yaudah terlanjur enak juga

27.5K 159 7
                                    

Kalo kalian pikir aku murahan banget, jawabannya adalah iya. Awalnya nggak pernah begini, nyanyi ya nyanyi aja. Nggak jarang loh, aku dapet pelecehan saat manggung, yang di usap bokongnya lah, tau-tau deketin terus ngeremes payu dara juga sering. Awalnya emang sedih banget, kecewa juga. Tapi temen-temen banyak yang biasa aja tuh, malah kalo ada yang begitu, mereka nanggepin dengan senyuman yang menggoda balik.

Lama-lama aku jadi mikir kotor, enak banget mereka nyentuh-nyentuh gratis, mending aku tantangin sekalian kan, berani berapa.

Awal aku begini ya sama Om-om pengusaha kaya yang pernah ku ceritain itu, dia nggak nyentuh-nyentuh loh. Tapi langsung bilang kalo dia mau berhubungaan lebih sama aku, ya kalian tau juga lah pasti, hubungan pria dan wanita dewasa jelas nggak cuman cipok peluk kan, pasti menjurusnya ke ranjang. Jadi ya, daripada disentuh-sentuh nggak jelas kan mending di celupin sekalian kan?

Jujur, pengen juga lah berpenampilan modis kayak temen-temen manggung lain. Yang kalo siang mereka hedon di mall, ngabisin duit, belanja nggak pake mikir besok kalo duitnya abis mesti gimana, terus malem nya nyanyi cuma buat hura-hura. Habis manggung langsung diajak ngamar, udah dapet enaknya, dapet duitnya pula.

Setelah berakhir sama Om tadi, aku lanjut terus, kalo ada yang mulai kode-kode macem mas Wawan begitu, jadi dia itu bukan yang pertama kali dong, pasti.

Jadi pas mas Wawan kode-kode ga jelas gitu, ya langsung hajarr aja sekalian. Bodo amat gengsi, sama harga diri.

***

Setelah aku mengangguk, menjawab pertanyaan mas Wawan, dia langsung membalikkan posisinya tanpa melepas penyatuan kami. Milikku masih berkedut mencengkeram miliknya, sekarang dia menindihku, menciumi leher dan sesekali ke pipi, lalu melumat hebat bibirku, sehingga aku mengeram.

"Emhhhhh..." dibawah sana masih goyang-goyang kecil l, karena pas ciuman posisi udah menyatu itu rasanya lebih, uhhhhhhh gitu lah. Geli geli nikmat.

Mas Wawan melepas penyatuan kami, aku mengernyit sebelum melihat dia mengeluarkan sebuah kotak kecil berisi karet pengaman. Oh, shit. Bahkan aku tidak pernah lupa mengingatkan semua partner ranjangku untuk memakai pengaman, tapi saat mas Wawan yang menyentuhku, aku bahkan lupa kalo ada benda seperti itu.

Dia langsung memakainya, aroma strawberry menguar dari karet pelumas tadi, ahh sial, aku jadi mengen ngulum itu.

"Kok wangi? Baru liat deh"

Dua tersenyum, lalu mulai memasukkan miliknya ke dalam milikku, "shhhhhh..." besar, panjang, dan ahhhh terasa penuh.

"Besok coba yang rasa anggur" malah ngeledek ni orang. Sambil mulai menggoyang miliknya perlahan.

"Ahh... Emang..ahhhh... Ada?" tanyaku sambil terengah, menikmati gerakannya yang pelan, menggelikan.

"Ahhhhh.... Gigit lagi dong Vio.. Ahhhhh"
Aku mengencangkan milikku lagi, dia mengeram ,mendongakkan kepala, dan memjamkan matanya, tangannya meremas payudaraku kencang, tangan yang satunya menyanggah tubuhnya.

Gerakannya semakin cepat, napas kami makin memburu.

"Ahhhh... Shit, ahhhhhhh... Vio " gerakan mas Wawan semakin cepat, aku pun masih sesekali mengencangkan milikku, tanganku mengusap  punggungnya halus, sesekali meremas bokongnya,

"Ahhh.... Ahhhhh...." gerakan mas Wawan makin cepat, aku pun mengikuti gerakannya, ikut bergerak mengikuti temponya, ohhh sial, nikmat banget.

"Ahhhh..  Ahhhhh.. Shhhhhh..  Ahhhhhhh"

Miliknya mulai membengkak, aku mencengkeram makin kuat, dan "ahhhhhh......hmmmmmmm"

Mas Wawan menjatuhkan tubuhnya diatasku, napasnya masih memburu, diceruk leherku. Aku memeluknya erat. Wanginya tuh, aku suka banget, nggak terlalu menyengat, soft gitu, berasa gagah banget gitu loh, suami siapa sih ini, anjir lah.

"Kalo nggak pake kondom udah keluar dari tadi loh, kamu enak banget" aku tertawa menanggapinya. Bisa aja nih laki orang.

"Masa?"

"Hmmmm"

"Yaudah, bobok sini ya? Ntar kalo pengen lagi tinggal nindih" aku menggodanya lagi.

Dia hanya menggumam, menjawabnya.aku masih memeluknya erat.

Aku kayaknya nggak bisa nih kalo cuma sehari, maunya tiap hari, gimana dong?

End, apa Tbc nih?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang