04: Car Vibes

3.9K 637 76
                                    

CHAPTER 4:
Car Vibes

[playlist: Jaehyun – Forever Only]

***

Masih berlangsung perkumpulan para muda-mudi satu profesi di dalam restoran seafood, di penghujung kota. Keriuhan pun masih bertandang. Meski sibuk mencicipi olahan yang dipesan, setiap mulut di sana tetap aktif melantunkan perbincangan seolah tak pernah kehabisan pembahasan.

Di salah satu sudut ruang, Rose membasuh tangan dengan aliran air dari kran wastafel sambil sesekali mematut diri pada cermin lebar di hadapan.

Cermin itu tak hanya menangkap bayangan Rose, tetapi juga meja yang diriung enam belas manusia. Ketika melihat salah satu dari mereka beranjak dari kursi dan berjalan seolah hendak mendekati, Rose cepat-cepat memalingkan tatap.

Menunduk, perempuan itu berusaha fokus dengan kegiatan menggosok jemari dengan sabun. Namun, tetap saja, fokus Rose pada akhirnya terbagi begitu merasakan eksistensi Jaehyun di sebelah. Dari ekor mata, Rose bisa melihat laki-laki jangkung itu kebingungan lantaran kran di depannya tak mau memberi aliran.

"Itu tidak berfungsi."

Rose memberitahu seraya menoleh sepintas lalu pada Jaehyun yang masih bertahan berdiri di sana seraya menatapnya.

"Sensornya mati. Pelayan bilang."

Sungguh, Rose sudah memikirkan rangkaian kata yang lebih lugas dari itu, tetapi rangkaian di pikiran justru tepenggal-penggal ketika dilisankan. Bukan karena apa-apa. Hanya karena mereka jarang berinteraksi saja sehingga kegugupan yang melanda ini, Rose sebut wajar.

Yang tidak wajar di sini adalah Jaehyun.

Pertama, dari sekian empat wastafel yang berderet, Jaehyun memilih wastafel terujung, yang memang tepat berada di sebelah kanan Rose, yang sepertinya jarang digunakan. Kedua, ketika sudah tahu wastafel itu tak berfungsi, Jaehyun tidak segera berpindah, tetapi malah sebatas menggeser langkah, membasuh tangannya dengan aliran air dari kran wastafel yang sama dengan Rose.

Pada saat itu, kontan saja Rose membuat sedikit jeda. Kalau tidak, lengan atas mereka kini mungkin sudah saling bersenggama.

Meski, tingkah Jaehyun ini terbilang menyebalkan, Rose tidaklah melayangkan protes. Ia seolah kehilangan kemampuan akan hal itu. Pesona seorang Jung Jaehyun tak memperkenankannya secara benar menjalankan logika. Hanya benak, satu-satunya yang diperkenankan bekerja memuja visual maha dewa.

Punggung yang luas, sepasang bahu yang lebar, rambut kecokelatan yang agak berantakan. Dipandang dari samping begini pun, keindahan laki-laki itu paripurna. Dan, cermin lebar di depan mereka membantu Rose menangkap keparipurnaan Jaehyun dengan sempurna, membantu mereka untuk saling bertukar pandang barang satu dua sekon jeda.

Selain rupa dan sepasang mata, Rose juga dibius sesuatu tak kasat mata bernama aroma. Wangi parfum Jung Jaehyun yang membuat Rose penasaran soal merknya.

Padahal Rose bisa saja pindah ke wastafel lain tanpa harus menunggu Jaehyun selesai, tetapi bodohnya, perempuan itu justru tetap berdiri di posisi yang sama sambil memainkan busa-busa di tangan.

Sampai Jaehyun yang telah selesai kemudian menyingkir dan Rose bisa membasuh tangannya leluasa dan tanpa tergesa awal mula. Lalu pergerakan perempuan itu terhenti ketika mendengar suara Jaehyun samar dari belakang sana.

"Cepatlah sedikit. Nanti makanannya dingin."

Rose bisa saja tidak menghiraukan perintah itu. Namun, entah mengapa, seluruh badan Rose tak punya kuasa untuk berontak, justru ia bergerak patuh. Ia bergegas kembali ke tengah-tengah kerumunan, siap menyantap hidangan yang telah tersaji di atas mejanya: cumi bakar pedas, teh leci dingin, dan secangkir teh hangat.

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang