Upacara bendera kali ini lebih lama daripada biasanya. Pak Mars, selaku komandan di bidang kesiswaan, menyebutkan nama siswanya satu persatu. Seharusnya pengumuman tersebut ditempelkan di mading sekolah, hanya saja beliau melupakan hal tersebut karena disibukkan mengurus calon siswa baru. Konsentrasinya terbagi ke berbagi penjuru sehingga harus ada dikorbankan.
"Duh.. pake disebut satu-satu, bakal lama ini."
"Kenapa nggak ditempel aja sih?"
"Pak.. boleh sambil jongkok nggak dengerinnya?"
Riuhan protes makin terdengar nyaring di barisan kelas XI dan kelas XII. Pak Mars dengan tenang menatap seluruh siswanya. "Kalian boleh mendengarkan sambil jongkok, duduk juga nggak masalah. Kalau seragamnya kotor jangan nyalahin Bapak ya. Dan.. setelah nama kalian terpanggil langsung ke kelas ya. Jangan lama-lama nongkrong di lapangan. Tebar pesona sama gebetannya bisa dilanjutkan nanti."
"Baiklah Bapak lanjutkan, untuk penghuni kelas XI IPA 1 yang berisi 25 orang sebagai berikut... Adhitya......"
Ria, Eva, Vitha, Yoshi dan Devi berkelompok sendiri terpisah dari kelas mereka masing-masing. Mereka bersahabat walaupun kelas mereka berbeda. Ria, Eva dan Vitha satu kelas yakni kelas X C sedangkan Devi dan Yoshi satu kelas yaitu kelas X B. Persahabatan mereka dimulai saat berada di SMP yang sama yang sangat kebetulan satu yayasan dengan SMA mereka sekarang. Sekolah mereka lumayan luas karena tingkat sekolah menengah dan sekolah atas berada di kawasan yang sama.
Dan agak lucunya sewaktu SMP mereka sempat berada di kelompok yang sangat berbeda bahkan saling bersaing satu sama lain. Entah bagaimana mereka berlima malah akrab satu sama lain dan membuat kelompok sendiri.
"Semoga kita sekelas ya," harap Vitha.
"Yang pasti aku sendirian di IPA," ucap Yoshi.
Eva menepuk lengan Yoshi, "Nggak pa-pa Yosh. Pas istirahat kan kita bisa main ke sana."
"Katanya anak-anak IPA ganteng-ganteng. Kan lumayan, mana tahu dapat pacar di sana."
Ria dengan cepat mengangguk, menyetujui perkataan Devi. Mereka melanjutkan obrolan tentang aturan-aturan yang mereka rancang sendiri untuk menjaga keakraban kelompok mereka. Seperti istirahat bersama, atau melakukan ekskul sekolah bersama, atau juga tetap menjalankan buku curhat jilid 3 yang telah mereka lakukan selama kelas X.
"Dan penghuni terakhir kelas XI IPA 1, Yosephine. Kalian segera masuk ke kelas kalian, supaya penghuni lapangan ini agak berkurang. Ayokk.. cepatt cepatt..."
Yoshi melambaikan tangan pada teman-temannya. "Nanti ketemu pas istirahat ya."
Yang lain mengangguk dan membalas lambaian tangan Yoshi. Tak lama kemudian, Devi menyingkir dari mereka, karena namanya disebut di kelas XI IPS 1.
"Berikutnya Eva.."
"Kayaknya aku bakal sekelas sama Ria, nih." ucap Vitha saat mendengar nama Eva disebutkan menjadi warga XI IPS 3.
"Yahh... Ria sama aku aja deh." balas Eva.
"Lalu Ria.."
"YESSS!!!" ucap Eva langsung menarik lengan Ria. Sedangkan Vitha langsung memberengut, harapannya kandas. Dia bisa dipastikan akan seperti Yoshi dan Devi.
"Ayokk penghuni XI IPS 3, segera menuju kelas. Oiaa.. Bapak hampir lupa, kelas kalian di atas ya. Nanti kalian bertetangga sama XI IPS 4."
Kesalnya Vitha menghilang, merasa senang paling tidak mereka berada di lantai yang sama. "Kita duluan ya, Tha.."
Eva dan Ria berjalan bersama menuju lantai 2, di mana kelas mereka berada. Mereka berdua mengambil tempat duduk di pojok kiri yang kebetulan memiliki jendela lebar dan pemandangannya mengarah ke arah lapangan upacara sekaligus lapangan olahraga.
KAMU SEDANG MEMBACA
HighSchool Story of Reo & Ria
Teen FictionMasa sekolah yang dipikir akan biasa saja ternyata yang terjadi adalah sebaliknya. Ria tak pernah menyangka jika dia bisa menjadi pacar Reo. Kakak kelas sekaligus ketua Ganendra yang dikenal seantero SMA Gemz. Hubungannya bersama Reo membuat hidupn...