"Ayo bersihkan diri, kita ada rapat dadakan"
"Iya"
Seungcheol membantu jun naik dan menggendongnya koala sampai ke kamar.
●
Tuan jeon dipersilahkan duduk pada sofa lembut rumah seungcheol. Ia diberikan cemilan dan minuman untuk menemani saat menunggu pemilik rumahnya.
Suara pantofel bergesekan marmer terdengar mencuri perhatian tuan jeon yang sedang membaca kembali kontrak yang ia bawa.
"Tuan jeon, selamat datang" seungcheol mendekat dan berjabat tangan.
"Terima kasih, maaf mengganggu waktunya tuan choi"
"Tidak apa" ya kau sangat mengganggu waktu ku dan jun.
Seungcheol mengubah wajahnya datar mengingat penisnya tidak jadi masuk lubang jun.
"Ada perlu apa?"
Saat wonwoo baru membuka mulutnya, suara sepatu muncul lagi dari arah tangga. Terlihat junhui menuruni tangga dengan tangan memegang beberapa berkas yang mungkin akan dibutuhkan.
"Maaf mengganggu, saya tadi mencari berkas yang mungkin dibutuhkan"
Seungcheol mengangguk lalu menyuruhnya duduk disampingnya.
Sedangkan wonwoo terlihat bingung, walau ia tahu ada hubungan antara keduanya tapi ia sedikit terkejut junhui berada di rumah rekan bisnisnya.
"Jadi saya kemari ada masalah yang akan saya sampaikan"
"Masalah?", ucap seungcheol sedikit bingung. Badannya condong kedepan memperhatikan kontrak yang dibawa tuan jeon.
"Iya, saya sudah membaca semua kontrak ada beberapa yang harus diperbaiki dan juga untuk pengecekan lahan itu dilakukan oleh perusahaan tuan choi bukan saya, kesepakatan perusahaan saya hanya menyediakan barang."
"Benar pak, maaf saya menyela", jun angkat bicara lalu menatap tuan jeon. "Bukankah itu sudah sangat jelas tertulis di kontrak"
"Saya harap memang sudah sangat jelas begitu... Tuan choi boleh saya tau siapa yang bertanggung jawab untuk penulisan kontrak ini?"
"Sekretaris kantor dan jun, ada apa ya? boleh langsung pada intinya", seungcheol sebenarnya tidak menyukai percakapan basa-basi ini.
"Lihat ini", wonwoo menggelar kertas yang merupakan kontrak mereka, beberapa sudah ada yang dicoret dengan spidol berwarna merah darah.
"Saya cukup kecewa dengan kinerja sekretaris bapak, bapak lihat sendiri bagaimana kacaunya kontak ini. Beberapa sudah saya tandai dan lihat grafik-grafik ini", wonwoo menunjuk salah satu kertas yang memperlihatkan buruknya grafik yang terlihat miring.
Seungcheol terdiam melihat keteledoran sekretarisnya, dia juga malu karena perusahaannya sangat besar dan sudah membuat ratusan kontrak dengan perusahaan besar maupun kecil tapi kali ini seperti seorang perintis perusahaan.
"Maafkan saya tuan jeon, ini semua keteledoran saya yang tidak check hasil kerja terlebih dahulu", matanya menatap lekat wonwoo menunjukkan permintaan maaf tulus. "Saya akan mengganti dengan kontrak yang lebih baik dan akan saya antarkan sendiri ke perusahaan bapak"
Wonwoo terdiam, ia sebenarnya sudah terlanjur kecewa. Namun, kesempatan kerja sama ini sangatlah penting untuk perusahaannya.
"Terima kasih, hari selasa sudah mulai menijau lokasi"
"Iya"
Jeon wonwoo berdiri dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, ia memang hanya berniat untuk membicarakan ini.
"Terima kasih tuan jeon, maaf membuat anda sampai harus ke rumah saya"
"Tidak apa, ini untuk kerja sama kita"
"Mari saya antar"
"Tidak perlu, saya bisa sendiri. Maaf mengganggu waktu weekend anda"
Seungcheol tersenyum melihat wonwoo menjauh mengarah keluar, kepalanya pusing memikirkan masalah yang terlihat kecil tapi memiliki impact besar.
"Dad, aku keluar sebentar. Handphone tuan jeon ketinggalan"
"Iya"
Jun berlari kedepan mengatarkan handphone dengan warna hitam legam itu, semoga belum pergi.
tok tok tok
"Ada apa?"
"Maaf pak, handphone ada tertinggal"
Wonwoo menerima uluran handphonenya, namun bukan handphone yang dipegangnya tapi tangan mulus jun.
"Pak?"
"Kenapa belum menelpon saya? apa kartu nama saya hilang?"
Jun menegang mendapat pertanyaan itu, ia bingung bagaimana harus menjawabnya.
"Itu pak... "Berikan nomor kamu di handphone saya"
"Kalau ada sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan bapak bisa hubungi saya lewat email atau sekretaris pak seungcheol"
"Saya ada urusan sama kamu", sedikit menekan intonasi suaranya. "Berikan cepat"
Karena tidak ingin membuat hal yang tidak menyenangkan pada rekan bisnis daddynya, ia memberikan handphone beserta nomor handphonenya yang sudah diketik.
"Terima kasih"
Lalu wonwoo menutup kembali pintu mobilnya dan pergi dari rumah seungcheol.
"Dasar orang kaya pada gila semua", gumam jun.
Tbc
Halo, udah lama banget ya?
Jadi wonwoo mau bahas kerja atau yang terakhir tu?
Ohiya aku mau curhat...
Sebenernya ini cerita udah aku tulis sampai pengen end. Dan emang lagi hari ga baik aja waktu itu, hp aku mati total pfft mungkin karena udah 4 tahun pake hp nya.Akhirnya punya hp baru dan yah entah kenapa bab cerita ini yang belum aku publish jadi ilang semua hehe
Karena aku ga mood akhirnya aku diemin, jujur lupa alurnya. Aku ada kali seminggu ga pake hp ya jadi gitu deh sekian. Cukup curhatnya
Sekarang udah aku tulis lagi, bakal aku upload selang seling sama taruhan so... maaf kalau kelamaan nunggu cerita ini..
Bye, good night😘
Senggol boss!
Jun and pawang nih
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy [CheolJun/JunCheol] 🔞
FanfictionJust follow my rules and you can live long as you can - Choi Seungcheol All I can say to him is just yes. I just haven't one word for my dictionary, the word is no - Moon Junhui bxb Explicit content, 🔞🔞🔞🔞🔞 This story was written by Bahasa Indon...