21

1.4K 163 2
                                    

Perbincangan mengenai acara pernikahan pun dilanjutkan, para orang tua jadi sibuk membahas mengenai gedung, tamu undangan, masalah izin nikah yang tentunya harus di urus mengingat mereka masih di bawah umur. Tapi tentu saja hal itu bukan hal yang sulit untuk ditangani, ingatlah mereka yang punya uang maka mereka yang berkuasa. Jihoon dan jaehyuk sudah lebih dulu undur diri, karena ada permasalahan lain yang harus di urus.

Tak ikut campur perihal persiapan pernikahan, sang calon pengantin kini sedang berdiri bersisihan di salah satu balkon hotel. Jeongwoo menyanggakan kedua lengannya di pagar pembatas, netra nya memandang gemerlap nya lampu lampu kota. Hal serupa juga dilakukan pemuda April di sebelahnya hanya saja kedua lengannya ia bawa masuk dalam saku celananya.

Angin berhembus begitu pas malam ini, tak kencang tapi cukup kuat untuk menarik surai kedua anak adam tersisir kebelakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angin berhembus begitu pas malam ini, tak kencang tapi cukup kuat untuk menarik surai kedua anak adam tersisir kebelakang. Mereka sudah diam selama 15 menit, tak ada yang berniat buka suara terlebih dulu. Jujur jeongwoo tak merasa canggung, begitu pula dengan haruto mereka hanya bingung harus mulai bicara dari mana.

Perkenalan ? dusta besar jika mereka tak mengenal satu sama lain. mereka satu sekolah, keduanya cukup famous dengan julukan masing-masing. Terlebih haruto sudah beberapa kali menyambangi kediamannya, entah karena urusan bisnis para orang tua atau keperluan pribadi sebagai sahabat jaehyuk.

"Lo punya pacar gak kak ?" adalah kalimat pertama yang dilontarkan dari yang lebih muda tanpa melihat sang lawan bicara. Sedang haruto sudah sepenuhnya memutar kepala, dapat ia lihat senyum tipis terpatri di sana. Butuh 30 detik bagi haruto untuk menjawab pertanyaan si bungsu, merasa pertanyaan nya terlalu random.

"enggak"

"syukurlah, seenggaknya gue gak jadi pelakor" aku si manis

Haruto tak berniat mengalihkan pandangannya, entah mengapa paras jeongwoo terlihat lebih menarik manik matanya dibanding lampu kota yang berkerlip indah.

"lo sendiri ?" giliran yang lebih tinggi bertanya

"enggak ada kak, abang gue posesif semua"

"lo gak perlu manggil gue pake embel-embel 'kak', gue tau kita harusnya seangkatan"

Sudut bibir jeongwoo semakin meninggi mendengarnya, kini ia beranikan diri menatap haruto yang sedari tadi tak melepas pandangan darinya.

"lo udah tau soal gue, tapi kenapa gak nolak ?"

"emang gue bisa nolak"

"harusnya bisa, dari muka lo keliatan lo bukan golongan anak penurut"

Kini giliran haruto yang terkekeh.

"lo tau kalo kemaren bang jihoon sama bang jaehyuk datengin gue ?" jeongwoo mengerutkan keningnya, ia tak tau perihal fakta ini.

"gue gak tau, tapi gak heran juga" senyum tipis terbit di paras haruto.

"Lo tau nggak mereka ngomong apa ?"

"ketebak sih, palingan nanyain kenapa lo gak nolak. Ngasih wejangan buat jagain gue berakhir dikasih anceman dikit yang bilang mereka bakal ngehajar lo kalo gue ampe luka. Bonus mereka nyeritain rahasia gue ke lo" Lagi haruto terkekeh mendengar nya, mungkin calonnya ini punya bakat cenayang atau terlampau biasa perihal tingkah abangnya. Semua tebakannya tepat sasaran.

"jeongwoo" ada jeda setelah panggilan itu, mereka saling pandang. Jika tadi hanya kepala yang saling memandang kini tubuh mereka juga turut di putar guna saling menghadap.

"mereka bilang lo punya dua perisai yang bakal selalu jagain lo, pertama bang jaehyuk kedua bang jihoon. Mereka bilang kalo apapun bakal mereka korbanin buat kebahagiaan dan keselamatan lo. sama kayak kedua abang lo, kalo lo kasih izin gue juga pengen jadi perisai buat lo. ikut maju waktu ada tombak yang mengarah ke lo, lo bakal punya tiga penghalang sebelum lo sendiri yang maju perang"

"tiba-tiba ?" kaget jeongwoo agak heran juga kenapa pemuda di hadapannya ini secara dadakan ingin mendaftar menjadi pengawalnya.

"lo oke sama perjodohan ini ? sama gue ? lo bahkan gak segitu kenal sama gue" tambahnya

"awalnya gue juga gak begitu setuju sama ide gila ini, tapi jujur gue juga udah expect bakal dijodohin. Pernikahan buat bisnis udah gak asing lagi dikeluarga gue, bahkan bokap nyokab gue juga dijodohin. Ngeliat orang tua gue yang bahagia meski mereka awalnya gak cinta, buat gue mikir kalo gak ada salahnya buat nerima"

" Orang bilang cinta bisa tumbuh karna terbiasa, dan itu terbukti di keluarga gue. Meski jalan hidup orang emang beda-beda, tapi gak ada salahnya buat nyoba. Dan gue mau nyoba itu sama lo, gue tau gue bukan cowok baik-baik tapi gue juga bukan cowok brengsek yang gak tanggung jawab. Kalo lo jadi nikah sama gue, emang udah sepantasnya gue jagain lo"

Jeongwoo melepaskan kekehannya, tidak menyangka kalimat sepanjang itu bisa ia dengar dari pangeran es sekolah yang terkenal irit bicara itu.

"gue juga gak masalah sebenernya kalo harus nyoba hubungan ini sama lo. lo ganteng, kaya juga jadi gue gak rugi-rugi banget. Tapi gue juga gak mau buru-buru, gue juga gak segampang itu buat suka sama orang. Dibanding maksain buat jalanin peran yang kecepetan buat anak SMA, kenapa kita gak nyoba dari hal yang paling simple dulu. Temenan ? nyoba saling kenal dulu termasuk sisi lain yang gak kita tunjukin ke orang lain"

"itupun kalo lo masih mau nerima gue, kalo seandainya nanti gue balik berulah" lanjut si manis.

"gue bakal pastiin lo aman, gue justru berharap kalo lo bakal maafin gue seandainya itu terjadi yang secara gak langsung berarti gue gagal jagain lo" belum genap 1 jam mereka berbincang, tapi haruto sudah berhasil menghangkan hatinya. Ketakutan akan kehidupan rumah tangga yang miris layaknya sinetron itu menguap entah kemana.

"jadi-

Belum usai jeongwoo bicara haruto sudah lebih dulu memberikan senyum tulusnya. senyumnya semakin melebar hingga memperlihatkan deretan gigi nya, ketika ia lihat tangan jeongwoo terangkat niat hati mengajak berkenalan sedari awal.

"Hai, kenalin nama gue jeongwoo" ucap yang lebih muda di sertai cengiran khasnya yang tak luput. Haruto menyambut uluran tangan itu tak lupa balas mengucapkan namanya, ah padahal hanya momen kecil tapi entah mengapa ia bisa merasakan manis di seluruh indranya.

-----

Singkat cerita, mereka menikah selang sebulan pernikahan itu. Hanya keluarga, rekan kerja terdekat saja yang hadir beberapa teman mereka turut hadir. seperti yang sudah di syaratkan mereka tetap tinggal dengan keluarga masing-masing. Di sekolah interaksi mereka tak begitu terlihat, sangat kontras jika sudah melewati gerbang sekolah. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, untuk jalan-jalan, bermain atau hanya sekedar menikmati nasi goreng pinggir jalan ketika lapar tengah malam menyerang.

Tak jarang mereka juga akan menginap di kediaman masing-masing secara bergantian, ketika hujan deras melanda atau waktu dirasa sudah terlalu malam untuk pulang. Perihal skinship, jeongwoo rasa mereka mulai melakukan itu saat jeongwoo naik kelas 12. Masih di tahap yang wajar, hanya sebatas bergandengan tangan, berpelukan atau haruto yang sesekali akan mendaratkan ciuman di pucuk kepalanya.

Meski tak salah juga jika mereka melakukan lebih, tapi mereka rasa belum waktunya. Untuk cinta ? entahlah kala itu jeongwoo belum yakin tapi juga tak akan menolak jika itu datang. Dan sepertinya rasa itu telah tiba sekarang, Watanabe Haruto sudah berhasil menduduki tahta hatinya. Jika ditanya sejak kapan ? mungkin saat ia ditinggal ke jepang, dimana ia tak pernah merasa serindu itu sebelumnya. ia begitu uring-uringan, bahkan mungkin hampir gila jika perhatiannya tidak teralih pada mumetnya menjadi mahasiswa baru.

Sedangharuto, jeongwoo itu peka ia juga sadar pemuda jepang itu juga menaruh rasakepadanya. Tak bermaksud kepedean tapi memang begitu adanya, terlebih kemarin laki-lakiitu sudah menciumnya. Semakin menguatkan bukti bahwa jeongwoo juga lah yangmenduduki singgasana hati seorang Watanabe.  

Sisi LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang