"Sunoo ya" panggil heeseung. Sunoo langsung bangkit dari sofa dan berjalan menuju dapur. Heeseung tau istrinya akan menghangatkan makanan untuknya, oleh karena itu ia langsung cepat menggapai tangan kurus istrinya.
"Ada apa hyung?" Tanya sunoo menatap heran wajah suaminya yang begitu kacau terlebih lagi mata yang biasanya tajam itu menitihkan air mata.
Heeseung membawa sunoo duduk di kursi meja makan, ia berlutut dihadapan sunoo menaruh kepalanya di paha sang istri.
"Kau tak perlu memaafkanku, sunoo ya. tapi kumohon jangan tinggalkan aku." lirih heeseung, sunoo yang mendengar gumaman sang suami langsung mengerti apa yang ingin ia sampaikan.
"Tak apa hyung, kau hanya belum terbiasa." Ujar sunoo dengan nada yang lembut dan senyuman getirnya.
Heeseung menggeleng ribut, "Kumohon... pikirkan aku.." ungkap heeseung.
"Dengarkan aku, selama ini kau lah alasanku hidup tentu aku memikirkanmu...-" sunoo menangkup rahang tegas heeseung.
"Namun ibu dan jake sudah menunggu lama perceraian kita, demi kebahagiaanmu juga hyung. Maafkan aku yang mengurungmu bersamaku" ujar sunoo lagi.
"Sunoo,"
"Hyung aku tak apa, bayiku juga sudah bahagia disana tak perlu merasa bersalah seperti itu" heeseung menangis lagi dipelukan sunoo, sementara sunoo sudah tak bisa menangis lagi karena air matanya yang mengering menangisi mendiang sang anak.
▪︎▪︎▪︎
Sunoo dan heeseung resmi bercerai, entah bagaimana yeonjun mendapatkan tanda tangan heeseung. Setelah itu heeseung diberikan perusahaan real estate cabang milik keluarga Kim yang berada di Illsan oleh sang ayah mertua sebagai harta gono gini. Saat ini heeseung berada dirumah, ia dalam kondisi yang begitu buruk sejak perpisahannya dengan sunoo.
"Hyung, makanan sudah siap" ujar jungwon di depan kamar heeseung. Tak ada jawaban seperti biasa namun hyungnya itu keluar kamar dengan pakaian rapihnya.
Disana ada jake dan sang ibu memperhatikan heeseung dengan tatapan iba.
"Ibu" panggil heeseung untuk pertama kalinya bicara dengan nyonya lee setelah dua bulan perceraiannya dengan sunoo.
"Ya heeseung ah?" Ujar nyonya lee.
"Rasanya aku sudah gila, bu-" ujar heeseung dengan senyumannya.
"Bayangan sunoo dan anakku selalu ada, sejauh mataku memandang apa yang harus kulakukan?" Racau heeseung dengan makanan yang masih dimulutnya.
"Selama ini aku selalu mengelak saat hatiku membuncah setiap melihat senyumannya, bahkan perasaanku padanya hadir di hari pertama ia memperkenalkan diri padaku dan jake. Bodohnya aku baru sadar ketika ia melangkah menjauh dariku." Ujar heeseung lagi. Ia tersenyum pahit, jake yang melihat itu sadar bahwa sudah tak ada tempat lagi untuknya dihati pria itu.
"Seandainya ibu tak bicara asal pada tetangga sialan itu tentang aku dan jake mungkin sunoo masih bisa memaafkanku. Berapa kali sudah kupikirkan tanpa sunoo masa depanku terasa blur dimataku,bu." ujar heeseung, jungwon begitu tak tega melihat sang kaka yang dulu tak pernah menangis dihadapan siapapun kini air matanya terurai begitu saja hanya untuk sunoo hyung.
Ibu heeseung menangis disana, jujur dalam hatinyapun ia merasa bersalah karena ucapannya waktu itu yang mengakibatkan sunoo keguguran.
"Heeseung cukup, kau sudah keterlaluan pada ibu"
Heeseung tersenyum aneh kearah jake,
"Siapa yang kau sebut ibu?"Ucapan heeseung itu cukup membuat semua orang disana canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
It Has To Be You
FanfictionTanpa sadar heeseung menumbuhkan tunas cintanya untuk sunoo disetiap harinya, namun apa yang akan terjadi pada pohon cinta yang sudah matang jika alasan pohon itu tumbuh tak bersama heeseung lagi dan memilih menyerah.