17+⚠️
Justin dan Jade adalah anak paling pemberontak di sekolah. Ruang konseling adalah tempat mereka pergi hampir setiap hari. Perundungan, bolos kelas, dan banyak hal memberontak lainnya menjadi sikap mereka.
"Selamat tinggal, bodoh." Setelah sejumlah pukulan di sekujur tubuh, gadis itu menendang perut korbannya tanpa rasa bersalah, membuat jiwa yang malang itu terbatuk-batuk kesakitan hingga merasakan darah di mulutnya.
Justin, laki-laki yang duduk tepat di belakangnya, bertepuk tangan keras sambil memberinya banyak pujian tidak tahu untuk apa. "Itu keren, sayang. Kau terlihat sangat seksi saat menghabisinya."
Ia mengapit sebatang rokok di bibir, lalu mengeluarkanya setelah dihisap, mengembuskan kepulan asap berwarna abu abu ke udara. Bibirnya tersenyum miring begitu Jade meliriknya. "Jade yang paling cantik," ucapnya pelan.
Jade berjalan ke arahnya, bertanya, "kau punya permen? Mulutku terasa asam."
"Rasa apa?"
"Stroberi sepertinya enak."
Gadis itu terkejut ketika Justin tiba-tiba menarik pinggangnya nendekat saat wajahnya mendekat ke arahnya untuk menyatukan bibir mereka. 5 detik, anak laki-laki itu memasukkan lidahnya ke dalam mulut Jade sehingga saliva mereka menyatu di dalamnya.
Jade yang hendak mendorong bahu lebar Justin, memutuskan untuk membalas ciuman panas tersebut saat laki laki itu benar-benar menutup celah di antara tubuh mereka. Melupakan fakta bahwa seseorang secara tidak sadar berbaring di lantai yang sama dengan tempat mereka berdiri.
Beberapa saat sebelum akhirnya ciuman berakhir karena kebutuhan oksigen. Jade memandangnya dengan sinis, bertanya untuk apa ciuman dramatis itu.
"Kau minta permen stroberi, kan? Jadi aku memberimu ciumanku."
"Duh, apakah itu bahkan sebanding?"
Justin menunjukkan kotak rokok dari sakunya, mengucapkan sebuah kalimat sebelum dia meletakkan kembali rokok itu di bibirnya, "Rokok rasa stroberi. Bagaimana menurutmu?"
Jade hanya menyeringai, mengambil batang rokok tersebut dari mulut Justin dan langsung meletakkan lilitan itu di antara bibirnya. Ia mengisapnya dan mengepulkan asap yang kemudian memenuhi udara di atap sekolah itu.
Jade sedikit mengecap lidahnya sambil menatap ke langit, sedang menilai rasa manis bercampur pahit yang ada di lidahnya. "Aku tidak bisa memilih mana yang lebih baik, ciumanmu atau rokok ini," ucapnyanya.
Justin hanya terkekeh, berhasil mencuri ciuman dari bibir Jade yang dibalas dengan decakan lidah kesal. Jade melirik ke arah siswa laki laki yang pingsan di tanah, korbannya tadi. "Bocah itu tidak memberi informasi apapun tentang pelaku pencurian uang donasi itu. Apa yang harus kita katakan pada Mister Edward?"
Justin memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, mengangkat bahu sambil menatap siswa itu tanpa iba. "Setelah ini dia akan melapor ke siapapun yang menyuruhnya menyebarkan informasi palsu."
Justin melirik ke arah Jade, tersenyum jahil. "Dan saat itu lah," dengan mudah ia membawa tubuh Jade ke dalam gendongannya, membuat kaki si gadis melingkar di pinggangnya sementara ia membawa mereka berdua ke pagar pembatas seraya berkata, "kita baru akan benar benar menghajar mereka, seperti yang diperintahkan kepala sekolah sombong itu."
Jade terkesiap, otomatis merapatkan tubuhnya pada dada bidang Justin sebagai usaha agar tidak jatuh dari gendongan itu. Terlebih Justin meletakkan tubuhnya di atas pagar pembatas, ia semakin mengeratkan pegangannya pada bahu Justin dengan mempertahankan tatapan was was di matanya.
"Jangan khawatir, sayang, aku selalu menjagamu." Justin terkekeh. "Coba lihat orang di bawah sana."
Jade hanya mengerling, lalu dengan hati hati menolehkan kepala pada pemandangan lapangan di bawah sana. "Mark adalah target kita selanjutnya."
Tawa keras Jade keluar tanpa bisa ditahan. "Kau serius? Kita menghajar kutu buku sekarang?"
Justin menaikkan sebelah alisnya, mempertanyakan maksud perkataan Jade barusan. "Mister Edward tidak akan menyukai ini."
"Huh," Justin berdecih. "Fuck that old man. Dia menyuruh kita menghajar orang orang yang mencuranginya tapi aku tidak bisa melakukan hal yang sama?"
Jade memasang wajah cemberut pada ekspresi kesal Justin. "Apa yang terjadi di antara kau dan Mark?"
Kini kepala Justin berada di bahu milik Jade begitu ia memeluk gadis itu. Pandangan mereka kembali pada lapangan sepak bola di bawah, melihat kelas Mark yang sedang menjalani pelajaran olah raga dengan Mark yang terlihat sangat bodoh melakukannya. "Dia hanya pura pura bodoh di sekolah. Dia pembalap jalanan. Aku bertanding dengannya tadi malam."
"Lalu? Kau kalah?"
"Dia menang hanya karena curang. I hate cheaters. A cheating winner must be beaten, right?"
🚬
[20221126]—
kutulis dengan cepat dan terburu buru
![](https://img.wattpad.com/cover/308729525-288-k378913.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Kisses | Park Jeongwoo
FanficTREASURE's Park Jeongwoo oneshoots, written in Bahasa Indonesia by briannavcahill [Open Request!]