Stars
Lewis Capaldi - Before You Go ♪♪
Jay sudah menjadi saudara yang berbeda dari sebelumnya, laki-laki itu sering pulang tengah malam penuh dengan bau rokok dan alkohol yang menyengat ketika laki-laki itu datang ke rumah, Eza tidak tahu apakah laki-laki itu mengonsumsi benda itu atau tidak yang jelas bau aroma tubuhnya bisa membuat Eza merasakan sesak dan pengap seketika. Tidak ada pertanyaan atau sekedar peduli dari bibir Eza, laki-laki itu hanya diam ketika melihat bagaimana Jay berjalan melewati kamarnya beberapa kali dengan bau alkohol yang menyengat. Eza takut jika suasana hati laki-laki itu akan semakin memburuk ketika dirinya mengajukan pertanyaan tentang Jay yang meminum alkohol, Eza hanya ingin mendengar jawaban Jay tentang iya dan tidak, tetapi rasanya mustahil dan tidak mungkin rasanya jika di lakukan sekarang ini."tiket lo!" Jay melempar tiket yang Eza sendiri tidak tahu itu tiket apa, tetapi ketika meraih dan membacanya sebentar itu adalah tiket penerbangan ke Amerika dalam waktu dekat ini, selama dua bulan dia akan berada disana ya baguslah Eza bisa jauh dengan Jay untuk beberapa waktu jika Sekar mengucapkan namanya di depan laki-laki itu.
"Lo yang beliin?"
Jay masuk ke kamar Eza dengan baju yang sudah terganti dengan wangi khas kayu jati yang tercium di hidungnya saat ini. "ya, lo yakin bisa lulus?" jika Jay hanya berniat untuk mengatakan kalimat seperti ini, lebih baik keluar saja Eza tidak punya banyak tenaga untuk melawan atau bahkan meladeni ucapan menyakitkan dari seorang Jay.
"lo nggak lulus buang-buang duit bodoh." Eza diam. Begitu sakit hatinya saat ini mendengar Jay berkata se-sarkas itu kepadanya tentang mengenai impiannya untuk mendapatkan beasiswa, biasanya laki-laki itu akan mendukungnya tetapi untuk kali ini nyaris tidak ada perubahan setelah Jay mendengar Eza mengemis tentang kalimat maaf dan semacamnya. Eza harap bahwa semuanya akan baik-baik saja setelah laki-laki itu mengatakan kalimat 'maaf' tetapi ternyata tidak, bahkan kalimat itu menjadi semakin keruh dan susah untuk di lihat oleh mata atau bahkan di terima pun tidak.
"Lo sampai sana kayak raja bre, disuguhi ini itu. Lo cuma jadi beban bre disana. Asal lo tau ya gue aja yang pinter dan selalu juara nggak berani gue buat daftar beasiswa disana, karena bagi gue mustahil meksipun udah berusaha, lo mau belajar sampai mata lo keluar juga nggak bakalan membuahkan hasil Za, lo itu bego dalam hal beginian yang lo bisa itu non akademik."
"kalau udah bicaranya mending keluar Jay." Kata laki-laki yang duduk di kursi dengan tangannya yang menunjuk ke arah pintu kamarnya.
"lo ngusir? Lo mau lagi?" Jay mendekat, hendak menarik rambut laki-laki itu dari belakang.
"Jangan gunain kekerasan Jay, gue mohon, lo bisa sakiti gue tapi untuk tubuh gue. Gue minta ampun sama lo untuk nggak melakukan itu, karena fisik gue udah hancur di buat lo sebelumnya. Setelah gue selesai ujian beasiswa Jay terserah lo."
"lo laki bukan sih Za? Emang gue pernah ajarin lo untuk menyerah? Ayolah lo kan jago dalam berkelahi, masa lawan gue nggak bisa." Satu tarikan di rambutnya saat itu berhasil membuat Eza memekik, dia tahu bahwa saat ini Jay sedang memancing amarahnya dan Eza sendiri tidak ingin itu terjadi karena jika sudah sampai ke tahap seperti ini, bisa-bisa malah akan menjadi bumerang untuknya. Luka ditubuh Jay pasti akan ia tunjukkan kepada Mama dan Papa dan itu seperti jatuh ke lubang yang sudah dibuat sendiri. Maka untuk tidak membuat kejadian itu benar-benar terjadi Eza mendorong tubuh laki-laki itu secara paksa membuat laki-laki itu terjatuh, Eza hanya bisa melakukan ini untuk melakukan kekerasan secara fisik tidak akan ia lakukan sederhana, Eza tidak ingin membuat masalah.
"Lemah banget Za, ayolah lo bisa kan tonjok pipi gue." Wajah Jay mendekat, sejujurnya Eza ingin meninju wajahnya.
"Jay mending lo keluar." Eza masih berkata dengan penuh kesabaran yang sudah di ujung tanduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Stars | Sunghoon (SELESAI)
Fiksi PenggemarKisah tentang dua anak remaja yang dulunya sedekat nadi pada rusuk, mengalahkan ego, akal sehat, dan perbedaan mendadak hancur lalu sirna karena sebuah percintaan. Cinta, ya, yang katanya adalah sebuah anugerah dari yang kuasa menjadikannya sebagai...