Sang Pemimpi itu "Dibentuk"

11 1 0
                                    

Waktu itu, seorang anak meminta sebuah hadiah jika nilainya bagus, sebab hampir semua teman-temannya bisa meminta apapun jika bisa mendapat nilai bagus apalagi rangking di kelas sebagai hadiah. Namun berbeda dengan Ayah dari anak ini.

"Kamu mau apa emang?", Tanya Ayahnya.

"Aku mau PS 2", jawab anak itu.

"Kamu mau apa aja bisa, boleh. Tapi....", Ayah menahan kalimatnya.

"Tapi apa? nilai bagus ? rangking ?" Tanya anak itu.

"Gak, gak harus kaya gitu. Yang penting kamu mau usaha sendiri" Ayah memberi tahu caranya.

"Giamana itu?" Tanya anak itu lagi.

"Ayah nanti kasih uang ke Bunda, kamu bisa jualan es atau Ayah bilang ke temen Ayah, supaya kamu bisa jualin koran atau yang lain dari teman Ayah itu. Pokoknya kamu bisa bebas beli apa aja dengan usaha kamu sendiri maksimal".

Anak itu dididik untuk mandiri dan mengejar apa yang dia mau dengan usaha maksimal dan agar dapat bertahan pada keadaan apapun nantinya. Ya! Anak itu adalah Zian kecil. Sejak kecil dia sudah dididik untuk memperjuangkan apa yang dia inginkan, dididik keras untuk mandiri!.

Nyaris setiap hari Zian kecil pergi ke sekolah dengan membawa termos es yang berisi bungkusan-bungkusan es yoghurt warna-warni buatan Bundanya. Sore hari sepulang sekolah ia pergi ke teman Ayahya untuk mengambil beberapa tumpuk koran edisi terbaru kemudian berkeliling berjualan koran dengan sepedanya. Apa Zian berada di keluarga tidak mampu? Tidak juga, memang dia ada di keluarga menengah ke bawah, tapi tidak juga berada di keluarga tidak mampu. Namun semua itu Ayahnya lakukan untuk sebuah tujuan yang besar.

***

Minggu pagi saat itu, ketika sedang menyalakan televisi, perisi salah satu stasiun televisi swasta sedang menyiarkan berita bahwa Mahasiswa dari salah satu universitas di Indonesia memenangkan kompetisi robotika. Baru kali ini Zian kecil antusias menoton acara berita di televisi. Setelah itu ia lanjut dengan menonton film-film Fiksi Ilmiah lain yang berbau teknologi dan robotika. Itulah pemicu utama Zian kecil membuang keinginan ingin punya PS, pemicu Zian kecil belajar dan bekerja lebih giat, dia ingin kursus robotika yang ternyata bayarannya lebih mahal dari SPP sekolahnya.

Sesekali, Ayah Zian mengajarkan ilmu tentang instrumentasi atau elektronika dasar. Memang Zian tak langsung paham, tapi setidaknya itu menambah semangatnya untuk kelak menyukai mata pelajaran bernama FISIKA. Ayah Zian juga sempat membelikan peralatan yang nantinya diperlukan Zian, kali ini Zian dibelikan karena memang itu menunjang sekolah dan prestasinya kelak.

"Ayah, apa bisa ya aku kursus robotika? waktu itu aku ke tempat kursus yang ada di belakang pusat perbelanjaan dekat stasiun, ternyata bayarannya lebih mahal dari SPP sekolah", Tanya Zian kecil, tiba-tiba pada ayah yang sedang depan komputernya.

"Kamu bisa, bisa belajar robotika walaupun gak di tempat itu. Pasti ada jalan(Nya), yang penting kamu yakin sama mimpi kamu, kamu 'mau' sungguh-sungguh belajar dan kamu tekun. Nantinya keinginan kamu, mimpi kamu itu akan jadi do'a secara gak langsung dan pasti terwujud", Begitu kata ayah Zian.

"Terus, sekarang aku harus gimana? Aku mau banget belajar robotika, pengen bisa dari sekarang"

"Kamu sabar, kamu belajar dulu betul-betul matematika sama IPA", Ayah menegaskan.

Sedari kecil Zian sudah dibiasakan dengan bersabar, keras terhadap dirinya sendiri dan yakin dengan apa yang dia tuju.

***

Menginjak masa SMP, Zian menjadi pendiam, jarang ikut teman-temannya yang suka main sepulang sekolah. Selain kegiatan ekskul pramuka, Zian pasti langsung pulang ke rumah. Mimpinya untuk bisa belajar robotika mati? Tidak juga. Hanya saja jiwanya masih terguncang setelah perpisahan Ayah dan Bundanya. Dia tak lari kemana-mana? Ayahnya mendidik "Laki-laki harus punya prinsip, Harus kuat, Gak boleh bergantung sama orang lain, Cari kesenangan sendiri di tiap aktivitas yang dijalani", Karena hal itu Zian tumbuh menjadi anak yang tak terima direndahkan, tak suka diremehkan dan tak suka dengan sikap arogan yang dilakukan orang lain. Cukup apatis terhadap banyak hal, tapi tak bisa diam jika terjadi hal yang menyinggung harga dirinya atau pribadinya. 

Satu waktu Zian muak dengan anak yang suka "malak" dan sok jago, tapi Zian juga gak suka jadi seorang pengecut tukang ngadu. Akhirnya dia menemukan satu solusi ber-risiko. Siang itu, dia temui Wakasek Kesiswaan di sekolahnya dan guru BK.

"Bu, Pak... Saya mohon izin. Saya sebetulnya belajar beladiri dan saya oleh ayah saya dibiasakan untuk tidak mendiamkan sesuatu hal yang salah. Saya tau siapa aja yang terlibat dalam kelompok atau 'geng' anak-anak yang suka tawuran, suka malak dan semacamnya, tapi saya juga gak suka tindakan pengecut dan jadi tukang ngadu". Ungkap Zian pada guru BK-nya dan Wakasek kesiswaan.

"Terus kamu mau apa?" Tanya Wakasek kesiswaan.

"Begini, saya mohon izin untuk sekali waktu kelahi. Mungkin memang saya melanggar peraturan, tapi Jika nanti saya kelahi, saya siap terima hukuman sekalipun itu di skors, karena saya juga keliru, tapi saya hanya tidak ingin juga dicap tukang ngadu".

Anak unik satu ini berulah. Dia buat bingung Wakasek kesiswaan dan guru BK.

"Yaudah... Bapak percaya sama kamu, tapi jangan kamu semena-mena sama kepercayaan ini. Bapak harap, Kalo sampe kejadian kamu kelahi, dia bener-bener anak gak bener". Ucap Wakasek kesiswaan setelah beberapa waktu berpikir.

"Siap Pak, Dalam beladiri saya... Ada janji yang harus saya tepati salah satunya "sanggup menyempurnakan kepribadian" dan "kejujuran" adalah bagian dari kesempurnaan kepribadian".

"Pak... Ko diizinkan begitu?" Tanya guru BK.

"Saya tau terlalu dini, tapi anak ini diusia yang masih muda... Begitu menjunjung tinggi harga diri dan siap dengan risiko apapun. Kita harus percaya Bu, suatu hari dia pasti bisa jadi orang besar jika dia konsisten dengan sikapnya". Jelas Wakasek kesiswaan itu.

Akhirnya pembicaraan siang itu selesai dan Zian menjalankan misinya. Untungnya hanya 2 atau 3 kali dia kelahi namun terkendali. sekalipun Ayahnya dipanggil ke sekolah. Ayahnya paham betul siapa anaknya dan kenapa dia begitu. Sebab "Laki-laki harus berjiwa kesatria, menjunjung tinggi kebenaran dan siap mengakui kesalahan" itu juga yang ditanamkan sang Ayah kepada Zian.

Zian punya dua reputasi di sekolahnya. Anak aktif di Pramuka, Pintar di pelajaran IPA dan Matematika. Tapi juga suka kelahi dan bagi beberapa guru agak selengean dan pemalas. Sebetulnya dia begitu hanya karena fokus dan minatnya bukan dipelajaran itu. Didikan yang tepat membentuk seseorang memiliki karakter dan pendirian bahkan sejak dini.

Kita & ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang