22. Confess

337 54 0
                                        

Seluruh siswa kelas dua belas sedang berkumpul di aula sekolah untuk membahas mengenai pesta perayaan kelulusan.

"Ini udah fix guys?" tanya Narendra memastikan.

"Iya Ndra"

Narendra mengangguk, ia mengacungkan jempol, mulutnya terbuka akan mengucap kalimat andalannya.

"SIP BERES-BERES!" jawab seluruh siswa serentak sebelum Narendra mengucapkan kalimat andalannya itu.

Mereka tertawa, Narendra hanya nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Memang wajar kalau mereka semua tahu kalimat andalan Narendra, karena setiap ada pertemuan OSIS maupun pertemuan angkatan, Narendra selalu mengakhiri acungan jempol nya dengan kalimat tersebut.

"Baca chat di grup ya guys" ucap Narendra setelah mengirim chat ke grup angkatan.

Setelah sekian lama berdiskusi, seluruh siswa sepakat. Mereka akhirnya mengakhiri pertemuan.

"Yaudah sekian dari kita, silahkan kalian boleh pulang, hati-hati di jalan" ucap Narendra.

Seluruh siswa kelas dua belas langsung bangkit dari duduknya, mereka keluar dari aula. Tak terkecuali Hening, gadis itu berjalan sendirian di koridor karena Renja sudah turun terlebih dahulu untuk menyiapkan motor, parkiran memang sangat ramai.

"Hening!"

Gadis itu menoleh mendapati seseorang memanggil namanya.

"Ada yang mau gue omongin, ikut gue"

"Tapi gue udah ditunggu Renja"

Pria itu tak memedulikan ucapan Hening, ia menggandeng tangan gadis itu lalu berlari kecil membawa mereka ke tangga atas menuju rooftop sekolah.

Sampai di rooftop, pria itu menggenggam kedua tangan Hening, menatap gadis itu dalam.

"Hening, gue suka sama lo"

"Gue juga"

"Gue suka sama lo melebihi teman, gue ada rasa sama lo, Ning"

Hening mematung, ia tak menduga bahwa selama ini pria dihadapannya menganggap ia lebih dari seorang teman.

"Lo mau kan? Jadi orang yang selalu ada buat gue, lo mau jadi pacar gue?"

Pertanyaan pria itu membuat Hening bimbang, ia benar-benar ingin memberikan jawaban namun takut melukai perasaan pria itu.

Berpikir sejenak, ia merasa hatinya menolak, ia juga sempat memaksakan hatinya agar bisa menerima pria dihadapannya itu namun tetap saja, yang mengisi ruang hatinya hanyalah pria yang merupakan sahabat dari kecil nya. Beberapa kali ia berusaha mengingat segala perkataan Renja yang menganggapnya hanya sebatas sahabat, bahkan saudara, membuat hati Hening terasa sesak. Hening mengangkat kepalanya, menatap pria dihadapannya yang terlihat cemas.

Hening sudah membuat keputusan.

Selama ini Renja menganggapnya sebagai sahabat, kan? Lalu apa lagi yang perlu di perjuangkan? Jelas-jelas pria dihadapannya kali ini menyatakan perasaannya. Ia menggerakkan bibirnya, ia mulai bersuara.

"Gue-

Sijak buteoda yesang bake nolaun style~

Dering ponsel membuat Hening melepaskan genggaman tangan pria dihadapannya, ia mengambil ponselnya lalu tersenyum mengetahui siapa yang menelponnya.

"Gue tunggu di parkiran, pulangnya kita mampir beli dress sama kemeja buat lo sama gue, pokoknya harus couple!"

Love Countdown | MoonmengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang