- Prolog -

30 4 2
                                    

Ayam berkokok dan sang surya mulai menunjukkan senyumannya yang terang hingga membangunkan dunia dari tidurnya, burung-burung benyanyi dengan amat merdu diiringi tiupan angin yang lembut.

*Kringgg* *Kringgg*

Alarm berbunyi,menunjukkan pukul 06.00. Alvin Raffly bergegas mandi setelah terbangun dari bunga tidur nya. Setelah itu, ia bersiap memakai seragam sekolahnya, lalu menerapkan curtain haircut style pada rambutnya.

Sang ibu kemudian datang menghampiri dirinya.

"Sekolah yang rajin ya nak..!" nasihat ibu terucap dengan penuh perhatian.

"Baik bu, Alvin pamit dulu ya bu," balas Alvin sambil mencium tangan ibunya.

Saat di depan pintu rumah, dengan khawatir ibu Alvin berkata "Hati-hati di jalan ya nak.!!"

"Iya bu," balas Alvin tersenyum.

Alvin seorang siswa, duduk di bangku kelas 3 SMP. Dengan tegap ia berjalan kaki menuju ke sekolah. Bertemu ia dengan persimpangan yang luas, terlihat nyala lampu berwarna hijau zamrud di atas tiang yang tegak. Ia melangkahkan kakinya, terlihat kosong matanya sambil berpikir tentang kejadian di bunga mimpinya semalam, hingga mengabaikan lalu lalang ramainya kendaraan.

Dengan cepat seseorang datang mencegat dirinya, ternyata ia adalah salah seorang teman sekolahnya yang bernama lengkap Ayu Lestari. Rambut panjangnya yang lurus berkilauan, wajah cerah berseri-seri, sebintik hitam kecil di bawah mata kanannya menjadi bagian dari dirinya.

"Alvin.!! kamu ga liat itu lampu masih hijau.!!" tegas Ayu sambil menepuk pelan pundak Alvin.

"E- eh Ayu.?!" Alvin membalas dengan canggung, berlanjut berterima kasih ia kepada Ayu.

"Nah udah merah..!" tegur Ayu sambil melangkah.

Ditengah penyebrangan, Ayu berbalik menghadap Alvin dengan wajah ceria tersenyum lebar, lalu berkata,

"Ya, sama-sama Vin."

Sejenak Alvin terpukau membeku melihat tatapan ceria dari wajah Ayu. Ia melangkah bersama Ayu dengan tersipu malu sepanjang jalan menuju ke sekolah.

. . .

Akhirnya mereka berdua telah sampai di sekolah.

"Wihh gebetan baru nih," ucap Zein, teman dekat Alvin.

"Ehh... e- enggak kok..!" jawab Alvin mengalihkan pandangan.

"Hoooohh.. yang bener, ya deh wajar pangeran kelas seperti kamu yang pintar, good looking pula..!" puji Zein.

Alvin yang tidak suka dipuji tidak memberi tanggapan, langsung ia menuju ke tempat duduknya.

Terlihat Alvin yang sedang gelisah memikirkan sesuatu yang tidak mengenakan, yang terlihat jelas pada raut wajahnya yang murung. Zein terheran sambil bertanya,

"Ehh napa lu Vin, tiba-tiba murung amat.?!" ucap Zein dengan khawatir.

"Ehh.. hmm.. gak apa apa kok," balas Alvin lagi-mengalihkan pandangannya.

"Ucapanmu ga meyakinkan loh Vin, pasti ada apa-apa nih.. cerita aja lah Vin..!" balas Zein yang duduk disebelah Alvin.

"Udah ada pak guru tuh," ucap Alvin sambil mengalihkan pandangan yang ketiga kalinya.

"Nanti cerita ya Vin, kita kan sahabat," tegas Zein khawatir.

Sekali lagi Alvin tidak menanggapinya.

The Fall That BloomedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang