Inara Bassamah

276 10 2
                                    

Selama Perjalanan pulang. Inara senyam-senyum sendiri.

Ihirrr... meski ndesoo, tapi kalo cakep, akuu ya mauuu

"Dia anaknya puateng lho cuy, pateng kerjoo, pateng sembahyange, lan nurut karo wong tuone" Perkataan Elly terngiang-ngiang ditelinganya.

Aduhhh gak penting masalah suara meddhoknya dehh,
Temen-temen sekantor mah Lewattt. Meski tinggal di kota, Gak ada yang ngalahin cakepnya ma ponakane Elly.

**
"Sampean umur berapa mas?"

"Saya masih mudha,mbak" Haqi menjawab singkat

"Lha iyyaaa umur berapa, atuhh?"

Haqi dengan ogah menjawab "18 taun mbak"
Inara spontan menganga, kedua bola matanya melebar, mendengar jawaban Haqi.

Wuuuaaaaaatt???? 18 taaaahuuuuun
Aaaaaaaaaaaaaaaaa.
BeeerRondoooooooong

Tiara hanya dapat berteriak galau dalam hati,, sementara dirinya diam mematung, tetap dengan mulut dan mata terbuka lebar menghadap Lelaki didepannya yang sangat terlihat Matang. Namun pada kenyataannya ia masihlah seorang Remaja.

Haqi terkekeh melihat ekspresi Nara, meski sebenarnya dia sedikit risih dan gemas.
"Mbak ndak usah Kaghet ghituu mbak.
Saya tauu, badan saya yang tinggi ini memang sudhah sering disalah-artikan.
Dhikiranya saya sudhaa tua. Lha Padhahal saya ini masih mudhaa"

Nara berusaha meredakan rasa kagetnya dengan mengajukan pertanyaan "Trus? Sekarang masih sekolah? Apa gimana?"

Haqi terdiam sejenak. Menatap kedua bola mata Nara dalam-dalam
"Saya kerjha mbak.... "
Melihat Nara tetap diam
"Saya, gak ngelanjutin SMA...
Lulus SMP, saya langsung kerja"

"Kenapa??"
Haqi tersenyum singkat, mendengar pertanyaan Nara yang sudah dapat ia prediksikan sebelumnya. Pertanyaan yang sudah sering dilontarkan orang kepadanya.

"Karena nggak mau ngerepotin orang tua saya.
Mereka sudah cukup Tua buat membiayai saya dan kedua adik saya yang masih kecil-kecil,mbak

Saya rasa, pendidikan sampe SMP sudah cukup untuk saya bisa Mandiri, gak merepotkan mereka lagi.

Kasian adhek saya, kalo harus ngalah, karena saya

Jadi sudah saatnya buat saya ngebantu bapak sama ibu, cari uang makan"
Entah mengapa, Haqi kaget dengan ucapannya yang mengalir begitu saja pada Nara. Gadis yang baru saja dikenalnya. Dan Lebih Tua (sudah pastilah,, wong dia temenne tante elly).

Nara takjub, dengan pernyataan jujur Lelaki di sampingnya tersebut.

Gila.. ini bocah, masih kecil, tapi pemikirannya dewasa nemenn.
Makan apa dia??
Emaknya Hebringgg euy..

"Wuahh, sampean masih muda, tapi kerenn ya... Dewasa!"

Haqi tersenyum miring "Yaa mungkin karena ini juga, yang bikin saya kliatan lebih tua, mbak"

Nara mengibas-ngibaskan udara diwajahnya "Nggak paapaaa.. sampean kerren Kog"

Haqi dan Nara asyik mengobrol kesana kemari yang semakin mengakrabkan mereka tanpa menghiraukan tamu yang hilir mudik bersalaman dengan sang manten.

Keharmonisan Nara dan Haqi justru menjadi sorotan bagi para tamu.
Ketika pengantin lelah tersenyum.
Mereka berdua justru saling melempar senyum cerah yang lebih enak dipandang, ketimbang kedua pengantin disebelah mereka.

****
"Hayyooooo.... senyam senyum dhewe.. awas kesambet lhoo" Nara mangkell,, nostalgianya terganggu

"Huuuuhhhh... sampean nih,ning
Ganggu kesenangan aja"

"Kesenangan apppaaaa??? Siang bolong gini kamu senyam senyum sendiri. Kan aku waswas liatnya"

"Ahahahaha.. biarin daahhh.. lagii kasmaran iniii"

"Hadugh... pulang sanah!!! Bauuuu" sambil memencet hidung. Salah satu tangan Ning Zabet mengibas-ngibas didepan wajah nara

"Hasyemmm sampeann" gerutu Nara. Sambil mencangkring tasnya.
Ntar nyampek rumah.. tak cerita ke ibukk aahh. Batinnya sambil menstarter dan mengendarai motornya kembali.

***
Sorry Singkatt
Daripada kelamaan update
Otak lagi buntet
Heeeheee
Hope you enjoy it.. muummmuuuuu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Brownies, You Got My Heart!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang