O7 : second month

942 100 10
                                    

lampu hijau diatas pintu ruang operasi yang semula menyala kini telah padam, berganti dengan kemunculan sosok junkyu yang baru saja keluar dari balik pintu ruang tindakan sembari melepas masker medis yang menyembunyikan wajah rupawannya.

senyum hangat junkyu tampilkan, pun binar yang biasanya dipenuhi jenaka itu junkyu bawa untuk bertemu tatap dengan wali pasien yang tengah menatapnya cemas.

"operasi berjalan lancar, kami akan memindahkannya keruang rawat segera, dan anda sudah bisa menjenguknya nanti." terang junkyu, tak lupa tangannya mendarat untuk memberi usapan lembut pada bahu wanita yang kulitnya dipenuhi keriput itu.

lantas setelah dirasa selesai, junkyu kembali melangkah pergi. sembari sebelah tangannya merogoh saku dibaju medisnya. hanya untuk menemukan panggilan dari sosok yang akhir akhir ini membuat tensi darah junkyu naik turun.

"a,"

"tolong aku!" pekik jihoon, menarik kerutan dikening junkyu saat mendengarnya.

"ada apa?" masih mencoba tenang, junkyu melontarkan tanya sembari sesekali dirinya membalas sapaan orang yang melewatinya.

"tolong aku." lirih jihoon, dan hal itu berhasil membuat junkyu tak tenang.

kandungan jihoon masih berada di trimester awal, dan fakta bahwa seminggu belakangan ini jihoon mengalami morning sickness yang parah dan terkadang terdapat bercak darah dipakaian dalamnya membuat junkyu terkadang dibuat kalang kabut saat bertugas.

"aku segera pulang." ucap junkyu, lantas berlari membelah koridor rumah sakit yang cukup ramai diwaktu menjelang makan siang.

"aku pinjam mobilnya dulu yah." ucap junkyu cepat saat netra dibalik kacamatanya menangkap sosok sang ayah yang baru saja keluar dari mobil suv putihnya.

tak mau membuang waktu lebih lama lagi, mobil putih itu melesat cepat membelah jalan ibu kota dengan kecepatan diatas rata rata.

junkyu rasanya harus bersyukur selain masa mudanya dihabiskan diarena balapan liar juga diberkati kaki yang panjang, karna tak sampai dua puluh menit tubuhnya kini sudah berada didepan pintu apartemennya.

setelah berhasil memasukan nomor pin rumahnya, junkyu lantas mencari sosok yang membuat junkyu harus meninggalkan pekerjaannya dirumah sakit secara tiba tiba.

"ji," gotca! junkyu berhasil menemukan jihoon-nya.

memilih menghela nafas panjang terlebih dahulu, pun matanya ia pejamkan erat erat, berharap kedua hal yang sedang ia lakukan mampu menstabilkan emosinya.

"turun." titah junkyu datar, bahkan matanya kini sudah menatap tajam pada sosok jihoon yang nangkring diatas counter dapur dengan posisi kaki menekuk.

"turun park jihoon." sekali lagi kalimat perintah divokalkan tegas, dan kembali mendapatkan gelengan kencang dari lawan bicaranya.

"a..ada kecoa disana, aku takut." cicit jihoon, tak lupa jari telunjuknya mengarah pada satu area didekatnya.

manik kembarnya seakan menolak menatap balik tatapan tajam junkyu. jihoon setengah sadar saat menelpon junkyu dengan nada panik karena seekor binatang berwarna coklat itu berada didekatnya.

reaksi tubuhnya jelas, sebagai seorang yang takut dengan binatang bernama kecoa itu, jihoon mencoba menghindar dengan menaiki meja dapur untuk menyelamatkan diri. sebelah sendalnya bahkan sudah melayang entah kemana, sedangkan sebelahnya lagi masih jihoon genggam erat dengan kedua tangannya.

"ayo turun, bless akan sakit kalau kau terus seperti itu." pada akhirnya junkyu yang mengalah, membuang binatang yang nyatanya berhasil jihoon lumpuhkan dengan lemparan sendalnya.

mengulurkan tangan yang segera diterima jihoon yang masih bergetar ketakutan.

"dasar penakut!"

"akh." pekik jihoon saat keningnya harus menjadi sasaran jentikan tangan besar junkyu.

"sakit tau."

"tubuh kecoa bahkan tak lebih besar darimu,"

"namanya juga takut, mau bagaimana lagi." lirih sang pisces, kepalanya bahkan menunduk untuk menghindari tatapan galak dari sahabatnya itu.

"jangan diulangi lagi, lihat perutmu sampai sekencang ini karna ulahmu sendiri."

"maaf,"

"jangan minta maaf padaku, tapi minta maaflah pada bless."

🐈‍⬛

sesampainya dirumah sakit, junkyu sengaja tak membangunkan jihoon yang dengan amat sangat terpaksa ia bawa ke rumah sakit.

tadi, tepat setelah membawa tubuh berisi jihoon keruang tengah, jihoon justru kembali bangkit. memuntahkan kembali isi perutnya yang baru sempat diisi cairan dan noda kemerahan dicelana dalam jihoon yang tertangkap netra junkyu saat baju kebesaran itu tersingkap.

wajah tenang jihoon saat terlelap tidur tanpa sadar menjadi candu tersendiri untuk junkyu, mungkin junkyu mulai menaruh rasa pada sosok penuh kejutan didepannya ini.

"dokter kim ini cairan infusnya." suara suster yang masuk ke rungunya membuat kegiatan junkyu memandangi wajah jihoon terhenti.

tangannya menerima barang yang ia minta, sebelum akhirnya memasangkannya pada selang infus yang baru junkyu pasang dipergelangan tangan jihoon.

tadi ibu junkyu sendiri yang memeriksa jihoon, dan mengatakan kalau jihoon-nya dehirasi dan menyarankam untuk memasangkan infus. mungkin itu sebabnya wajah yang biasanya terlihat cerah itu menjadi pucat pasi.

karna bagaimana tidak, jika sejak pagi tadi jihoon sudah memuntahkan isi perutnya terus menerus tanpa memberi kesempatan untuk diisi.

"kapan kau akan menikahi jihoon-ku?"

"astaga ibu, sejak kapan ibu kembali?" kejut junkyu nyaris berteriak, jika tangan lentik ibunya tak lebih dulu memukul mulutnya.

"aku sudah melamarnya kemarin," saut junkyu.

"aku bertanya kapan kau menikahinya, bukan melamarnya anak nakal. kau harus tau perut jihoon-ku akan terus berkembang selama masa kehamilannya, dan ibu mau cucu ibu dapat status yang jelas saat ia lahir nanti."

"ibu, kita sudah membahas ini sebelumnya." lirih junkyu.

apa ibunya tidak tau, bukan hanya mereka yang menginginkan pernikahan dan status untuk jihoon dan calon anak mereka kelak, tapi junkyu sendiripun sama.

tapi yang menjadi masalah disini adalah jihoon yang masih meragu untuk melangkah lebih jauh bersama junkyu, sahabatnya.

jangan tanya bagaimana keluarga junkyu tau soal kehamilan jihoon, dinding rumah sakit ini punya telinga dimana mana, sampai ayah dan ibunya yang jarang berada dirumah sakit bisa tau kabarnya. bahkan seminggu setelah kabar kehamilan jihoon diketahui sang ayah, junkyu harus mendapatkan pukulan tak main main diwajahnya.

"ya atau setidaknya saat kau bekerja antar menantuku kerumah, setidaknya ibu bisa memantau jihoon. dia masih mengalami flekkan?"

"akan aku tanyakan pada jihoon terlebih dahulu."

"ibu hanya mau yang terbaik untuk kalian."

"aku tau ibu, terima kasih." bisik junkyu, pun tak menolak saat badannya ditarik dalam pelukan hangat cinta pertamanya ini.

















to be continued.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Madden.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang