X. Malam Penyambutan

192 45 4
                                    

Pintu kembar raksasa memunculkan celah, perlahan-lahan melebar hingga terbuka sempurna. Para pelajar yang telah kembali membentuk rombongan berdasarkan asrama melangkah masuk secara berturut-turut. Dimulai dari rombongan Asrama Elio, Asrama Dmitri, Asrama Zefiryn, dan terakhir rombongan Asrama Mortimer.

Di dalam aula super besar itu, terdapat empat buah meja panjang yang berjejer rapi. Masing-masing meja dilengkapi bangku yang sama panjangnya di sisi kiri-kanan, saling berhadapan. Para pelajar mulai mengambil tempat. Satu meja untuk satu rombongan asrama.

Tepat di hadapan empat meja panjang, terdapat barisan meja untuk para petinggi akademi. Berlantai lebih tinggi agar mudah dijangkau oleh pelajar yang duduk paling ujung. Satu dari jejeran kursi itu terlihat lebih mewah, sandarannya lebih tinggi dan terletak di tengah. Pastinya kursi berukir rumit dan berwarna emas itu milik Kepala Akademi.

Pandangan Zea mengarah ke meja sebelah dan langsung saja menangkap sosok Hector di sana. Si bengal itu sedang menumpu kepalanya di atas meja, mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan telunjuknya. Sepertinya dia mulai bosan. Ya, tipikal Hector yang ia kenal di sekolah. Zea tidak pernah menyangka jika salah satu alta dari dimensi manusia adalah lelaki itu. Entah berkah atau kesialan, sebab satu sisi ia senang bisa berjumpa dengan orang yang dikenal, tapi sisi lainnya terasa menjengkelkan sebab orang itu adalah Hector.

Zea mengenal Hector hanya sebatas teman kelas. Yang ia tau, laki-laki berambut kusut itu adalah anak tunggal kaya raya. Ayahnya pengusaha sukses, dan ibunya seorang dokter di rumah sakit besar. Hector di mata Zea hanyalah anak pemalas yang suka mengusili orang lain saat sedang bosan, biang keributan, juga langganan dapat hukuman. Zea dulunya sempat mengira jika Hector adalah perundung mengingat latar belakang keluarganya, namun nyatanya tidak. Zea tidak pernah melihat atau mendengar Hector memukul atau merundung siswa lain. Justru Hector berteman dengan siapa saja. Pembawaannya yang santai dan ceria membuatnya memiliki banyak teman.

Hanya itu yang ia ketahui tentang Hector, sampai kemudian ia bertemu dengannya di sini. Tidak seperti Zea, Hector rupanya sudah tahu sejak dulu jika dirinya adalah seorang pengendali udara. Hector tinggal bersama orangtua kandungnya. Orangtuanya yang kaya raya itu ternyata adalah alta; ayahnya dari Klan Zefiryn dan ibunya dari Klan Mortimer. Mereka memilih tinggal dan menetap di dimensi manusia sejak Hector masih kecil. Saat Zea bertanya kenapa tidak memilih jalan hidup yang sama dengan orangtuanya, dia berkata dengan wajah tengilnya, "sangat membosankan hidup di dimensi manusia."

Zea seharusnya tidak perlu mempertanyakannya. Ia yang tidak pernah tertarik dengan apapun bahkan bersemangat sekali pergi ke Aletodonia, apalagi orang yang mudah bosan seperti Hector.

"Apakah sedari awal namamu memang Hector?"

"Tidak," jawabnya, "sebelum pindah ke dimensi manusia, namaku adalah Hav. Aku menggantinya saat masuk SMP. Hav terlalu aneh di kota kita, jadi aku menggantinya dengan Hector. Keren, kan? Sangat cocok denganku." Hector menaik-turunkan kedua alisnya seraya menyeringai menyebalkan.

Zea mendengus, tidak mau menanggapi tingkah narsistiknya itu.

"Kau pasti sedang memikirkan nama orang-orang Aletodonia, kan?" tebak Hector, "ya, kata mamaku, itu memang ciri khas penduduk Aletodonia."

"Kalau begitu, apa Ibu Myr, Pak San dan Eve juga penduduk Aletodonia? Seorang alta?" tanya Zea saat teringat dengan orang-orang di dimensi manusia.

Hector mendengus. "Punya nama tiga huruf bukan berarti dia alta, Zea. Itu hanya kebetulan. Ibu Myr wali kelas kita, dan Eve teman kelas kita murni manusia biasa. Juga Pak San, guru matematika galak itu juga manusia."

"Dari mana kau tau?"

"Mungkin kau belum bisa membedakannya, tetapi alta memiliki aura tersendiri yang membuatnya mudah dibedakan dengan manusia," jawab Hector, "seperti kau. Aku sudah tahu kau alta saat pertama kali melihatmu."

Aletodonia : The Last RubellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang