Gudang

7 0 0
                                    

Matahari bersinar indah dipagi hari ini. Aku sudah bangun sejak tadi hanya saja masih setia memeluk guling yang selalu menemani ku disaat tidur. Ini hari Minggu dan tak banyak kegiatan yang aku lakukan setiap hari Minggu seperti biasa paling aku hanya sibuk mengerjakan tugas sekolah dan latihan bulu tangkis. Aku segera beranjak ke kamar mandi ketika melihat jam menunjukkan pukul 7.00 wib, aku harus tiba ditempat latihan bulu tangkis jam 08.00 wib sedangkan jarak dari rumah ku ke tempat latihan tidak terlalu jauh hanya saja ada yang ingin aku kerjakan sebelum memulai latihan. Yah aku ingin ke gedung basket ingin melihat sosok yang selalu membuat aku jatuh cinta, sosok yang dulu nya sangat penyayang dan hangat kini berubah menjadi sosok yang membuat aku merasa takut melihatnya bahkan menatap nya. Yah dia adalah Darren Barra Damian. Sejak kelas 5 SD aku dekat dengan dia. Awalnya aku pikir hanya rasa suka seorang sahabat bukan lebih. Namun pada saat kelas 10 aku merasakan hal yang berbeda, aku merasa jantung ku berdebar kencang ketika menatap mata indah milik Darren.

Tap tap tap..

Suara bola basket memantul hebat ke lantai, aku bisa melihat sosok seorang laki-laki bertubuh tinggi, kulit putih bersih dengan baret tangan berwarna hitam melingkar di pergelangan tangannya. Aahhh sudah lama aku tak menemani Darren latihan, biasanya aku tak pernah absen barang sedikit pun.

"ganteng banget sih lo ren, apa kesalahan yang telah gue lakukan sehingga Lo jauhin gue ren. " aku tersenyum tipis bagaimana tidak kehangatan Darren, kasih sayang Darren dan bahkan perhatian Darren sudah tidak lagi bisa aku rasakan.

"nara?." suara itu aku mengenalnya dengan baik dia sepupu Darren, Raka abiyan Prayoga.

"lo mau kemana, yuk gabung? Udah lama gue gak liat Lo main ke sini?." kata Raka.

"sorry ka gue buru-buru mau ke tempat latihan. Soalnya Minggu depan gue tanding?." aku tidak berbohong aku memang Minggu depan bakalan mengikuti pertandingan bulu tangkis. Aku segera meninggalkan tempat latihan tersebut, namun tiba-tiba aku menabrak seseorang hingga terjatuh. Aku berusaha bangkit dan melihat siapa yg aku tabrak tadi.

" sorry ren, gue gak sengaja. Gue permisi dulu." saat hendak melangkah tiba-tiba tangan ku dicekal oleh Darren. Aku meringis sebab pergelangan tangan ku sakit karena Darren terlalu kuat menggenggam tangan ku.

"darren plis lepasin tangan gue, sakit Darren. Lo apa-apaan sih, lepas gak?." aku mulai emosi karena Darren tak peduli dia semakin erat mengcekal tangan ku dan aku meringis kesakitan. Namun Darren tetap Darren tak peduli sama sekali bahkan perkataan ku tak ia hiraukan ia menyerat ku ke luar lapangan.

"aaaw...."akhirnya ia melepaskan pergelangan tangan ku, namun bisa aku lihat tangan ku merah dan sedikit memar. Baru kali ini aku melihat Darren yang berbeda, Darren yang keji, kasar dan bahkan menakutkan.

"udah berapa kali gue peringatkan sama Lo jangan urusin urusan gue dan jangan ikuti aktivitas gue. Lo budek ya, lo tau? Lo....cewek MENJIJIKKAN BAGI GUE. Harus berapa kali gue bilang gue muak sama wajah lo dan kita bukan sahabat lagi atau bahkan gue mau lo itu pergi dari hidup gue." aku bisa melihat begitu frustasi nya Darren menghadapi tingkah ku yang terus mengikutinya.

"segitu bencinya lo sama gue, bahkan lo gak mau menjelaskan apa-apa sama gue. Gue minta maaf, ini kali terakhir gue ikuti aktivitas Lo Darren. Permisi." cukup sudah aku tidak mau menganggu Darren latihan hari ini terakhir kalinya aku mengikuti aktivitas Darren, setelah ini aku akan bersikap hidup normal seperti sediakala sebelum mengenal Darren.
Tujuanku kali ini kegedung lapangan bulutangkis aku harus fokus kali ini supaya bisa memenangkan pertandingan nanti.

"ya bagus Kinara, lakukan rencana b pokoknya jangan biarkan lawan mengambil kesempatan. Ingat satu point menentukan kemenangan buat kamu Kinara. Iya....bagus." nampak nya Coach senang dengan permainan ku kali ini. Bismillah semoga aku memenangkan pertandingan nanti. Aku tahu tahun lalu aku banyak ketinggalan point dari lawan ku. Namun kali ini tidak, aku akan belajar dari kesalahan kemarin dan aku yakin bisa jadi juara kali ini. Akhirnya aku selesai latihan dan bergegas pulang ke rumah. Karena posisinya rumah ku dekat dengan tempat latihan jadi aku memutuskan berjalan kaki tadi. Namun suara motor mengusik telinga ku. Yah itu anak bintang harapan yang dulu pernah hampir melecehkan ku. Mau apa mereka apa mau membalas dendam soal bos mereka yang masuk penjara gara-gara ayah ku melaporkan ke pihak yang berwajib.

DarrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang