayris sambil memijat kakinya.
"Aduh kasihan anak Bunda. Tapi gak ada yang jahatin kan?"
"Gak ada. Bunda tenang aja!"
TBC......
Tunggu part selanjutnya ya update setiap hari Minggu
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayrisella
Teen Fiction"Maaf ya Gar aku selalu nyakitin kamu!" "Enggak! Kalau Lo pergi itu lebih sakit lagi Ris!" "Maaf..." * * * Mohon maaf bila ada kesamaan nama dan tempat. Cerita real karangan penulis Cover by Canva