Bagian dari kerja.

48.7K 185 1
                                    

Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku,  pukul satu dini hari.  Aku baru saja menyelesaikan pekerjaan yang akhir-akhir ini lumayan padat.  Tentu saja hal biasa bagiku,  pulang ke kontrakan,  dini hari,  bahkan nggak jarang juga sampai subuh.  Tergantung acaranya,  selesai jam berapa. 

Sebenernya, ya capek.  Tapi mau gimana lagi,  aku menikmati kok dengan pekerjaanku sekarang,  walaupun kadang dipandang sebelah mata oleh orang lain.  Tapi aku sangat menikmatinya.  Nggak jarang dapet tatapan tajam dari para Ibu-Ibu,  dan cewek-cewek,  yang suami atau pacarnya naik ke atas panggung menyanyi,  dan berjoget denganku.

Tapi mau bagaimana lagi,  konsekuensi menjadi seorang penyanyi dangdut,  yang belum ngetop-ngetop amat ya begitu.  Dikira penggoda,  dengan pakaian yang aku pake,  atau dikira memikat dengan goyangan yang ku sajikan. 

Salahkan saja para suami dan pacar-pacar kalian, yang tidak bisa menahannya untuk bersenang-senang,  melepas penat diatas panggung.

Bagiku,  menyanyi pun demikian,  bisa melepas penat, tapi juga menghasilkan. Apalagi akhir-akhir ini setelah pandemi usai, banyak yang mengadakan hajatan, dan berbagai acara entah peresmian suatu tempat, atau acara tujuhbelasan seperti saat ini.

"Vio, udah punya pacar belum?" tanya seseorang yang ku taksir usianya sudah kepala empat. Yang kutau dia perangkat desa sini. Aku sedang mengisi acara tujuh belasan di desa ini, tadi sempat ngobrol basa-basi aja sih sama beberapa perangkat desa. Termasuk pak lurah dan beberapa polisi.

Aku tersenyum menanggapi pertanyaannya.

"Mana ada yang mau sama saya pak, udah kerjaannya sampe malem, siang buat tidur. Yang ada mereka kabur, karena nggak pernah punya waktu buat ketemu." aku menanggapinya asal. Sebenarnya banyak juga yang bertanya seperti ini saat aku sedang manggung, nggak jarang juga, mereka mengirim pesan, dan berujung pertemuan singkat, hingga berakhir di ranjang. Awalnya memang agak canggung ya, nanggepin pria hidung belang, yang sebenarnya duitnya nggak seberapa. Tapi kalo dibandingkan hasil manggung, ya jelas banyakan ngelayanin mereka. Tapi pernah juga sih, ada yang pengusaha kaya yang ngajakin ngamar, tapi cuma beberapa kali aja, soalnya keburu ketahuan sama istrinya. Padahal aku udah seneng, tanpa manggung, duit udah ngalir deras, tapi daripada diamuk sama istrinya, ya mending putus lah.

"Loh, cantik-cantik begitu ya pasti banyak yang mau loh, mbak Vio saja yang pilih-pilih" laki-laki itu tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya, menggodaku.

Kalo diliat-liat, ini laki kayaknya demen sama aku nggak sih, lumayan lah kalo tawarannya gede. Bisa buat beli skin care.

"Bapak ini bisa aja.." aku tersenyum seadanya, lihat saja nanti, kalopun dia masih mau melancarkan pendrkatannya, bisa kali ku pertimbangkan.

"Bagi nomor whatsappnya boleh nggak mbak Vio, siapa tau besok ada acara lagi, kan bisa gampang tuh hubunginnya, suaranya bagus, penampilannya nfgak bosenin, bonusnya cantik banget pula"

"Boleh banget pak" asiik, minimal udah minta nomor kan, siapa tau jadi nih, buat ladang duit, batinku.

Lalu aku menyebutkan nomorku padanya, dan dia menyimpannya.

"Yasudah, kalo gitu silakan dinikmati makannanya mbak Vio, tadi penampilannya bagus banget lho, jadi pengen lihat lagi"

"Makasih loh pak" aku tersenyum tulus, karena dia baru saja memuji penampilanku. Dia mengangguk, lalu laki-laki itu keluar dari ruangan, lalu setelah beberapa saat, ada pesan masuk, dari laki-laki tadi, dia bilang namanya Wawan, dan dengan jelas dia menyebut dirinya 'mas'.

 Dia mengangguk, lalu laki-laki itu keluar dari ruangan, lalu setelah beberapa saat, ada pesan masuk, dari laki-laki tadi, dia bilang namanya Wawan, dan dengan jelas dia menyebut dirinya 'mas'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan untungnya, acara berjalan lancar, tanpa ada drama istri yang ikut ke naik ke panggung buat jewer suaminya, atau mbak-mbak rempong yang nggak terima pacarnya nyawer ke aku.

Setelah samapi di kontrakan, aku bersih-bersih, dan mengganti pakain dengan baju tidur tipis yang sangat kusuka. Aku baru saja membelinya kemarin.

Setelah selesai ritual memakai skincare, dan body lotion, aku lanjut rebahan, dan bermain ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah selesai ritual memakai skincare, dan body lotion, aku lanjut rebahan, dan bermain ponsel. Pesan dari mas Wawan kembali masuk. Tanpa menunggu lama, aku membalasnya, dan langsung menggodanya. Iseng-iseng berhadiah kalo bisa, kalo nggak ya, anggep aja apes.

 Iseng-iseng berhadiah kalo bisa, kalo nggak ya, anggep aja apes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tigapuluh menit, dari terakhir mengirim pesan, aku mendengar suara mobil herhenti didepan rumah kontrakanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tigapuluh menit, dari terakhir mengirim pesan, aku mendengar suara mobil herhenti didepan rumah kontrakanku. Kurasa mas Wawan beneran kesini.

Lalu kudengar ketukan pintu, aku segera membukanya.

Mas Wawan tersenyum riang padaku. Dia langsung memeluk tubuhku, menciumiku dengan rakus, aku bahkan tak tau kalo dia beralasan apa ke istrinya, bisa-bisanya dia sampai kesini.

Tbc.

Haiii..

Dengan tidak tau dirinya, aku datang dg cerita baru. Padahal yg Abian sm yg dosen satunya belom kelar.
Maaf ya🙈

Maaf juga ini kalo nggak ngefeel😭

Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang